Jumat, 25 Desember 2009

blue christmast...

udara dingin, musim dingin.
christmast...

tadinya aku sudah tidak mau berangkat sekolah hari ini,
yah.. di hari libur dunia ini, skolahku tetep masuk...
sebenarnya, aku bukannya tidak mau masuk karena benci sekolah.
bukan,,,
tapi karena hari ini ada perayaan natal sehabis pulang sekolah.

aku sudah berdebar-debar ketika matahari mulai terbit,
bukan dikarenakan aku tidak sabar menunggu perayaan natal itu.
aku lebih berdebar-debar, karena sebenarnya, aku tidak ingin ikut.
lebih mudah bagiku, jika hari ini aku mengaku sakit,...
aku tidak ingin muncul.. tidak ingin berada di depan siapapun.

dingin.. kutarik lagi selimutku,
aku tidak mendengar teriakan dari teman-temanku.
yah, mereka pergi...
mendadak, perutku seperti ditusuk-tusuk, ada sesuatu yang menyakitkan.
perasaan yang mematikan hariku...
yah, mereka semua pergi...
aku semakin gelisah menemukan kenyataan bahwa "aku sendirian" hari ini.

di hari yang besar ini, aku sendirian..
aku mencoba untuk mengingat-ingat janji, bahwa aku akan mampu melampaui ini.
tidak boleh lari dari hal ini, jadi aku tetap beranjak walau enggan.
aku jalan sendiri... dan sepanjang perjalanan ke kelas, aku bahkan mampu mendengar degup jantungku sendiri...
disisi lain, aku tertawa sendiri, mentertawakan keanehan ini..

seperti bayanganku, semua orang sudah menempati tempatnya masing-masing, dengan kelompok gaulnya masing-masing, dan aku? mendadak aku amnesia.

hari ini..
aku mampu melampauinya juga.
entahlah, tapi aku melampauinya, aku bahkan tidak ingat bagaimana,
waktu bisa berjalan amat cepat dan hari ini berakhir.
dan aku tidak tahu apa yang aku lakukan sampai malam makin larut.


christmast yang aneh,
sendu,
dingin,
dan kelam...
seperti warna biru yang mendingin,
membekukan hati ini untuk menangkap momen-momen disekitar ku.
aku yang aneh,....

Sabtu, 12 Desember 2009

Confession of Dead body

halo kekasihku tersayang, yang nun jauh di sana...
apa kabarmu?
lihatlah baik-baik apa yang ingin kukatakan ini,
renungi dan mengertilah...

kekasihmu ini tidak senormal yang lainnya.
(dan sepertinya tidak akan pernah)

aku ingin mengakui, apa yang sudah kulakukan,
sesuatu yang tidak pernah aku ingin lakukan....
sesuatu yang pastinya mengecewakan dan menyakitkan.
dan lagi-lagi, selalu membuat aku berpikir,
kamu pantas untuk mendapatkan orang yang lebih baik.

aku sayang kamu, dan itu tidak diragukan.
hari-hari awal aku sangat rajin menulis diary,
penuh dengan hari-hari yang menyenangkan dan membuat tertawa,
lucu dan konyol~ padahal itu hanya setengah dari apa yang kurasakan.
hari-hariku sangat buruk. aku tidak memiliki siapa-siapa untuk aku manipulasi.
aku hidup menjadi orang yang baru,
180' terbalik benar-benar menjadi cewe biasa-biasa yang kuper.

berlanjut ke hari-hari lain, aku sudah malas menulis,
orang-orang datang dan pergi ingin mengenal aku dan kecewa.
aku semakin menutup diri rapat-rapat dan mengurung diri.
aku pergi dengan mereka kawan-kawan hanya untuk mencoba mengisi kekosongan,
tapi gagal lagi....
aku semakin memegang erat-erat mereka, menjadikan mereka sebagai sahabat,
tapi aku justru membohongi diriku sendiri, dan kamu marah...
kamu bilang aku tidak lagi punya waktu untukmu,... aku sedih.
hari itu menyakitkan sekali buat aku.

hari-hari mulai berputar, dan aku berjanji untuk memberi kamu waktu
sabtu minggu, hanya untukmu... pertama selalu aku tepati,
semakin hari aku semakin kalut, memegangmu, "teman-teman" lepas dari aku
mereka selalu pergi sabtu minggu. dan aku lagi-lagi mengikuti mereka
dan bukan kamu... kamu marah, dan bilang aku terlalu sibuk.

aku berjanji lagi untuk kesekian kali,
aku janji, aku akan sms kamu setiap hari hanya untuk melaporkan apa yang aku lakukan.
pertama-tama aku selalu melakukannya, saat makan, saat pergi,
tapi aku semakin kalut, kadang-kadang aku memandang barangkali aku sudah salah langkah,
yang seharusnya aku tidak lakukan, aku lakukan, aku jalan berdua dan aku takut kamu menganggap itu semua salah, dan cemburu. kadang-kadang aku bingung, apa yang harus aku katakan, sementara rasanya kata-kata "aku sama dia tidak ada apa-apa" sudah tidak lagi kamu percaya. janji ku, aku ingkari lagi...

kamu marah dan kecewa, kenapa aku selalu-dan selalu-mengingkari janji-janji itu,
aku juga tidak tahu lagi harus berkata apa. jadi aku tidak berjanji lagi.

sementara tidak ada siapapun berada untuk aku, dia ada untuk aku,
dan tekanan-tekanan dari janji-janji yang sudah aku ingkari membuat aku,
terjerumus lagi.. lebih dalam.
aku sudah seakan selingkuh, dan pada suatu titik, aku ambigu,
apakah aku masih sayang kamu, atau justru sayangku berpindah padanya?

kamu kecewa, dan marah, dan tersakiti,
dia bingung, galau dan menyesal,
lalu, aku? aku sudah mati rasa.



sayang, sebenarnya aku tidak pernah berharap membuat kamu sedih,
jika aku dalam posisi kamu (seperti pertanyaan sederhana kamu biasanya),
aku pasti sudah menyerah, untuk mempertahankan hubungan ini.
aku pasti sedih dan cemburu dan kecewa dan sakit, karena aku normal,
memiliki kekasih yang kejiwaannya sangat sakit dan tidak tertolong,
tapi kamu, kamu masih ada untuk aku.
kamu bilang, ini smua adalah mind set aku tentang aku sendiri.
"aku yang sakit jiwa, aku yang mati, aku yang parah"
semua ini adalah mind set aku.
kata kamu aku bisa merubahnya,

setiap aku bangun dari tidur, dan memulai untuk tersenyum,
tidak pernah satu hari full, aku benar-benar tersenyum
aku selalu diingatkan akan kenyataan, bahwa aku benar-benar bukan siapa-siapa
setiap aku berusaha, aku selalu gagal, dan aku bahkan menjadi orang yang "lucu"
aneh, dan sama sekali di daftar list "tidak dianggap"

akhirnya aku diam, dan mind set ini muncul kembali,
tapi sayang, aku berterima kasih, untuk ada di sisi aku, selama aku "sakit" seperti ini. kamu ada-selalu ada-sekalipun tak kasat oleh mata.
setiap aku sedih, merenung seorang diri, dan mulai memind set aku lagi,
aku memandangi langit, dan menghela nafas, tersenyum kecil, aku ingat,
kamu bilang "itu bintang yang sama, kita ada di bawah langit yang sama"



kamu membuat aku bertahan, membawa lentera kecil dalam kegelapan yang amat sangat.
aku pun mencintaimu, sebenarnya, aku sangat mencintaimu. Dan....
gadis seperti aku, dicintai kekasih seperti kamu, its my privilage.

D.E.A.D Body

我死.....

ini bukan berarti, aku meninggal beneran,
ini cuma kata kiasan....

oh~ aku benar-benar tidak menjadi diriku,
tidak pernah menjadi diriku...
lagi-lagi aku memakai topeng sok alim, tidak mau turut campur,
dan selalu baik-baik sopan dan menerima.... totally suck!
kadang, aku ingin melakukan apa yang aku pikirkan...
seandainya saja aku bisa berkata,
"Ke sal0n aja terus, dasar cewe brengsek... matre!!!"
atau,
"BODOH DAN TOLOL, kamu suka sama cewe brengsek itu? dan kamu merasa aku suka kamu...?!! Cuih! sudah baik aku mau ngasi tau kalo kamu ditipu dodol!!!Rasakan sendiri akibatnya nanti!!!"
atau,
"Oh, jadi kamu sudah menganggap dia kakak km ya... oh, aku nda tahu seberapa tolol dan bodohnya kamu, you are totally idiot, dasar insting pembokat!"
atau,
"HEH, dasar anak ngga punya s0pan, muka dua, emang kamu pikir semua orang suka sama kamu!!!Ini semua bukan punya kamu!!!!!!!!"
atau,
"Kalian cewe-cewe genit. aku benci melihat kalian berkeliaran, hitam dan jelek!"
atau,
"Udah gendut, sok pinter, banyak cowo yang suka pun, aku ragu.."
atau,
"Brisikkkk bangettt sihhh...!!!!! bisa ngga sih ngga usah ngomongin hal yang sama berulang2... im sickkk.. u knowww?!!!"
atau,
"Anak-anak ngga pernah susah, hidup dengan jerih payah ortu... bersenang-senang selagi bisa, karena neraka kalian hampir dekat"
ataupun...

"Jangan pikir aku di sini bisa lebih pintar, kalian tidak pernah menjalani hidup di sini, raasakaann.. jangan cuma bisa memojokkan dan menuntut..!!! u doesnt know the meaning of being me!!!"
------------------------------------------------------------------

barangkali rasanya, aku benar-benar gila.
kadang aku berpikir untuk menekadkan saja membunuh seseorang,
menampar seseorang, mengeluarkan kata-kata menyakitkan,
atau sebagainya....

yang terjadi, aku benar-benar seperti mengalami kejiwaan...
aku sok alim, sok ngerti, sok baik, sok menerima...
meski dalam hati ada perasaan bergejolak yang entah mengapa,
keluar dan penuh dengan lava dengki.

lagi-lagi aku harus terus menarik nafas,
seandainya aku autopilot, yang mengendarai kehidupan ini.
aku tidak perlu lagi susah-susah untuk mengangkat masalah orang,
tidak perlu dengki atau benci dengan seseorang.
biarkan kehidupan ini berjalan cepat,
dan sesudahnya aku kembali, kehidupan yang menyedihkan berakhir,
walau barangkali ada kehidupan menyedihkan lainnya yang menunggu
(selalu ada autopilot)

huFf, aku benar-benar garink, dan sepertinya dibenci banyak orang,
mungkin juga namaku sudah jelek di mata mereka...
tapi tidak apa-apa, seandainya aku bisa meledakkan mereka semua,
masalah ini selesai.
ha..ha..ha...
i'm not fear of dead. i'm dead already.

menjalani mimpi...

ketika, sebuah surat kuterima,
yang diyakini itu adalah kalimat "anda diterima",
aku bersyukur dan sangat bahagia...
untuk pertama kalinya aku benar-benar merasakan,
inilah arti sebuah mimpi yang terwujud.

impian mama, impian papa, dan semua orang...
juga impianku, selama bertahun-tahun lamanya,

the end.
seandainya, cerita ini tamat sampai di sini,
happily ever after, setelah mimpi ini terwujud.
barangkali, aku tidak akan menulis blog ini lagi.

----------------------------------------------

5 bulan lamanya, aku menjalani mimpi,
hingga aku ambigu, apakah ini benar2 mimpi,
atau neraka yang aku ciptakan seperti mimpi.

hidup di negara orang, berkenalan dengan orang baru,
belajar hal baru....
i'm totally dead body.
hatiku benar-benar serasa mati, dan kehidupan di sini seakan mimpi,
yang mana, jika aku menampar orang asing di depanku,
aku tidak akan merasa bersalah....

hidup dengan waktu kosong yang amat sangat panjang,
liburan yang tidak pernah berakhir,
dan masalah serta kawan yang membusuk di daging.

inikah mimpi? yang dari dulu aku idamkan?
inikah mimpi? yang kata orang, seharusnya aku syukuri?
inikah mimpi? yang aku harap-harapkan?
aku bahkan mencoba untuk bertahan, untuk tetap menjalani "mimpi" ini...
sesungguhnya, aku ingin terbangun,...

Minggu, 26 Juli 2009

Hanya karena ingin bahagia

Aku terus terusan menghela nafas, semakin banyak barang yang kumuat ke dalam tas koper besar di sebelahku, rasanya jiwaku ikut terbawa ke dalam koper itu...
Kekasih, seketika kau memandangku lemah, aku tahu,hubungan kita rapuh...
Rapuh oleh jarak yang mendadak membentang membuat jurang, hal yang tidak pernah terlintas dalam impianku...

Dalam sesaat, seperti kataku, impianku semua mendadak menjadi kenyataan...
Serasa bahagia, hingga sadar, impian pun butuh pengorbanan... Tidak ada yang benar benar pure gratis di dunia tempat kita berdiri...

Aku makin mencelos ketika merasakan sepinya kamar yang telah aku tinggalin bertahun tahun, yang mana telah banyak kenangan sekaligus tempat aku merasakan suka duka...
Merasakan kita yang ramai bermain kartu,
Kita yang bergosip,
Membuat tugas,
Bermain virtual,
Dan
Bercinta...

Aku,jujur,tidak rela membiarkan jiwaku sepi, sesepi kamar tanpa barang...
Aku beranjak, akan membuat kenangan baru, dan mengikuti katamu aku tidak akan hidup di dalam kenangan, sekalipun aku ingin memegang kenangan ini erat erat...

Sahabat, teman, kekasih... Semua
Yang telah menemaniku mengecapi 4 tahun di bandung, aku berterima kasih..
Para sahabat yang tidak pernah menjerumuskan, dan penuh dengan kesetiaan,
Para teman, yang penuh perhatian
Dan kekasih yang mengangkatku tinggi tinggi dari kesuraman dan kegalauanku...



Apalah artinya diriku tanpamu semua?


Aku bersyukur,
Dan sekarang,sekalipun air mataku tak kuasa tertahan mengiringi langkah kakiku, aku berjanji, tidak akan melupakan kenangan ini,
Aku bergerak untuk maju, melangkah, hanya karena ingin hidup lebih bahagia daripada ini,
Akupun mendoakan kebahagiaan kalian...



Selamat tinggal,
Selamat jalan...

Senin, 13 Juli 2009

kebosanan akannya, akanmu, dan akan diriku sendiri

kamu diam saja, dan bilang, kalau kamu cuma bayang-bayangnya.
dengan tenang, kamu berkata, kita lebih baik berteman saja....

padahal, aku baru saja menemukan kamu, tambatan hatiku.

susah, bagiku, untuk terus-terusan berpikir bahwa kita telah bersama.
rasanya seolah tak percaya, setelah sekian lama aku menunggu,
dan mencari, akhirnya aku mendapatkan juga orang yang pantas untuk kusanding.
kamu.
kekasihku.
tak tahu lagi harus kemana mencari orang sekeren kamu, mengimbangi aku, dan menyayangi aku setulusnya.
akhirnya memang impianku akan kekasih hati terwujud, menemukanmu, mengangkatku tinggi-tinggi dari jurang yang dalam, yang kadang aku berpikir mustahil untuk melewatinya.
tapi denganmu, ternyata aku bisa... tepatnya, aku sedang dalam proses pendakian jurang itu denganmu.


gadis itu, dan dirinya. kegalauan dan kegundahan yang seharusnya bukan milikku lagi terus berkelibatan di sisiku.
sebenarnya, mereka tidak membayang-bayangi mu... dia tidak membayang-bayangimu.
akulah yang dibayang-bayangi nya, dan aku berada seolah hantu untukmu.
A.S, gadis-gadis brengsek yang mendadak, aku membenci mereka.
dan itulah cerminku,
seorang gadis yang penuh iri dengki kekanakan dan egois.
sebenarnya, barangkali, aku yang brengsek.
dan pantas untuk dibenci.
sebenarnya aku cemburu, dan membuatmu cemburu, sementara aku kalah.
kecemburuan yang tak beralasan dan penuh dosa ini hanyalah kerikil yang membuatku terjatuh dalam jurang lagi.
aku tahu.
dan diulangi oleh teman kita, yang menceritakan hal yang aku benci,
dengan penuh suka cita aku bisa berkata...
"sebenarnya aku membenci mereka kok" kataku.
"tapi aku tidak mau mengurusin kisah cinta para manusia bodoh, brengsek, kekanakan yang hanya tahu bermain"

sebenarnya, akulah manusia bodoh.
akulah yang menciptakan karakter si dia, dan membuat kamu terpaku dan kecewa
akulah yang membuat kamu sakit hati hingga seperti ini....
dan rasa sayangmu dengan drastis berkurang kepadaku...
aku, bukan dia, aku yang membuat kamu seperti ini.
akulah si gadis brengsek yang dari tadi aku bicarakan itu.


"maaf"


seandainya kata itu tak perlu untuk diucapkan kembali,
dan kamu tidak menarik kata-katamu untuk melepaskan aku.. mungkin, aku sudah bergerak tegar lagi, menikmati hari kesendirian dan kedengkianku lagi.
tapi kamu memberikan aku rasa kehilangan yang aneh.
sebuah perasaan dimana aku tidak ingin tidak melihatmu lagi,
tidak memelukmu lagi,
rasanya tidak percaya apa yang kudaki selama ini hanya lah lubang dalam yang menjatuhkan aku kembali?
aku tertawa.

kupikir, barangkali, yang bosan adalah kamu.
dan ketakutanku adalah benar, kehilangan perhatianmu.
aku yang semakin membusuk ini, dan aku bahkan tidak mengenalmu...
aku yang kalah.
semakin aku lemah dan mencintaimu,
semakin kamu kuat untuk meninggalkanku. mengingkari janjimu
dan aku takut,
sesaat memandang matamu, benarkah, tidak terbesit olehmu meninggalkan aku?



gadis yang hina ini mengenakan topeng sejuta wajah yang indah,
barangkali, benarkah kamu mencintai beberapa ratus diantaranya?
dan lihatlah betapa busuknya wajahku, hatiku.
jangan buat aku terlalu dalam mencintaimu, kalau akhirnya kamu berani untuk berkata melepaskan aku lagi.... aku tidak berani membayangkan.
mendadak, sudah terlalu jauh aku daki jurang itu, dan barangkali aku perlahan menggali jurang yang lain.
adakah kamu membiarkan aku terjatuh ke jurang lain yang aku gali?

Minggu, 05 Juli 2009

sebuah "bahagia" di mataku

orang-orang memandangnya dengan kagum,
beberapa setuju bahwa dia adalah gadis yang cantik,
yang lain lebih setuju bahwa si gadis cerdas dan pintar
sisanya setuju bahwa si gadis adalah orang yang baik.

intinya, si gadis adalah hampir sempurna.
badannya yang bagus, membuat hampir iri aku dan yang lain...
wajahnya yang cantik, membuat decak cowo-cowo yang melihatnya...
otaknya yang cerdas, selalu membuat ide-ide brilian yang dikagumi...
usahanya yang tekun, membuat orang-orang respect kepadanya...
hatinya yang baik, membuat yang lain tergerak untuk membantunya...
dan kesempatannya,
dia selalu mendapat nilai yang baik,
teman-teman sahabat yang baik,
keluarga yang mendukung,
pekerjaan yang dihargai,
pandangan respect,
proyek yang dipuji,
kekasih yang menyertainya selalu...

kebahagiaan di mataku, tidak akan lengkap, jika hanya sebuah kesempurnaan,
kelebihan tanpa kekurangan...

keminderan untuk dekat dengan orang baru,
ketakutan untuk memulai yang baru,
tanpa perlawanan untuk pendapat yang baru,
perasaan bersalah untuk hal yang buruk,
kekecewaan akan kehilangan,
kelelahan akan perjuangan..

sosok yang lemah dan rapuh, diaduk
dengan sosok yang sempurna dan kesempatan yang baik.


entah apa itu "bahagia", seandainya dilihat dari mata kesempurnaan?
dan apa pula "bahagia", dilihat dari mata kekurangan? menurutmu,
namun, sebuah "bahagia" di mataku, bagiku adalah,
ketika sebuah air mata mengalir, karena bangga akan kesempurnaan dan kekurangan itu sebagai satu kesatuan.






impianku, telah, akan menjadi kenyataan...
secara singkat, semua tercapai dengan penuh suka cita.
aku mengucapkan syukur....
sekalinya ini, aku menyadari "bahagia" yang ternyata selalu ada di hidupku setiap harinya, tanpa aku perlu mencarinya di manapun.
bahagia karena menjadi aku. kesusahanku. kekuranganku. kelebihanku.
hanya karena aku hidup.
bagaimana dengan kamu?

Minggu, 28 Juni 2009

keputus-asaan dalam suka cita

mengernyitkan dahi, seorang gadis putus asa terhadap cintanya.
di sisi lain, seseorang dari masa lalu menghantuinya..
seseorang dari masa kini memeluknya,
sementara yang lain telah menjadi kenangan dan terseleksi dengan sendirinya...

yang pemuja tersingkir ketika juara telah dipilih, dan beberapa tetap mengutarakan suka cita mereka akan apa yang si gadis telah raih..
sementara yang benar-benar tulus ikut berbahagia, adalah teman yang sesungguhnya.
yang lain, dengan rendah diri, berat hati, dan penuh dengan sindiran, enggan dan meninggalkan si gadis.
itulah seleksi cinta pada akhirnya, di mana orang-orang yang tulus tanpa pamrih terlihat dengan kontras diantara yang lainnya. sahabat. tidak meninggalkan sekalipun yang dicintainya tidak memilihnya....
mencintai, dengan jiwa besar.

kekasihnya yang sekarang penuh dengan suka cita, dan si gadis merasa beruntung.
tidak salah lagi memilih, kekasihnya telah membangkitkannya dari lubang kubur yang si gadis gali sendiri. kekasihnya telah mengangkatnya.
seorang kekasih, yang tanpa alasan yang jelas dan asal usul yang pasti, atau paras yang menawan... entah mengapa, si gadis memilihnya. menyukainya. mencintainya.
dan tanpa jawaban yang memuaskan, si gadis telah menjadikannya heroin dengan sendirinya.
hidupnya.
nafasnya.
mataharinya.

tapi kekasihnya yang dulu,
tidak hanya sekedar kenangan sekalipun telah hampir terlupakan.
mendengar suaranya, mendengar langkah kakinya, segalanya tentang dia tidak mudah untuk lenyap begitu saja dalam pikirannya. sebuah cinta yang telah dia pertahankan bertahun-tahun. seseorang yang pernah menjadi tiang penyangga utamanya. seseorang yang pernah menemaninya, mencintainya.
apalah artinya hidupnya selama beberapa tahun tanpanya? mengenalkan padanya sebuah arti suka, keinginan untuk memiliki, rasa cemburu, rasa ingin diperhatikan dan memperhatikan.. yang tidak dapat dipelajari di manapun


kadang si gadis galau...
orang-orang yang selama ini menemaninya, mendadak menghindarinya sejak dia memilih kekasih. sementara kekasihnya yang dulu mendoakannya terus untuk bahagia dan bersama si kekasih yang sekarang.
apakah kadang lebih baik, jika memang si gadis sendiri?
tidak akan ada yang dilukai.
pemujanya tidak akan terluka.
kekasihnya yang dulu tidak akan terluka.
dan kekasihnya yang sekarang tetap menemaninya. sekalipun tanpa status.


---------------------------------------------------------------------------------
bagiku, kekasihku sekarang adalah yang terbaik.
tanpa saingan. dia adalah anugerah terbaik yang kucapai dalam masa baru-baru ini.
tapi mendengarkan langkah dan suaramu, aku gelisah...
mendadak kakiku berlari dan memandangi mu dari jauh. berkaca-kaca.
tidak tahu harus menjawab apa. sekalipun tahu harus mencintai siapa, perasaan ini tak jua memudar.
aku menutupinya, menguburnya, sekaligus penuh dengan sakit hati karenanya.
di sisi lain, kamu melihatku...
mencium kekasihku.
dan kamu pun merasakan, sakit hati yang kurasakan karena ku.

penyesalanku,
"kenapa kamu tidak mempertahankan aku?"
"sebegitukah tak berartinya aku untukmu, sebegitu lemahnya kah cintamu padaku?"
"sedangkal itukah rasa cinta bertahun-tahun?"
dan pengorbananku "tak berarti lebihkah untukmu?"
sementara kata-kata itu terus ingin kulontarkan,
aku terus mengatakan pada diriku, saat ini aku lebih mencintai kekasihku yang sekarang.
dia lebih baik, sempurna, di mataku.
aku ingin lebih dan lebih terus mencintai kekasihku yang sekarang dan mempertahankannya supaya tak hancur seperti denganmu.

rasa sayangku tak hanya sedangkal gosip-gosip dan kata-kata miring tentang kita
apapun yang kamu katakan, asal kamu bilang tidak, aku akan percaya.





sayang,
tahukah kamu... dua bulan lagi, hanya dua bulan.
waktu ku tak banyak lagi.
aku ingin tetap menyimpan segala kenangan ini,
mencintai dan dicintai, menyakiti dan disakiti.
sebuah roda yang berputar terus, perubahan yang tak pernah berubah.

terima kasih untuk segala yang telah kau lakukan.
maafkan aku atas yang telah aku lakukan
dan aku pun memaafkanmu,
sebuah cinta, sebuah kenangan, sebuah kenyataan.
mencintaimu tidak pernah membuatku menyesal.
tidak akan pernah.

Selasa, 23 Juni 2009

seorang pemuja dan seorang pecinta

nampaknya, segala sesuatu memang selalu ada akhirnya, selalu ada ujungnya.

karakter seorang pemuja,
yang tidak pernah lepas dari sosok sang pecinta,
baginya, sang pecinta hampir sempurna, dan mampu mengisi kekosongan hidupnya,
entah kenapa, rasa nyaman dan penuh suka cita ini selalu hinggap, ketika dia berada di sisi sang pecinta.
sekalipun pemuja tahu, bahwa, dia tidak akan lebih dari seorang pemuja.
dia berpura-pura untuk menutupi perasaannya, dan mengatakan bahwa tidak memiliki perasaan apapun terhadap si pecinta. namun sebaliknya, alam bawah sadarnya terus saja menggenjotnya untuk merasakan sakit, cinta, galau dan takut.
takut kehilangan pecinta, jika suatu saat, dia tidak bisa berada di sisinya lagi.
takut jika si pecinta telah menemukan pelabuhannya...
lalu, apa yang harus aku lakukan? apa yang bisa aku lakukan? tanya pemuja pada dirinya sendiri...

karakter seorang pecinta,
dia tidak pernah lepas dari orang-orang yang memujanya,
penuh dengan perasaan cinta, dan selalu saja ada orang yang mau mengulurkan tangan membantunya... suatu cinta, suatu kehidupan, suatu kebahagiaan (kelihatannya)
di sisi lain dia kesepian, kepercayaan dirinya menganggap bahwa dia tidak akan pernah kehilangan cinta dari siapapun.
dan saat itu, dia tidak berani memilih karena takut berkorban,
mengorbankan hati para pemujanya, menghancurkannya.
kenapa dia harus dipuja-puja seperti itu? sementara dia hanyalah seseorang dengan kelemahan yang juga sama ratanya dengan sang pemuja.


apa bedanya seorang pemuja, dan seorang pecinta?
kedua-duanya memiliki perasaan yang sama, takut.
sang pemuja takut kehilangan sang pecinta,
dan sang pecinta takut mengorbankan sang pemuja.

tapi, selalu ada awal untuk setiap langkah baru,
sang pecinta, menemukan jawabannya, dia tidak lantas berkutat lagi dengan perasaan-perasaan orang lain yang terus membuatnya galau, khawatir, takut maupun sedih.
sejujurnya, yang dia perlukan, hanya pikiran untuk membuat dirinya sendiri bahagia.
dia tidak lagi memerlukan pikiran menjaga perasaan para pemujanya,
karena, dia sendiri yang merasakan hal itu.

dan itu adalah jawaban yang pahit, sekaligus keputusan yang terbaik untuk pemuja.
sudah masuk ke dalam alam bawah sadarnya, mimpinya, bersama sang pecinta
tapi, dia tidak pernah bergerak, tidak pernah beranjak dari identitas nya sebagai sang pemuja.
kadang~ tahukah kamu? sang pecintapun telah memberikan kamu kesempatan.
juga hampir~ mencoba untuk mencintaimu.
tapi identitasmu, statusmu, yang tidak pernah membuat kamu bergerak
dan seperti mimpinya, kehilangan, dan menjadi kenyataan.


sekarang, tidak ada yang bisa dirubah dari segala yang telah terjadi.
sang pecinta tidak pernah tahu, bahwa pemujanya lebih dari seorang pemuja
dan pemuja tidak pernah tahu, bahwa pecintanya hanya seorang manusia biasa, yang juga bisa menjadi pemuja dari seorang pemuja.
bagi pemuja, pecinta adalah seorang manusia yang terlalu jauh untuk digapai,
dan bahkan hanya sesosok karakter dunia maya.

tidak ada yang salah dari mereka berdua.
yang salah hanyalah kesempatan yang telah terabaikan.
dan identitas yang membelenggu.

carilah kebahagiaanmu sendiri, lepaskan ikatan yang membelenggumu,
karena, kebahagiaanmu adalah milikmu sendiri yang harus kamu pertahankan,
dan tidak perlulah kamu banyak menimbang nimbang kebahagiaan orang lain.


"selamat tinggal pemuja dan pecinta"
aku sudah melangkah maju meninggalkan kedua status itu.

Kamis, 04 Juni 2009

divonis

setiap sesuap makanan masuk ke mulutku,
tak pernah lantas aku pikirkan... separah ini risiko penyakitku.

bukan, aku tidak sakit kanker,
seperti obsesi ku gara-gara kebanyakan nonton film drama korea.
aku juga tidak sakit leokimia, seperti kemudahan seorang perempuan agar cepat meninggal...
bukan penyakit yang dikenal orang.

Temporomandibularjoin Dislokasi.... indah sekali nama itu terdengarnya,
sebuah penyakit yang merenggut kebahagiaanku,
yaitu, suka makan banyak....

entah sejak kapan, dan bagaimana awalnya,
ini sudah tiga bulan... sementara kemaren-kemaren aku bisa makan nasi,
mendadak, sekarang, aku hanya makan nasi tim, bubur, sup... dan yang lebih parah, aku sudah tidak bisa mengunyahnya, hanya bisa mengulumnya....

sebuah kisah tragis yang menamparku, di deraan masalah yang terus beruntutan menimpa.
apakah? ini sebuah cobaan lagi?

kemarin, aku merasa bisa tertawa... mengatakan kepada teman-teman bahwa aku hanya sakit masalah sendi, pelumas sendi yang habis...
mereka tertawa, dan aku pun merasakan penyakitku tak sepenting itu untuk dibicarakan...
hari ini, aku divonis...
tidak akan bisa membuka rahang lagi, seandainya hal ini bertambah parah.
aku? tidak bisa mengunyah? bahkan tidak bisa membuka rahang?
selain operasi, itu tidak ada jalan lain....



aku merasa depresi, sungguh.
bukan hanya karena aku tidak sehat,
bukan juga karena aku tidak bisa makan banyak,
hanya, karena aku tahu, hal ini bisa bertambah parah,
dan tahu, satu-satunya jalan hanya operasi?
dan hal itu hanya dimungkinkan di spore?
bagaimana seorang aku... memperoleh biaya sebanyak itu?


ak tidak ingin meminta tolong siapa-siapa. dan bagiku, sudahlah cukup untuk menikmati bunyi-bunyian ini di rahangku....


divonis. ak tak pernah menyangka, akhirnya, salah satu obsesi gilaku terwujud juga,
menjadi seorang penderita penyakit parah....hahahaha....
jangan doakan aku, agar penyakit itu sembuh, karena hal itu dimustahilkan,...
doakan saja, agar tidak bertambah parah...
ssst... ini masih rahasia.

Senin, 01 Juni 2009

termainkan perasaanku

ketika aku mengatakan hal ini, itu adalah aib besar buatku.
padahal aku sudah jelas-jelas mengantisipasinya...

menutup diri,
herannya, tetap saja, hari ini perasaanku termainkan.
rasa cemas, khawatir, rindu, sedih, kecewa, marah, sebal bercampur menjadi satu adonan yang membuat aku merasa galau.

perasaanku tidak enak saat ini,
itu karena, kehilangan seseorang yang pernah mengisi hidupku cukup lama.
itu bukan masalahku, itu masalahnya. tapi, aku juga ikut andil, dalam merasakan perasaan yang berkecamuk marah dan sedih ini.

kadang, aku berpikir, tidak banyak orang yang bisa mengerti aku.
dan dia bisa. aku bisa tersenyum, berada di hadapannya...
dia mengerti benar kelemahanku,
tapi, aku baru tau, ternyata, perasaan itu hanya milikku...
sementara apa yang dia perbuat, hanya untuk suatu adegan kebaikan, untuk kepuasan dirinya saja.

kamu berkata, "sering-sering lah tersenyum, kamu lebih manis bila tersenyum"
dan itu adalah kesalahan terbesarku, mendengarkanmu,
menyukaimu...

ketidak pengertianmu, membuat ku paham.
perasaan yang hanya milikku seorang,
kisah cinta yang panjang hanya terpotong, dalam jarak internet yang pendek.

kita dipertemukan oleh dunia maya, menyukai, dan terpisah olehnya.
begitu awalnya, begitu juga akhirnya...

ak tidak akan memohon-mohon untuk suatu pengembalian.
kamu yang meninggalkan,
kamu yang kehilangan,
kamu telah menyentuh kelemahan aku, membawaku menyukaimu, dan menghempaskan aku,
kesadaran ini membuatku pilu, perasaanku benar-benar termainkan.
suatu kerinduan ku, memainkan perasaan orang lain, justru berbalik padaku.
sebuah senjata yang memakan tuannya sendiri...


kau kira kau siapa?
itu adalah dua orang yang berbeda.

Sabtu, 30 Mei 2009

benci difoto

jangan foto aku!!!!

entah kenapa, aku terus saja berkutat dengan masalah ini. hari ini pun ak menyesal. kenapa aku enggak foto-foto?
padahal hari ini hari besarku...huhuhu...
tapi, pada saat-saat tadi, aku memang tidak niat difoto.
aku benci difoto.

aku merasa di foto, aku jelek deh.
tidak ada manis-manisnya apalagi cantik-cantiknya.
jadi, setiap ada lensa kamera menyorot, sudah tentu, spontanitas mengelak, menghindar.



pada akhirnya, aku menyesal.
setelah sering berkumpul dengan teman-teman lama, dan melihat-lihat album. Fotoku selalu enggak pernah ada!
padahal aku sangat ingin tahu, aku dulu seperti apa, lebih cantik mana ketimbang sekarang?
aku pake baju apa? aku lagi apa?
dan memang, aku tidak pernah ada.
yang ada, hanyalah sepotong tanganku. mukaku. bagian tubuh belakangku.
menyedihkan.

hari ini aku menyesal lagi, kenapa tadi enggak foto-foto.
beberapa tahun lagi pasti aku akan sangat-sangat menyesalinya.
kenapa aku nggak bisa senarsis cewe-cewe?
apa aku ngga cewe tulen?

katamu, aku cantik, dan ingin memfotoku.
tapi aku lebih percaya bahwa aku jelek jika difoto.
entah kenapa aku tidak fotogenik.
dan karenanya aku malu jika difoto.

oh.... bimbangnya, antara malu dan menyesal.
aku benar-benar benci difoto... huh!

kisah cinta yang dramatis

kamu benci aku yang sok dramatis.
kata-kataku yang sok puitis.
dan segalanya tentang aku yang berlebihan...

katamu, aku lebay.

kamu bilang mencintai aku.
tidak ingin membuatku menderita.
dan terpaksa pula kamu mengambil jalan, memutuskan aku.
kamu bilang, itu demi aku.

nyatanya, itu demi dirimu sendiri.

kamu sendiri yang terpaku dengan orang-orang di sekeliling kamu.
karena kamu orang yg bersosialisasi tinggi.
kamu pikir, lebih baik teteem an... sehingga masing-masing memiliki kebebasan.



tapi, apa kamu pikir aku rela?
hari ini kamu memanggil namaku,
menyapaku,
dan kamu bilang "tuh kan.. klo ga nyapa dimarahin, klo nyapa pura2 ga kenal"
aku memang diam saja. berlalu.

herannya si gadis di belakangku yg nyaut.

oh~ yeah... betul, seorang kamu sekarang adalah manusia sosial tinggi
banyak teman, banyak cewe yang suka sama kamu.
sedang aku, yang berlebay ini, justru jadi pengganggu.
kelam, sepi, sunyi, suka sendiri.. dan akan gantung diri.

wajahku yang semula berseri melihatmu, jadi lusuh karena seorang gadis keluar dari mobil itu, dan kamu menyapanya.
kamu bahkan tidak memandangku.
tidak menanyakan keadaanku.
padahal hari ini hari besarku.



sejujurnya sih yah, kamu.
aku tidak mau terus menerus mencintai kamu.
tidak mau terus menerus terpatok pada masa lalu.
tidak rela juga menjadi teteem.
heran aku, kenapa aku terus sajaaa suka sama kamu.
apa bagusnya kamu sih?
aku pasti sudah gila.

aku lebay lagi.

"Ma, jika anak mama bukan aku, apakah mama akan lebih bahagia?"

itu adalah kata-kata yang ingin aku tanyakan kepada mamaku.
suatu ketika.


sebenarnya, hal ini terjadi, hanya karena aku merasa depresi dan tidak tahu harus bangkit sebagaimana lagi untuk mempertahankan diri.
aku jatuh, dan tidak tahu harus bagaimana harus berdiri.
sementara mama selalu saja mendorongku untuk maju, dengan segenap kekuatannya.

aku sedih. dan kecewa akan diri sendiri.
aku melihat banyak orang-orang hebat di sekitarku, sebayaku, dan mereka nampak sangat dapat membahagiakan orang tuanya. Seandainya aku adalah orang tua mereka, aku pun pasti akan sangat bangga.
anak yang pandai
anak yang bekerja dan sukses
anak yang hebat dan supel
nyatanya, aku kebalikannya....
aku justru berkutat dengan masalahku, kekelamanku, dan terus mengurung diri
menjadi sebuah lingkaran setan buatku.

melihat mama terus berusaha membahagiakan aku,
dan kelelahan... aku bertanya-tanya,
apakah, jika aku adalah mereka, atau mereka adalah anak mamaku,
apakah.. mama akan lebih bahagia?

pertanyaan ini terus melintas dalam benakku.
masalahnya, seberapa keras ku berjuang, nyatanya, aku tetap sampai di ujung ini.
ada batas-batas yang aku tidak bisa lewati. ada bakat-bakat yang tidak aku miliki.
sebuah takdir hidup, yang aku tidak berhasil menggapainya.

yang terpikirkan olehku, tentunya, jika mereka adalah anak mamaku,
mama pasti tidak akan kesusahan terus menerus memikirkan nasibku.
kalau mereka adalah anak mamaku,
mama pasti tidak akan banting tulang memperjuangkan aku.
karena mereka sudah hebat.

tapi aku tidak menanyakan itu,
yang kutanyakan adalah sebaliknya.
"jika mamaku bukan mama, apakah aku akan bahagia?"
apakah aku akan bahagia jika mamaku adalah mama yg sangat terkenal, super duper kaya, dan memiliki segalanya... sehingga aku mudah saja bangkit dan mendompleng nama besar mama?

apakah aku akan rela, seandainya aku kemudian, dipelihara oleh seorang wanita konglomerat dunia yang menjadikan aku anaknya?
jawabanku, aku bahagia.
tapi, tidak sebahagia aku bersama mama.


jadi, aku tidak ingin menanyakan hal itu lagi.
aku tidak ingin memikirkan, apakah jika anak mama adalah mereka. karena aku tidak rela.
sekuatku, aku tentu akan terus berjuang. karena, kepedulian mama terus saja menopangku untuk tidak pernah menyerah berdiri.
dan terus berjanji, untuk menyatakan "ma, anak mama adalah aku, mama pasti bahagia"




aku bahagia bersama mama dan papa, dan tidak berharap lebih.
tidak dapat terlukiskan rasa terima kasih dan kebahagiaanku ini.

sebuah semangat, sebuah cinta...

sekali ini, dengan rambutku terurai basah karena hujan,
aku melihat setitik semangat di sebuah kesempitan yang menghempitku berbulan-bulan lamanya. Yah, apalagi kalau bukan sebuah sidang keren yang menanti untuk melepas atau justru mengurungku terus menerus di kampus yang busuk ini...

sejujurnya, aku lebih merasa takut, ketimbang senang dengan hari-hari yang berlalu.
takut akan sebuah masa depan yang blur, yang waktunya enggak bisa dihentikan.
senang akan sebuah jalan baru yang entah bagaimana, pasti aku juga akan menghadapinya.
sebuah takut dan senang, yang bercampur jadi satu...
tapi, ketakutanku yang besar adalah, kehilangan.

tidak pernah terpikir olehku, bagaimana aku bisa menghadapi hari-hari tanpa teman-temanku. sebuah klise nampaknya.
padahal sedemikian hari-hari ini, aku selalu merasa sendirian.
tapi, saat gedung pameran bergema oleh suara-suara orang, aku merasa, tidak pernah sendirian.
aku tidak semerana itu melakukan hal-hal ini sendirian. Nyatanya, selalu ada orang-orang berharga yang menopangku, di saat apapun.
dan,...
nampaknya, memang sudah tak bisa dicegah... hari-hari yang berlalu adalah hari-hari terakhir yang bisa dilewatkan bersama mereka.

sejujurnya, teman,
aku merasa berterima kasih.. bagaimana aku bisa hidup selama beberapa tahun ini di sini, di kampus aneh ini, tanpa kalian.
aku juga merasa bersyukur, karena, aku tidak pernah merasa sendirian dan kesepian berada di sini.
lalu,.. aku juga ingin meminta maaf, karena keegoisanku, kesombongan dan keangkuhan, serta seribu alasan lain yang dapat menyalahkan aku.
aku bertanya-tanya,
"bagaimana kita bisa berkumpul, di lain waktu?"

setelah, waktu berlalu, dan memiliki teman baru, keluarga baru...
bagaimana aku bisa menghabiskan hidup, sementara ingin tetap merasakan kenangan ini.
tentunya aku sedih.


semangat yang timbul, hanyalah dari kalian.
aku tidak pernah merasa sebahagia ini, seketika menyadari, begitu banyak orang yang mau menolongku untuk bangkit, hidup, dan nyatanya, aku tak sekedar titik hitam di kertas putih. yang mengganggu.

aku tentunya, merasa bersyukur bisa hidup, menjadi aku.
teman~ sahabat~ saudara~ kekasih~
apa artinya diriku tanpa kalian?
rasa terima kasih dan cintaku tak hanya sebatas kata-kata ini....

Kamis, 14 Mei 2009

are u still love him? u asked me.

and my answer is no.
but, am i right? or it just part of my pretend?
therefore, i received that call. i know, more than u know...
even, u dont keep a close watch on me, but i enough to know, ur face get changed.

and so do i,
i felt what it must be felt. a pain. so hurt,.. but cant lying that theres love in.
my eyes was glisten, start to cry, but i dont.
my face changed with disappointment. yet, angry,..

when, i close that call, u stared at me.

are u still love him? u ask me.
without ask who call me, u got the answer itself.

i'm feel guilty,
i'm so sorry for you,
for him,
and for the others.


but, i am learn to be listening, learn to leave this feeling.
learn to looking for the other guy.
but somewhere out there, i asked my self, "am i still love him?"
whenever, he doesnt love me?.. it so useless..
meaningless.


are my grammar is wr0ng?..

u do laugh,


"are u still love me?"
i ask u.

Sabtu, 02 Mei 2009

tidak lebih daripada itu

cerita yang lain,

aku kadang berjinjit untuk paham, tentang keadaan di luar sana.
namun, salah satu yang aku tak bisa pahami, bagaimana bisa seseorang berpura-pura untuk tidak mengenal satu sama lain, padahal, beberapa bulan sebelumnya, kedekatan mereka lebih dari sekedar sahabat.

serasa berpura-pura amnesia, si cowo bertindak seperti baru mengenal cewe itu, tersenyum dan pergi. seperti tidak pernah terjadi apapun dalam hidupnya mengenai cewe itu. dan begitupun si cewe.
kata-kata paling sering terlontarkan adalah, bahwa, hal itu hanyalah cara untuk tidak membuka luka hati yang dalam.

tidak lebih berbeda dari kisah di atas, kadang, ada juga yang tidak bertemu lama dan tidak kontak lama... begitu bertemu, serasa, tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
tersenyum, tertawa kaku, perbicaraan basa basi yang janggal.
padahal, dulunya mereka bisa tertawa bersama dan saling dekat satu sama lain.

bagaimana perasaan itu bisa hilang seketika?
bagaimana proses penghilangan rasa itu?
saat mereka dekat, kemudian tertambat kekecewaan, dan melupakan perlahan, hingga mati rasa.... ujungnya adalah, "amnesiaqu", amnesia yang kamu buat sendiri.


pertanyaan yang ingin kulontarkan adalah,
"apa yang harus kulakukan saat, seseorang mengalami amnesiaqu? dan melupakan aku di dalam pikirannya?"
setitik perasaan bersalah sesungguhnya selalu hinggap pada diriku, aku selalu berpikir, apakah lebih baik, untuk tidak mengenal satu sama lain dari awal, dibanding kisahnya kemudian -berpura-pura- tidak mengenal satu sama lain?

mungkinkah, lebih baik, dari awal, tidak lebih daripada itu?

apakah aku kehilangan asa ?

kau pasti berpikir? apa yang ada di otakku saat ini? mengapa kisah-kisah ku selalu sendu dan penuh dengan kesuraman....
namun, sebaliknya, hidupku sama sekali tidak terlihat suram. sangat indah dan manis.

kuketikkan sebuah asa,
suatu ketika, aku tidak pernah berharap bertemu denganmu, sampai, terjadi juga.
sebenarnya mengetahuimu, sudah jauh lebih lama, dan mungkin kita bisa dibilang teman sejak kecil. hanya, setiap pertemuan kita, selalu disertai kebetulan.

melihatmu yang begitu antusias dan cerdas, terlintas dalam kepalaku, betapa sangat menyenangkannya dirimu. mudah berinteraksi dengan siapapun, dan gampang beradaptasi.
sejujurnya, dari dasar hatiku, aku tidak terlalu tertarik lebih dari itu.

hari berputar, dan kamu mengajakku pergi. aku tidak mau.
bukan kebiasaanku untuk pergi dimana aku merasa tidak nyaman untuk itu. walau kamu sudah mengundang banyak teman-teman, jujur, yang kurasakan, aku tidak nyaman...
bukan tempatku. tapi kamu terus memaksaku, dan akhirnya, dengan berat hati, aku ikut.
hanya saja,,, mudah bagiku untuk berpura-pura excited dengan keadaan itu.

selanjutnya, kamu bilang kamu punya masalah. aku tidak mau mendengar.
tapi, kata-katamu seperti kehilangan asa... dan aku tidak rela melihatnya,
sejujurnya, inilah awal dari bencana yang selalu terjadi padaku. dan aku sudah tau dari awal.
aku tidak mau pergi, tapi aku kasian.... dan aku menemanimu. semalaman.

kemudian, kamu begitu dekat denganku, begitu mengerti aku, dan begitu memahami aku.
bohong.
yang ada, kamu hanya berpura-pura untuk itu, sejujurnya tidak sedikitpun kamu mengerti ataupun memahami aku. kamu berpura-pura bahkan untuk dirimu sendiri.

apa yang ingin kukatakan adalah,
aku tersiksa berada bersama kalian.
tidak ada satu kegembiraan pun, di senyumku saat bersama kalian, tahukah kamu?
teman-temanmu (oh yeah, bukan teman-temanku) tidak berharap aku bersama kalian. tidak ada bedanya aku ada atau tidak. perbedaan itu hanya dirasakan olehmu!


hari ini, kamu bilang padaku, kecewa terhadapku, mengapa semua rasa cintamu yang kamu berikan padaku, dibalas dengan caraku seperti ini.
dan bahkan, aku tak tahu cara apa yang kuberikan padamu.
tapi, yang aku ingin tanyakan,
"apakah aku pamrih?" apakah aku selalu berada dan membantumu keluar dari masalahmu adalah karena aku menginginkan sesuatu...."jika tidak, lalu kenapa kamu pamrih?"
aku tidak pernah berharap mendapat kan rasa cintamu, sayangmu, atau watever lah...
sejujurnya aku lebih menghargai penghargaanmu padaku,
tolong....

seperti katamu, aku adalah wanita seperti yg orang lain kira. (dan tentu dirimu)
sejujurnya, aku tidak peduli.
tidak ada yang lebih memahami aku dibanding aku sendiri, dan aku tidak perlu membuat semua orang mengerti aku. dan bahkan jika tidakpun kamu, apa peduliku?



kata-katamu hari ini, membekas luka padaku. dan tidak akan pernah hilang.
yah.. you such a good man,...
... but, im not interest of... (hari ini aku menebalkan kata ini)

aku tidak akan kehilangan.

tidak pernah mengerti

hari ini kau datang padaku, dengan wajah berseri-seri...
aku sungguh yakin, harimu kali ini lebih indah daripada biasanya.
terlihat dari segala tindak tandukmu, aku merasa begitu berdebar-debar.
apa yang kau katakan, tidak membuat banyak perbedaan buatku, perasaanku tak menentu sementara gaya penceritaanmu berapi-api dan tak sanggup kuhentikan.

aku lebih tak mengerti, kenapa bagimu, orang semacam itu berarti lebih dibandingku.
selama bertahun-tahun bersamamu, dan seketika oleh orang seperti dia. aku kadang tergelak. ingin berkata sejujurnya tapi berbohong.
aku tak mengerti, bahwa sayang sekali kamu memilih jalan yang lain dengannya.
yah, sekalipun dia adalah tambatan hatimu suatu ketika... kukatakan, apakah dia sanggup membuatmu bahagia, tapi katamu ya.

yah.. aku tidak pernah mendebatmu lagi.
kukatakan pada diriku, aku sudah tak mau peduli lagi apa yang terjadi padamu. sekalipun aku mencintaimu. semua yang kulakukan hanya karena aku sayang padamu.
tapi karena kamu telah memilih, aku tak berharap banyak. mendoakan semoga kamu bahagia saja.

aku tertawa sesekali, membayangkan betapa tahun-tahun yang dekat ini, aku berusaha untuk selalu bersamamu, aku senang setiap kita bersama. dan tidak pernah terpikir olehku untuk terpisah. selalu memikirkanmu.
sekalipun kamu tidak pernah memikirkan aku.
mungkin, bagimu, aku terlalu sempurna untuk diperhatikan. atau kau pikir, terlalu banyak yang memperhatikanku.


hari ini kau masih berapi-api. berseri dan gelisah dengan kekasih di sampingmu.
aku bertanya-tanya, begitu hebatnya kah kekasihmu itu?
aku tidak pernah mengerti.....

Selasa, 07 April 2009

pecandu mimpi

bolak balik aku bermimpi aneh,
malam ini aku bermimpi dua episode,... tak lebih aneh dari malam-malam sebelumnya,
tapi ketimbang aku mengingat-ingat yang kemaren-kemaren, lebih baik, aku mengingat mimpi semalam yang dejavu sekali di benakku...

mimpi pertama.
aku berada di rumah besar dan megah... aku seorang wanita, setengah baya.
dan istri orang.
aku tidak terlalu ingat siapa orang itu, yang pasti, setiap malam.. suara-suara wanita yang melengking-lengking memanggil-manggil seluruh penghuni rumah besar itu.
amat sangat banyak orang,

hantunya adalah, seorang laki-laki, yang hanya muncul di depanku,
sisanya, suara-suara lengkingan wanita yang parau dan pilu.

sampai titik titik penghabisan kesabaran,
suamiku, entah siapa, dia mengerahkan para pengusir hantu, untuk mengusir hantu itu.
dan, bukannya ketakutan, yang kulakukan adalah, mencegahnya...

yang kurasakan adalah, sepenuh cinta yang tak pernah terbalas,
mencintai si hantu yang setiap malam muncul di depanku,
dan lengkingan itu tidak membuatku takut.

dan settingnya berubah mendadak,

mimpi kedua.

aku jadi berada di rumahku, dua temanku menjemputku dengan mobil, merah.
dan aku bersumpah aku bilang pada mereka,
"aku tidak merasakan ini nyata, tidak mungkin ada kamu di sini, ini pasti mimpi"

mereka berdua tertawa.. "pegang aja aku, jelas-jelas aku nyata"

yang aku tahu, temanku tidak pernah punya mobil, dan mereka tidak ada di sini.
imajinasiku bercampur aduk dengan akal sehatku,
mengguncang kegilaan jiwaku.

dan si teman, berubah menjadi seekor anak anjing yang lucu, golden.
tapi yang kurasakan bukanlah senang melihat si anak anjing yang imut-imut,
melainkan jijik...

dan si anak anjing terus menerus mengejarku,
aku tidak mau bertemu. aku melarikan diri ke atap.
dan melihatnya mencari-cari aku.

si hantu, berada di sebelahku, menyelamatkan aku dari si anak anjing,
si anak anjing menguuik-nguik sedih karena tak menemukan aku,
sebaliknya aku lega, dia tak menemukan aku,
si hantu tersenyum padaku,...

"entah kenapa aku tidak merasa takut padamu walaupun kamu hantu"
ujarku dalam hati,

dan lengkingan itu datang lagi....

aku terbangun,
omaygad.. terlambat bangun lagi...
memang aku pecandu mimpi, sambil menstabilkan jiwa dan tubuh yang kalut oleh rasa berdebar-debar yang berlebihan,
kadang aku bersyukur itu hanya mimpi,

sambil berangkat, aku bertanya-tanya, mimpi apa lagi aku nanti malam?

ironisnya hidup bersamamu (sepenggal cerita-part.3)

seorang gadis nampak duduk di ujung koridor.. berwajah suram,
dan makin masam oleh waktu yang terus berdetak.. tak.. tak...

yang dirasakan seiringan bersamaan dengan detak waktu adalah, jantungnya.
mendadak berdebar-debar dan berubah menjadi kegalauan luar biasa.

pikiran-pikiran yang tidak baik berkelebatan di pikirannya, dan sesaat tertuju pada keputusan finalnya, -penderitaan tiada akhir-

"ayolah.. ayolah... " katanya menenangkan diri,
dia buru-buru menyetel musik dan memasang speakerphone di telinganya,
memecet-mencet dengan galau musik apa yang dirasa cocok untuk menenangkan dirinya,
namun perasaannya menjadi campur aduk tak karuan ketika mendengar lirik lagu...
"kini, aku sendiri.. tak ada yang mencari..sampai disini.."

debaran dadanya menjadi tambah kuat.


akhirnya, seseorang datang menghampirinya, bertanya-tanya,
"kenapa ada di sini? sendirian pula!"

dia tersenyum masam, "hm.. sedang menganggur"

"ngga pulang aja?"

"akan"

lalu orang itu pergi dan menghilang,
si gadis tak mengalihkan pandangannya dari punggung orang tersebut, hingga pudar oleh lorong-lorong koridor yang makin gelap.


perasaan menjadi tak menentu, mengapa begini?
mengapa berat melihat orang yang pernah dikasihi,.. bersama orang lain?
kenapa tidak mencoba melupakannya sejenak... atau lebih baikkah jika amnesia sesaat?


si gadis menghela nafas berat,
"...aku pasti bisa".

ketika cinta membutakan segalanya, kadang, yang diperlukan hanya kekuatan diantara pengkhianatan dan kekecewaan luar biasa....
sambil bersumpah untuk terus maju, si gadis bergerak untuk mengikuti punggung itu,
"suatu saat, aku pasti akan mentertawakan kejadian ini..." menghapus kekecewaan dan air matanya...

dia maju.

Sabtu, 28 Maret 2009

ironisnya hidup bersamamu (sepenggal cerita-part.2)

"aku sangat senang hari ini" kata dia, tersenyum.
memutar panel mobil dan keluar dari mobil itu.
beberapa teman gadisnya ikut tersenyum dan berterima kasih.

si cowo, pergi dengan wajah yang sama berseri-seri nya dengannya.
lalu gadis-gadis itu mengamati si mobil yang lambat laun menjauh,
setelah tak terlihat lagi... mereka tertawa,

"aku sudah tahu, pasti dia suka lo sama kamu!" kata salah seorang gadis

dia tersenyum senang, "yah.. mungkin saja"

lalu tawa canda mereka menggaungi sekitar mereka.
gaun mereka nampak cocok bergelantung di tubuh mereka, hari yang spesial,
baju yang spesial.. dandanan yang spesial.

"hari ini menyenangkan"



tentu saja.

tak nampak oleh mereka, aku ada di lantai empat,
mengamati mereka, di antara kesepian ku di keheningan malam.
rintik-rintik hujan membasahi badanku yang kacau oleh sakit.

berpikir,
"apa yang terjadi pada masa-masa ku yang sama dengan dia?"
"apa yang membuatku berbeda antara aku dan dia?"

kenapa sekarang dia bisa tersenyum dan bercanda dengan yang lain?
sementara aku terpuruk suram tidak penting sendirian di sini?

menyadari semuanya berubah sedemikian pesat,
tak henti-hentinya aku membaca sms terakhir darinya,
[aku besok akan datang]
seakan itu nyata saja, aku tertawa...



[---bagaimana akhir kisah ini?---]

Minggu, 22 Maret 2009

ironisnya hidup bersamamu (sepenggal cerita-part.1)

pelan-pelan kugenggam handphone di sampingku, aku tidak merasa berdebar-debar,
tetapi lebih berasa penasaran yang menggebu-gebu.

kuketik sebuah kalimat,
"terima kasih untuk semuanya, selamat tinggal,..."

lalu ak mengirimkannya ke nomer yang begitu melekat di kepalaku selama sekian tahun,
tidak perlu waktu lama untuk mendengar nada dering sms,

"apa maksudmu?!"

aku tersenyum, lalu mengetik,
"ya, terima kasih untuk segala yang telah kau berikan padaku,....
kita berpisah,..."

"TUNGGU! aku segera kembali ke rumahmu! aku mau semuanya jelas! aku ngga ngerti!"

aku berlari ke arah pagar, menunggu deruman motornya, yang perlahan mulai mendekat,
wajahnya berubah dibanding saat dia meninggalkanku,
pucat dan penuh amarah,
"apa yang terjadi?!" serunya, "kita putus?"

"maksudnya?" balasku balik bertanya

"kamu bilang selamat tinggal...."

aku tergelak, dan memeluknya,
"aku bilang, selamat tinggal untuk hari ini,...
kita bertemu lagi besok"

dia tersipu, seakan malu akan kebodohannya sendiri,
baru beberapa saat lalu dia berpamitan untuk meninggalkanku,
tapi sekarang dia merasakan benar-benar tak ingin meninggalkanku,
"aku sayang kamu"
"dan begitupun aku"

lalu, untuk yang kedua kalinya, dia berpamitan,
dia tertawa lagi, merasa tertipu, tapi sebaliknya, dia begitu menyadari,
meninggalkanku adalah kesengsaraan terbesar,
aku tertawa juga, memandanginya yang seakan tak rela meninggalkanku,
"selalu ada hari besok kan?" tanyaku

dia mengetukkan jarinya ke dahiku,
"jangan melakukan hal itu lagi"

"lakukan apa?"

"jangan membuatku terkejut"

lalu kita berdua sama-sama tertawa,



[---bagaimana akhir kisah ini?---]

perasaan yang membeku

aku tersenyum kecil hari ini, meragukan keberadaanku sendiri.
iyakah aku hidup, diantara lingkungan yang sepi dan menyedihkan di sekitarku?
aku tak jelas mengerti, apa yang sebenarnya terjadi...
bagaimana seseorang menjalani hari-harinya supaya tak terasa sepi?

kadang aku tertawa sendiri membayangkan dulu-dulu dimana hari-hari begitu menyegarkan,
selalu ada canda baru untuk diceritakan, selalu ada gosip, selalu ada skandal...
sesuatu yang menegangkan dan membuatku tak lupa untuk selalu berdebar-debar
merasakan cinta yang amat sangat banyak,

perasaan yang sangat menyenangkan, perasaan ingin melihat ingin dilihat
seorang gadis kecil yang sibuk mengetik di handphonenya, tertawa sendiri
dan penuh semangat ketika nada deringnya berbunyi. "halo.." katanya penuh dengan suka cita.

tak ada sedikitpun rasa suram di wajahnya, berseri-seri dengan muka yang memerah semu
perasaan itu menjadi-jadi ketika seorang datang menghampirinya,
gadis itu tertawa-tawa senang dan berceloteh seakan baru menemukan tempat curhatnya.
tak henti-hentinya orang tersebut tersenyum sambil mengelus-elus kepala si gadis, seakan dia anaknya.

Dan ketika waktu menjelang, si orang tersebut berpamitan,
memang selalu ada perpisahan...
si gadis berwajah cemberut, berharap orang tersebut tak lantas pulang,
masih banyak yang ingin dibahas dan diceritakan..
tapi sesungguhnya, si gadis senang berada di dekatnya.
orang tersebut tersenyum mesra dan berjanji, besok akan menemuinya lagi...
tak ingin melewatkan waktu sendiri lama-lama, si gadis buru-buru masuk ke kamarnya,
lebih baik melewatkan waktu dengan tidur, lebih cepat...

tak sabar ingin bertemu lagi,
perasaan yang meledak-ledak,

"apakah kamu besok akan datang lagi?"

"tidak diragukan"

si gadis tersenyum bersemangat, "aku selalu menunggumu"

"aku tahu"

dan sepotong hatinya terbawa serta... tertanam dalam kuburan es,
membuatnya terbeku,
bahkan tanpa sadar,
meragukan, apakah perasaan itu pernah ada atau tidak.

Sabtu, 14 Maret 2009

Menjejakkan kaki di hari yang baru

Bertanya-tanya, ada apa gerangan yang akan terjadi hari ini?
pakaian mereka bersih" dan rapi, beberapa nampak seakan siap untuk mengantor..
iyah, barangkali penampilan mereka membesarkan hati, untuk tampil ter-baik.

menjejakkan kaki di sini, membuatku nampak ciut....
pakaianku yang berantakan membuatku seakan minder, memalingkan wajah ke sekeliling
ketakutan melandaku sesaat setelah pintu dibuka, aku maju pertama.
tidak banyak yang menyapaku, beberapa hanya menepuk-nepuk bahuku...
aku tersenyum, dan membalas... "smoga berhasil" bisikku...

mendadak, perutku terasa naik turun, mulas, dan kacau
dan perasaan tak menentu itu terus menetap tanpa mau menghilang.
debaran dada ini tak hanya seolah perasaan yang berlebihan.
tanganku mendingin dan seakan tak ingin kalah, kepalaku ikut berdengung-dengung pusing
merasakan, syndrom yang tak biasa ini, aku mencelos..

namaku dipanggil, dan seakan tak bisa ditahan oleh waktu, aku berangkat untuk maju
kulihat, banyak teman-teman duduk di belakang mereka,
mungkinkah siap untuk menerkam?
menarik nafas, aku melangkah....

Selasa, 24 Februari 2009

tidak tahu harus berkata apa

memang sudah nasibku untuk terlahir hidup sendu, kadang kuberpikir.
pandanganku masi kosong, dan pikiranku berkutat dengan segala masalah.
perutku seakan naik turun, dan seperti dicengkeram, tak banyak yang tahu ada apa denganku hari ini?
semestinya memang aku baik-baik saja,
hari yang cerah, udara yang sejuk, dan kelancaran dalam melakukan tugas-tugas
seharusnya, yang terjadi, adalah aku di sini dengan senyum dan kelegaan yang bertumpuk.
sayangnya itu tidak terjadi,

parahnya, aku justru merasa lebih depresi ketimbang hari-hari sebelumnya.
dan dengan sedikit galau, aku menelepon orang yang kupercayai,
diangkat,
orang diujung sana tertawa.. menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaanku yang semata-mata hanya basa-basi.
lalu, aku mengakhiri telepon itu, dengan perasaan yang lebih sedih.
galau, orang di sana, juga sama sepertiku, tertawa dengan kepura-puraan.
berada di lingkungan yang nyaman, untuk merasa tenang,

namun, tetap kita sadar, bom siap meledak kapan saja di depan kita,
memporak porandakan semuanya...

aku melakukan kesalahan terbesar dalam hidup, yaitu.. terlahir menjadi diriku yang bukan diriku.
lingkunganku membentuk aku menjadi pribadi yang anggun dan patut dihormati.
aku bukanlah si A, yang setiap hari berkutat dengan permasalahan ini itu dan serasa kiamat setiap harinya,
aku bukanlah si B, yang setiap hari berurusan dengan cinta yang menyakitkan,
aku juga bukan si C, yang setiap hari merasa tertekan akan lingkungan sekitarnya.
aku, mungkin lebih parah dari itu.
di setiap nasib-nasib burukku,yang seharusnya tak kuterima dalam usia ku, aku justru, berpura-pura seolah-olah tak terjadi apa-apa.

aku tersenyum, mengikuti tindak tanduk teman-temanku,
tertawa, dan ikut berbahagia dengan aktivitas kami... namun apakah aku?
hari ini pun aku berusaha merentang hidup, berharap, andai saja aku bisa hidup lebih lama sebelum bom itu meledak... aku tak bisa membayangkan langkahku yang terputus saat aku berharap ingin bahagia.
aku takut.
takut ketegaranku ini akan menghilang, aku takut berubah menjadi sosok yang tak aku inginkan. tapi...



hari ini lagi,
kepalaku tertunduk pada bantal, ingin menangis, tapi tak sanggup, tak tahu apa yang harus ditangisi...
ingin bercerita, tapi semua orang tak benar-benar tahu apa yang terjadi padaku,
saat sudah mengatakan sedikit ke beberapa orang, mereka bahkan mungkin mengira, aku sudah dalam kondisi psiko,.. berpikiran suram, sementara hariku baik" saja..

tahukah kamu?
hariku lebih buruk dari yang terjadi. hatiku lebih suram, dan ketika melihat siapapun, aku sejujurnya ingin menangis..
tahukah kamu?
seberapa berjuang aku untuk hidup, dan kau hanya mengatakan aku seolah egois..
aku ingin mengatakan ssuatu kepada seseorang,
mengatakan bahwa aku sudah tidak kuat lagi...
dan haruskah aku?
sementara, aku takut membongkar rahasia smua ini, aku tak ingin pandangan mu berubah.. kau tak akan mengagumi aku lagi, sebaliknya, kasian atau meremehkan aku.

tahukah kamu?
yang sedang menulis ini, adalah seorang wanita, dengan ketegaran yang luar biasa, di antara sejuta umat, aku, ingin hidup bahagia.

Jumat, 20 Februari 2009

Pretending

pagi-pagi yang indah, dengan mentari bersinar terik, bangun pagi di saat yang lain belum bangun, seakan mimpi...
bermandikan cahaya UV, terasa sehat, dan kutemukan ibuku di ruangan sebelah,
--aku tersenyum--
dia tersenyum, memintaku untuk membawakannya barang daftar belanjaan ini itu.. seakan menjadi rutinitas setiap hari, yang harus dilakukannya terhadapku, aku menyambutnya
--aku tersenyum--

berangkatlah aku ke kampus, melihat banyak anak-anak remaja beranjak dewasa dengan dandanan modis dan keren, seketika itu juga, beberapa menyambutku dengan riang gembira,... seakan permasalahan apapun bisa terselesaikan dengan senyum.
--aku tersenyum--
mereka tertawa gembira, meminta ku untuk bergabung, semestinya ujungnya adalah bergabung untuk membuatkan tugas-tugas mereka sementara mereka cabut dari kelas.
--aku tersenyum--

tidak banyak yang tahu, termasuk d0sen.. dia juga memarahiku, karena dianggapnya aku tak berkomit pada kelas.. sementara teman-teman yang lain yang sekelompok denganku justru pergi.. aku dianggap nya bodoh, payah.. murid rendahan.
--aku tersenyum--
meminta tolong untuk memudahkanku menjalani kuliah...

di kantin, terlihat orang-orang beramai-ramai mendatangiku, bukan, tepatnya mendatangi sebelah mejaku... cewe-cewe berdandan menor dan berpakaian seksi itu nampak sibuk bergosip sementara beberapa benda mereka, seketika jatuh bergulung ke arahku...aku memungutnya... dan menyerahkannya...
--aku tersenyum--
mereka berterimakasih dengan nada menggoda lalu pergi dengan membisikkan ke satu sama lain sambil memandangiku dengan tatapan meremehkan.

sebelum pulang, seorang teman memintaku untuk mengantarnya ke suatu tempat, yang kebetulan tak jauh dari tempat aku harus belanja... aku mengangguk setuju
dan nyatanya, dia justru berbohong, tempat yang hendak didatanginya, justru jauh dibanding perkiraanku, panas, terik, dan bensin motor yang semakin berkurang...
dalam pikiranku, bagaimana aku bisa membeli bensin sementara uangku pas-pas-an bahkan kurang,
dia terus meminta maaf, ketika sampai pada tempatnya,
--aku tersenyum--
berkata tidak apa-apa. bukan salahnya..

ketika sampai di rumah, aku mendapati kabar, seorang sahabat telah berkencan dengan orang yang kutaksir selama ini... dia meminta saran padaku, dan berharap aku mengucapkan selamat.
aku berpikir berulang-ulang, dengan perasaan campur aduk,
ketika akhirnya..
--aku tersenyum--
dan mengatakan "semoga kalian bahagia"

sesaat setelahnya, seorang teman mengajakku untuk berjalan-jalan. dan kulakukan. ketika sampai di suatu tempat mewah, yang sangat tak cocok dengan budget dan keadaanku saat ini, aku merasa.. minder, seakan orang miskin tak berdaya menghadapi tagihan mendadak. aku nyatanya ingin diet, alibiku, tapi tak nampak orang percaya, dan mereka terus mencercaku untuk makan...
--aku tersenyum--
tak berharap melihat wajah kecewa mereka, dan dengan tabunganku kugunakan.

pulangnya, kulihat ibuku sedang menata bahan-bahan kerjaku yang seharusnya kukerjakan hari ini.. basah oleh air. aku tertegun, ingin menangis, tapi tak kulakukan. ibuku lebih terlihat ingin menangis.
--aku tersenyum--
menepuk pundak ibuku, mengatakan akan baik-baik saja dan bisa mengatasinya.
dia mengelus dada, berkata, berbahagia memiliki anak sepertiku.

aku menelepon kakakku, berharap dia bisa membantu untuk kerjaanku yang tercecer, basah oleh air.. tapi dia tak bisa dihubungi,
dan ketika dia menjawab telepon, dia berkata, dia tak bisa membantuku,
sungguh seribu maaf...
--aku tersenyum--
mengatakan, tidak apa-apa. terima kasih sudah bersimpati terhadapku.

aku mengerjakan lagi dengan susah payah, lelah oleh waktu, keadaan dan emosi yang terus mengguncang, ketika aku menjawab telepon.
seorang saudara, ingin meminta bantuanku, mengarangkan cerita dongeng tidurnya, yang seharusnya tak jauh lebih penting daripada apa yang kukerjakan.
dia terus berkata maaf jika merepotkan, dan seakan itu perlu saja untuk diucapkan.
--aku tersenyum--
berkata akan membantunya melakukan hal-hal sekecil apa saja untuk membuatnya senang, dan dampakny dia sangat berhutang budi.

ketika tidur, kulihat jam 12, dan kurasakan tubuhku semakin tua, pas dengan hari ulang tahunku yang berdetak maju.
tidak terjadi apa"...
tidak ada yang mengucapkan apapun...
tidak siapapun...
--aku tersenyum--
dan berdoa, sungguh beruntung menjalani hidup selama ini...

semakin emosiku meledak".. berharap, bsok, aku bukanlah seperti aku saat ini,
melainkan lain,
aku tak perlu menjadi orang yang benar-benar diharapkan.
aku ingin menjadi orang yang aku harapkan.

pretending, someone else can come and save me from myself...
dan ketika tak terjadi jua. nampaknya aku yang harus mengubah hariku.

suram...
--aku menangis--

tik.. tak.. tik.. tak....

tik. tak. tik. tak....
suatu hari yang panas, diselingi dengan asap kebal knalpot, terik, berdebu, berpolusi...
keadaan yang amat cocok untuk meletakkan diri di area kematian tak langsung.
di dalam kaca mobil, seorang supir bergumul dengan rasa kesalnya akan macet yang tak kunjung berhenti.. mobilnya tak bisa maju. dan seakan ikut mengobarkan api aramah, jam berdetak.. tik.. tak... tik.. tak..

tidak jauh dari dirinya, seorang pengemis meminta-minta di depan kaca mobilnya,
"apa dia tidak tahu, kalau si supir itu hanya seorang supir, dan dia buru-buru menjemput majikannya?"
mengetuk kaca mobil seakan tak rela diusir, si pengemis tak tinggal diam ikut menyerukan pertanda, dia juga kepanasan.. dan memang pekerjaannya seperti ini.
diam di dalam panas untuk mendapatkan uang, biarpun sdikit pun...
baginya, waktu juga uang,.. dan macet memberikan waktu itu...
tik.. tak... tik... tak..

yang lain, pengamen menggenjreng"kan gitarnya, dengan sok jago, ikut bernyanyi dengan nada-nada fals...
anak lelaki di sebelahnya membantu si pengamen bernyanyi, tak luput mengimbangi nada fals si pengamen. berteriak-teriak seakan kehausan... di depan pintu angkot.
orang-orang di dalam angkot saling pandang dengan bingung, apa yang terjadi...
apakah si pengamen bernyanyi atau justru sedang berdiplomasi?
nada-nada cinta yang hendak diucapkannya jauh melenceng dari nada yang keluar...
beberapa tertawa... beberapa tidak.. beberapa mengambil receh dari dompet mereka dan menyerahkannya... beberapa berpura-pura tak melihat..
mengibas-ngibaskan tangan mereka, ke arah wajah.. panas yang menusuk...
melihat jam tangan, hape.. melihat waktu yang terus berjalan...
tik.. tak.. tik.. tak...

aku terlihat lesu.. kulitku yang pucat nampak berkerut, keriput dan seakan jauh lebih tua dari umur.
panas begitu menerkamku, seakan menggodaku untuk menjadi hitam, terpanggang...
tanpa lelah kakiku berjalan, menerjang panas yang menyengat serta debu-asap mengepul.
rasanya.. waktu berjalan sangat lama...
bersenandung lagu riang, berharap waktu tak cepat berlalu,
atau jikapun tidak... tidak perlu berlalu, berhenti seperti saat ini saja...

suit-suit-suit... pemuda tanggung menggodaku, untuk berhenti melangkah,
dia memanggil-manggilku, sementara aku tak tertarik untuk meladeninya...
tik.. tak.. tik.. tak...
entah apa yang kutunggu, bahkan sudah lebih dari dua jam di jalan tol yang panjang dan macet.... berdiri seorang diri di dekat pintu masuk tol,
dengan beberapa pemuda tanggung yang tak berhenti mengolokku di kampung belakang.
berpikir badanku sudah ciut kehilangan cairan tubuh, memuai oleh panas...

entah apa yang sedang kunantikan...
tik.. tak.. tik.. tak...
tak jua menjemputku......

Senin, 16 Februari 2009

percuma

bersandarlah aku pada sebuah sandaran kursi kayu, tidak nyaman nampakny, keinginanku untuk bersandar pada tumpukkan bantal tidak pudar, justru semakin kuat.
hawa dingin yang menusuk tulang-tulangku seakan tak membuat seseorang prihatin akan keadaanku. rasa mencelos yang kuat, menjadikan perutku seakan terkoyak-koyak.
perasaan yang tak nyaman ini,
sudah melekat menjadi sebuah pribadiku bertahun-tahun.

aku bermimpi untuk dapat tidur di ranjang yang empuk, dengan kain yang halus, slimut yang hangat, bantal yang empuk. kehangatan yang mendekapiku, dan tak berharap akan berakhir...
nyatanya, aku malah duduk di kursi keras. terdiam merenung, seakan menanti pasrah takdir yang menghadang.
dalam pengertian bahwa, tidak banyak yang berubah sementara aku terus berdiam diri disini.

kadang ada saatnya orang menginginkan untuk sendiri...
hanya saja, padaku, aku lebih menginginkan hal itu hampir di tiap harinya.. kesendirian memang menjadi sarana terbaikku untuk mengurangi segala emosi kesedihan penyesalan yang menusuk nusuk.
kesendirian berarti lebih untukku pada saat-saat kehilangan semangat dan kekecewaan yang melanda seperti saat ini.

aku berpikir, kenapa, semua tak bisa berjalan sesuai keinginanku, dan mengapa harus terjadi sebaliknya?
saking terkejutnya karena yang kuharapkan berlawanan, aku memilih mengurung diri...


dingin masi sibuk mengelayuti ku, seakan bermanja, karena aku tak peduli...
pikiranku terlintas keinginanku untuk berbalik dan merebahkan diri di ranjang yang hangat...
aku tertawa kecil, menyadari,
sebenarnya, semua yang aku lakukan adalah percuma..
tidak mengubah apapun.

barangkali kau merasa sendiri....

nyatanya hidup tak semudah yang diceritakan, lebih berat menjalaninya...
kadang, berkali-kali terjatuh dan tersungkur, akhirnya mulai terbiasa untuk berpura-pura... kepura-puraan itu menebalkan wajahmu untuk lebih ceria menghadapi hidup,
lebih tegar, lebih percaya diri, dan mandiri...

seketika itu, dunia akan lebih ramah terhadapmu, apa yang kau katakan akan lebih disambut banyak orang.. tapi benarkah? itu yang sebenarnya kau harapkan?
akan lebih mudah, dan keinginanmu, untuk tidak berpura-pura dan menjadi sebenarnya,
lebih mudah untuk mengatakan apa yang ingin kau katakan...
katakan, apa yang kau rasakan, katakan apa yang kau inginkan....

mungkin, memang dunia yang kejam tak akan membela orang seperti itu.
kita dituntut untuk berbaik-baik kepada semua orang, bersikap manis, seolah hidup indah
sungguh sulit terlepas dari bayang-bayang belenggu kemanusiaan.

pelan-pelan tapi pasti, semua hal yang bertentangan menggerogoti jati dirimu.
kau cukup lelah, tapi tak ingin berhenti, krn tidak ada yang tahu, tidak ada yang mau tahu.... memang mungkinkah tidak ada yang perhatian, sebanyak perhatian ke diri masing-masing.
sebuah realita yang wajar, ...
semua orang berpura-pura untuk menjadi baik, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, menjadi apa yang seharusny tercapai...
semakin tebal, maka dia akan semakin disegani.
benarkah? itu yang diinginkan?

sungguh tak patutlah kita bergumam sendiri akan apa yang membebani kita, sementara yang lain baik-baik terhadap kita. dan haruskah kita?
kenapa sayap-sayap kita seakan terikat oleh perasaan bersalah, kecewa, dan menyesal.
terus-terusan mengumpat takdir yang seakan tak pernah berakhir mengecewakan.
suram....

tapi, seperti katamu suatu ketika, barangkali aku merasa sendiri,
di mana keramaian melingkari harimu dengan hangat.. dan mendingin seketika kau berubah menjadi dirimu sendiri.
aku terus ada seperti kau terus ada... semestinya terhalang oleh jarak.
meski tidak banyak yang tahu...,
paling tidak, aku tahu.
berusaha tahu.
ingin tahu.

dan bila akhirnya, barangkali kau merasa sendiri,
terpikirkan lah olehmu, tidak kau saja, akupun begitu,
tanpa tahu apa yang kualami lebih berat daripadamu, atau sebaliknya...
suatu kebersamaan dalam satu kegelapan.

Sabtu, 14 Februari 2009

suramnya sebuah valentine di hari malam minggu

jikakah kau mengatakan,
"cinta tak harus berakhir bahagia, karena cinta tak harus berakhir"

maka,
pernyataan itu tak semudah mengatakannya,
demikian cinta akan datang, maka akan pula pergi, secepat datang, secepatnya pula pergi... muncul dan menghilang, seperti kodrat yang dianugrahkan.

jikakah kau mengatakan,
"cinta butuh suatu komitmen, dan bukan hanya pernyataan"

maka,
pernyataan itu semata-mata basa basi,
seketika komitmen dilemparkan, maka sebuah kakulator membentang dan seribu pertimbangan menggunung, seakan tak mudah memilih, kepada siapakah cinta akan berlabuh untuk berkomit.


ketika kau mengatakan,
"aku sendiri, di hari valentine ini"
yang kubayangkan adalah, kau, di kamarmu, terdekam kesunyian yang dimana-mana tak ada orang yang mengetahui kesendirianmu,
seperti makan malam di saat, kegundahan menghantuimu... sementara kau terisolasi dari duniamu, betapa malunya terlihat oleh mereka.
nyatanya, mungkin, hanya 2 hal yang terlintas,
kau tidak laku, atau kau autis....

ketika kau mengatakan,
"aku bahagia, di hari valentine ini"
yang kubayangkan adalah, kau, bersama dengan kekasihmu,
entah berapa lama kau menunggu memesan tempat spesial ini,
hanya untuk bersamanya, paling tidak beberapa jam, meski mungkin setiap haripun juga ketemu... entah kenapa terasa spesial, dandanan yang spesial, makanan yang spesial, tempat yang spesial, dan kenangan yang spesial..
ketika kata" valentine muncul, yang ada di benakmu, adalah, valentine tahun" yg lalu, yang mungkin kau rayakan dengan org lain, atau valentine masa depanmu, apa yang akan kau lakukan masa depan...
tp cukup, untuk hari ini saja, "berbahagialah saat ini"

ketika kau mengatakan,
"aku sendiri, tp aku bahagia, di hari valentine ini"
barangkali, kau bersyukur, dengan teman" dan keluarga terdekatmu.. atau mungkin hanya menghibur diri, tetapi tentunya, diselingi dengan kegiatan yang membuatmu merasa,
"setiap hari, adalah valentine"
mungkin, kau lebih tegar, dibanding kedua tipe yang lain... seakan dunia sudah menjadi milikmu, dan hari valentine bukanlah hari yang terlalu perlu dikeramatkan.

namun,
apapun katamu,
aku percaya, seketika kau mengatakan "cinta"
valentine tak hanya sebuah tradisi, melainkan sebuah hari untuk memperjuangkan hatimu
bukan sebuah reputasi, tapi kebersamaan....


kebanyakan orang bahagia di hari ini, begitu ramai,
ketika beberapa hati orang begitu suram,
apakah hatimu sesuram mereka, atau tidak,
itu tergantung persepsi mu,
seperti coklat, apakah manis atau pahit, tergantung rasamu....

Heppi Valentine 2009.
penulisinthink,~♥

Rabu, 11 Februari 2009

k0ntras...

ketika menatap cermin, terlihat bayangan, yang kontras,
antara diriku dan bayangan di belakang layar cermin,
nampaklah seseorang yang berkilau, masa depan cemerlang, dan berhati mulia..
seharusnya dia hidup dengan bahagia,...
sementara tanpa disuruh pun, aku tau, hidupku kontras dengannya,
penuh iri, dengki dan keserakahan yang tidak ada ujungnya,
kapanpun dimanapun... dengan siapapun,

barangkali aku tak terkurung dalam layar cermin seperti ini, mungkinkah nasibnya akan berubah...?
karena nampaknya sekarangpun, dia tidak bisa hidup bahagia,
atau mungkin karena memiliki aku?
padahal aku yang justru tersiksa akannya, ketika aku ingin melakukan hal yang seharusnya kulakukan, aku malah terkekang akan perasaannya,...
hidupku makin tak jelas.. amarahku seperti ditanggul.

padahal, aku lebih kuat dari padanya, dan bisa dengan kapan saja keluar dari layar cermin ini, untuk muncul dan menghancurkan apa yang telah dia bangun,
dengan satu kata, hidupnya berakhir, dan akhirnya, aku yang menang,
terpuruk bersamaku, dan berbahagia denganku dalam kehancuran...

tapi aku tak pernah bergerak untuk itu, dan kujalani saja apa maunya,
tersenyum,
tertawa,
berbuat baik,
seakan hal itu tidak membuatku muak saja,

umurku yang pendek membuatku makin seperti menyia-nyiakan hidup,
dengan melakukan hal yang sejujurnya "bukan aku banget"
ketika mendengar,

"aku merasa.. tawa mu selalu tak pernah lepas yah? apakah ada yang mengganjal?"

dia menatap aku, dari balik kaca,
seakan aku penyebabnya.... dan mungkin kah aku, aku bertanya-tanya...
entah kapan aku mati, penyakitku mulai menggerogotiku,
seandainya berharap untuk kuat, dia jauh lebih tegar dariku,
kugenggam erat-erat tubuhku,
aku tak ingin menghilang,
....

kisah seekor kutu loncat

kegalauan sesaat menggenangi nasibku, hariku, dan cuaca
mendung, kelabu, amat cocok dengan nasibku saat ini yang tak terarah...
sesaat aku berharap bisa menemukan salah seorang yang cocok denganku,
tapi kenyataannya, aku telah terlambat untuk bergabung dalam kelompok,
yang memang bukan untukku...

beberapa teman bersorak padaku, melambai untuk bergabung
ketika berada di tempatnya, tersenyum, bergerak, beraktivitas bersama,
maka realita dan penyadaran akan tempat yang tidak seharusnya aku berada, begitu jelas...
akhirnya aku bertanya kembali,
"kenapa aku disini?"

ketika berpindah dan berpindah, dari teman"yang satu ke yang lain,
perasaan ini tak pernah hilang pada akhirnya... begitu banyak teman, kenalan, koneksi..
dan bahkan di manapun selalu disapa, bagaikan terkenal...
tapi yakinkah diriku seterkenal itu, ataukah hanya kepopuleran yang mengenal "namaku" saja,, dan bukan aku?

iRi.. sejujurnya aku iri,
melihat begitu banyak sahabat yang kompak, bersama, dan menjalin persahabatan suka dan duka yang tiada akhir.
keindahan akan hal itu yang ternyata tidak kumiliki,
sementara mungkinkah mereka iri padaku, yang dimanapun kapanpun, teman ku selalu banyak....
aku memiliki banyak teman,
tapi bukan sahabat.

dan ketika, aku terjatuh,
kau akan sadar... bahwa sejujurnya, aku sendirian.
seperti episode" yang selalu datang berentetan dalam hidupku,
tanpa mengecap hal yang berarti akan persahabatan, dan itu adalah kosong.

mereka datang dan pergi,
muncul dan lenyap,
seakan tak pernah ada yang kekal,
dan memang seperti itu hidup..

membutuhkan jiwa yang tegar untuk menjalani hidup seperti ini,
yang barangkali bukan saat yang tepat untuk menemukan sahabat yang,
di saat kehancuran datang, atau dunia tidak berada di tanganku,
dia adalah satu-satunya yang bersamaku,
menemukan bahwa dia blm datang,
tataplah langit, hujan menjelang...

Jumat, 06 Februari 2009

dimana kebahagiaan berada?

hari-hariku dimulai dengan kesuraman, didukung dengan perasaanku yang sendu
memilukannya hidupku mulai kacau dengan olah yang kubuat sendiri
bergelut dengan perasaan yang terguncang,
mencari jati diriku, sebenarnya, siapa aku, dan apa sih, mauku?

kadang aku merasa hidup tak adil,
bagaimana mungkin seorang yang tabiatnya buruk bisa hidup berkelimpahan kebahagiaan yang tak terkira, sementara orang lain yang berusaha untuk hidup baik, justru terpuruk dengan kemeranaan tiada ujung dan terpaksa bertahan di jalan yang gelap.
berpikir, kenapa bukannya diriku saja orang itu?
ataukah aku harus merubah semua tabiatku, agar bisa hidup seperti itu....

aku merasa dejavu,
merasa suram, merasa tak berdaya, dan ciut.. ketika disebelahkan dengannya.
padahal, apa yang harusnya aku takutkan? diriku jauh-JAUH-lebih baik.
sekalipun kebahagiaan tak lantas mengkungkungiku sepertinya,
tapi aku toh berusaha berlari meraihnya, bertahan di jalanan terjal berliku,
dan walaupun hingga kini kurasakan tak datang juga,
ak tak pernah gentar,
sampai saat ini...

melihatnya, aku merasa dejavu, suatu mimpi yang kuinginkan terjadi untukku, namun tak hingga kuraih...
pertanyaan mengapa mengapa mengapa... mungkin, sejujurnya, aku hanya iri...
aku begitu iri, dan berusaha sekuat mungkin mengubah pandanganku dan khayalanku makin menjadi-jadi..
meneriakkan kesekeliling dan beranggapan yang buruk.. seakan itu bisa mengubah kenyataan saja.

rasa iri ini membelengguku, "kenapa bukan aku?" atau "kenapa harus aku?"
berangan, seandainya aku memiliki secelah hati untuk mengatakan bahwa aku cukup baik, dan rasional untuk menerima kenyataan,
seharusnya, aku tidak iri, dan berbahagia untuk kebahagiaannya..
tapi...
betapa sukar,

bagaimana aku bisa ikut berbahagia untuk orang yang bertabiat buruk, yang hidup di dalam mimpi-mimpiku, sementara aku tidak bisaaaaaaaaa!!!!!!!

jiwaku terguncang, menarik nafas,
dengan tiga kondisi.
satu, aku ingin menjadi dirinya
dua, aku akan menghancurkan dirinya
tiga, aku ingin bahagia dan hidup sepertinya
dan hatiku mengetuk,

ketika kutolehkan,
tak kuasa menahan haruku... nyatanya...
hal-hal sepele seperti pengorbanan sahabat kecilku, meski tidak seheboh mimpi anganku, adalah.. kebahagiaan paling berharga dalam hidupku
sesuatu yang ikhlas, tulus, dan penuh cinta
daripada bergelimpangan harta dan popularitas...

sesuatu yang kecil mengetuk, dan hati kecilku pun sadar,
aku tak perlu jadi orang lain untuk bahagia,
mungkin mimpi-mimpiku bukan takdirku, dan meski tak lantas mengejarnya,
aku masih punya sejuta impian lain.... yang lebih berharga.
terima kasih sahabat-sahabat kecilku,
terukirlah namamu di hatiku...
suatu kebahagiaan, telah diketuk olehmu.

Rabu, 04 Februari 2009

ketika, umurku bertambah...

seketika detik berdetak, mulai lah aku sadar,
umurku bertambah... begitu juga dengan segala ragaku yang perlahan berubah jadi tua
manusia memang tak pernah puas akan segalanya,
ketika kecil, aku selalu berjinjit bermimpi agar besok umurku lewat 4-5 tahun,...
namun ketika sms dan telpon berdering mengaggetkan lamunanku,
sadarlah aku, aku lebih ingin muda dibanding hari ini...

tidak ada yang terjadi seketika angka 12 lewat sudah,
dan aku cukup lelah untuk menunggu entah apa yang kutunggu...
aku memilih tidur untuk menganggap bahwa, kenaikan peringkat tua ku adalah mimpi
nyatanya,
tak terjadi..
sebangunnya aku, justru menemukan apa yang biasa aku alami di tahun-tahun sebelumnya

sebuah kesendirian

begitu banyak ucapan, tak jua membuatku lantas merasa bahagia,
dan pertanyaan konyol seakan melibatkan pikiranku,
benarkah aku seharusnya pantas untuk bahagia?
mengingat, kesendirian yang mencekam di hari yang kadang disebut spesial ini?

entah kenapa aku tidak merasa beruntung,
dengan kue kesukaanku dan teman-teman terbaikku yang selalu ada di sisiku,
atau aku beruntung, hanya saja, selalu ada ruang kosong di sini.
mimpiku tak terjadi, sementara umurku bertambah tua...
hari yang terus berputar, dan aku selalu memanjatkan doa,
berharap...
selagi umurku bertambah, kekosongan ini akan tertimbun perlahan,
waktunya aku untuk bahagia...

selalu.. hari ini,

memulai lembar baru, berarti, menutup lembar lama...
sayangnya, rutinitas itu selalu diikuti dengan helaan nafas yang panjang...
kehilangan seseorang lagi, lagi dan lagi.. lelah memang
perasaan yang selalu muncul adalah, sedih.

kadang pertanyaan yang selalu terngiang di otakku adalah,
kenapa seseorang harus datang dalam hidupku, dan kemudian pergi?
sementara meninggalkan bekas kenangan yang tak pernah terlupakan,
dan menjadi sebuah kenangan yang menyedihkan?

dampak yang muncul kembali adalah,
kekecewaaann....
kenapa harus datang dan pergi!!! lebih baik tak usah saja saling kenal


begitukah?


hari ini,
selalu,
aku menatap layar dengan mata berkaca-kaca,
seakan tak percaya... orang yang kukira, paling tangguh, akhirnya, rubuh juga
ketika kehilangan dan tak ada namaku lagi di dalam pikirannya, aku berpikir,
mungkinkah, perlakuanku sedemikian kejam..
sehingga dia merasakan aku pantas menerima hal ini, meninggalkanku?

kali ini, untuk pertama kalinya, aku merasakan dilema...
ketika berusaha menutup lembaran itu,...
hal yang tak pernah kupercaya terjadi, aku tak ingin menyesal...
apakah, aku berani beranjak untuk melangkah, mengambil lembaran lama itu, sebagai suatu lembaran baru...
hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya..

Selasa, 27 Januari 2009

pura-pura berkata

gema sincia bergaung, orang-orang tersenyum dengan mengenakan pakaian serba merah.
sebuah tradisi, kataku... mengenai segala apa yang saat ini dilihat.
kiong hi.. kiong hi... bahkan tak jarang pun, si samsi ikut bergoyang seirama dengan angpao yang tersebar.

tentunya ini adalah sebuah berkah bagi manusia sepertiku, yang nyatanya tidak dapat menghasilkan uang dalam satu hari, sebanyak menghasilkan uang dalam satu hari sincia.
"berharap bila sincia setiap hari" hahahaha....
sama halnya dengan sebuah tradisi idul fitri, dimana orang-orang remaja anak-anak mendapatkan uang dari yang dewasa..

masalahnya aku sudah akan dewasa,
dan tanpa aku bisa mengelak, otomatis, suatu saat pun aku harus memberi mereka uang.
bagaimana bisa kulakukan? sementara sekarang aku masih bermanja-manja dengan uang orang tua....

pada kenyataannya, tak semudah itu, sementara di tiap detik, hidup menjadi semakin berat.
kadang, aku ingin menangis, ingin mengeluhkan kesahku akan kekesalan, kekecewaan, amarah... yang kadang membuatku "tak seperti gadis lain"
kadang aku terlalu iri dan berharap bisa hidup bertukar raga dengan mereka.
hanya saja, tidak ada yang bisa aku ajak berunding sementara egois memang selalu berada di benak kami masing-masing...

memang, pada akhirnya, aku hanya bisa pura-pura berkata "aku baik2 saja"
atau semacam "aku memang bahagia"
sementara dirimu sejauh itu lebih bahagia daripada aku yang hanya pura-pura berkata..
berharap memang hal itu terjadi padaku?

Minggu, 25 Januari 2009

Cemas.

Aku tidak suka berpura pura,tapi hari ini aku melakukannya...
Entah dorongan apa yg membuatku merasa tidak ingin menjadi aku,parahnya,bahkan aku tak tahu ingin menjadi siapa.
Perlahan aku memandangi wajah pucatku,rambut lurus terurai indah membingkainya,..
Kadang,itu menjadi pengalih perhatian,supaya orang tak slalu memandangi kulit yg pucat dan bawah mata kegelapan.

aku pasti dikira hantu...

Tapi hari ini berbeda,aku tanpa alasan datang ke sini
Terang terangan menyuruhnya memangkas sbagian rambut ku yg slalu dibanggakan..
Entah untuk diriku,atau karena ingin berpotongan sama dengan gadis yg kulihat tadi pagi...

Hasilnya... Hancur.

Aku jelek.memang.
Tapi semenjak aku mulai bungkam pada orang orang terdekatku,penambahan tingkat kejelekanku tak akan berpengaruh besar...

Seperti nya,kesintinganku menjalari otak bahkan perilakuku...
Mungkin,aku patah hati,kata orang.
Yang aneh,bahkan pada siapa patah hatipun,aku tak tahu...

Weird.
Kulihat kaca,di dpanku,berdiri entah siapa...


With my cell.

Sabtu, 24 Januari 2009

katanya, aku sinting

hari yang gelap berlabuh dengan awan hitam dan kemudian rintik air
aku menatapnya ternganga, bukan karena air yang membasahi tubuhku,
juga bukan karena petir bergelegaran berdengung di telingaku...

tapi, karena aku disebut, sinting.
bukannya tak habis pikir, kenapa aku dikatai sinting, apa mereka buta?
jelas-jelas aku waras, bahkan wawasan dan kecerdasan otakku tak akan kalah dengan mereka. herannya, aku dikatai sinting, sementara mereka sendiri tak kalah sintingnya denganku...

mereka mentertawaiku lagi, dan terus mengata-ngatai aku dengan sebutan tak bermutu, yang sejujurnya, aku merasa.. lebih cocok untuk diucapkan ke dirinya sendiri.
yah, aku tak mengelak, karena mungkin aku mendekati kata "sinting" itu... bukan karena aku benar-benar sinting dan mengalami penyakit kejiwaan, yah.. mungkin sedikit cenderung ke arah hal itu.

aku autis, dan tidak. toh aku tidak hidup di dunia dan pikiranku sendiri,.. sepertinya, aku cukup normal untuk hidup di bumi. tapi memang, kadang dalam suatu ketika, aku bisa memandang sudut pandang dari kaca mata otakku yang lain.

aku suka mengada-ada.
aku suka berpikir bahwa si orang itu seperti ini itu, dan yang lain seperti ini itu.
kemudian dalam pikiran dan cerita yang aku karang sendiri dalam otak, aku larut... dan seperti tanpa kembali ke permukaan, aku memandang beberapa orang yang aku jadikan "tokoh" dalam pikiranku, dengan tajam..
bukan obsesi sutradara, bukan juga obsesi pemain film,
insting ku yang membuat itu semua, dan kemudian,.. saat menemukan "mainan" itu, aku terdiam beberapa saat, memandang dengan tatapan kosong, sementara otakku berpikir tanpa henti mereka-reka cerita khayal yang kubuat.

tertawa sendiri, merasa sedih sendiri, terhibur sendiri...
yah, kadang aku merasa, sinting.
akhirnya, waktu ku lebih banyak kuhabiskan untuk bermuram durja di atas segala kondisi lingkungan dan menyusunnya menjadi suatu cerita "milikku sendiri"
aku toh memiliki teman, memiliki keluarga yang baik,.. hidupku normal-normal saja.
sampai aku terjun ke khayalanku sendiri, di saat itulah, beberapa momen, aku seperti tidak berada dengan mereka, di dunia ini.

salah seorang dari mereka menepuk bahuku, dan aku terkejut,
"benarkan, km sinting?" katanya tertawa.. melihatku yang (lagi-lagi) terjun dalam otak dan khayal ku.
aku melakukannya lagi.... fiuh~

Jumat, 23 Januari 2009

"seandainya"

terlalu sering kata-kata "seandainya" terngiang di telingaku,
terduduklah aku di suatu malam beserta kerapuhanku,
berharap seandainya (lagi-lagi), matahari cepat mengeluarkan cahayanya...

wajahku terasa tebal oleh udara dingin yang sesekali berhembus mesra,
rambutku tersibak oleh angin yang lewat mendadak,
yah bisa diduga, aku memang sendirian... tapi bukan itu yang menjadi masalah.
masalah utamanya adalah,
"aku bahkan hidup tanpa jiwa"...

tanpa tahu apa yang kumau, apa yang kurasa, mungkin benar,
seperti kata temanku, aku benar-benar telah mati rasa...
mungkin terlalu berlebihan, tapi sungguh mendekati hal itu.

tidak ada yang aku mau.
tidak ada yang aku benci.
tidak ada yang aku cinta.
hidup berjalan sementara hatiku terhenti.

kadang-kadang, kata seandainya muncul ketika perasaan ini tiba,
seandainya aku lebih pintar, kenyataannya otakku pas-pas an, dengan nilai yang seadanya...
seandainya aku lebih cantik, kenyataannya aku tidak, dan aku merasa, jujur.. aku tidak cantik...
seandainya aku lebih kaya, kenyataannya aku orang biasa-biasa saja, bahkan hidup dari tangan ku sendiri pun aku tak sanggup...
seandainya aku lebih baik, kenyataannya aku tidak baik, leherku berat oleh dosa...
seandainya aku lebih supel, kenyataannya.... bahkan, dekat dengan diriku sendiri pun, aku tidak.

seperti di lorong tanpa ujung yang gelap, aku melangkah mencari tahu sesuatu
sesuatu yang hilang dan entah apa, aku mencari sesuatu yang dapat mengubah kata-kataku dari "seandainya" menjadi "akhirnya"
aku terlalu lama terkurung dalam lorong ini, bahkan, tidak ada seorangpun yang mungkin bisa menolong, atau bahkan mereka tak peduli.

terkunci sudah, jiwaku.
tersenyum, tertawa, menangis, melakukan apapun, tanpa hati.
bagai ruang yang kosong, yang ditembus oleh waktu.
aku sudah puas, dan merasa, tak perlulah aku merasa "seandainya" lagi.

memandangi jemariku yang tersilaukan oleh sinar matahari...
tersenyum lah aku di sudut ruang yang kosong, "akhirnya"...

dilema

aku menatapnya,
sebenarnya, aku sudah mengenalnya sejak lama, meski mungkin dia tak mengenalku sejauh aku mengenalnya..
aku sering melihatnya, memandangnya diam-diam, bahkan tau namanya.
meski padaku, dia tidak, aku tak peduli..

mungkin, aku suka padanya, karena, dia cakep.

yah, mungkin hanya itu alasan satu-satunya aku memandanginya,
daya tariknya adalah kecakepannya, sehingga pandanganku kadang tak bisa luput seketika dia lewat di dekatku,
hanya untuk memandangnya selama sepersekian menit.

aku tak pernah berharap lebih,
toh, aku tak tertarik untuk mengenal lebih jauh tentangnya, gosip-gosip tentangnya sudah sangat cukup untuk menjawab semua ketertarikanku padanya,

sampai, dia benar-benar ada di dekatku
aku menatapnya,
dia kini di depanku, duduk di sebelahku, tersenyum padaku,
dan yang kadang tak dapat kupercaya, orang itu adalah temanku, sekarang

dia tertawa-tawa menceritakan pengalamannya, dan sesekali ak mengomentari dengan senyum'
dia menepuk-nepuk pundakku mengata-ngatai aku, tapi di matanya, dia seakan menginterogasi perasaanku.
sekarang, aku jadi gelisah... apakah aku benar" suka padanya?
semakin ak dekat, aku semakin terpuruk
terpenjara oleh perasaan "entah apa" yang membuatku tak bisa lepas
ketika tahu, dia tak hanya "cakep" tp ada sesuatu yang lebih, yang akhirnya aku sadar,
itu daya tariknya yang sebenarnya...

mungkinkah, aku suka,
mungkinkah, aku terpesona,
dia hebat, dia cakep, dan dia.. mendekati sempurna, meski tidak.
aku bahkan tak tahu, dari segi mana, sampai ak rela mendengarkan ceritanya yang panjang dan kadang tak bermutu... apa alasan dan sebabnya, bahkan, untuk mencarinya, terlalu kompleks

aku menatapnya,
dia sudah tidak tertawa lagi, bahkan melipat wajahnya ketika aku lebih terfokus pada lamunanku,
aku meminta maaf, dan melanjutkan mendengar ceritanya,
menghela nafas, dalam dilema, perasaan "entah apa",

...apapun itu,
pelan-pelan kutelusuri dan kucari sendiri jawabannya....

yang tak punya jati diri

asap dan debu, bercampur jadi satu,
bukannya tak mungkin rasa eneg ini muncul seketika diiringi rasa pusing akibat rem yang diinjak tak beraturan.
sempit dengan peluh keringat dan bebauan yang serba mengaduk perasaan mualku

disudut kursi, ada seorang lelaki, kekar, bertampang seram..
wajahnya bersungut-sungut memandangi kaca di depan supir, yang isinya adalah mobil-mobil bertumpuk tak beraturan.
yah, macet.. sesekali, mungkin tanpa sadar, dia menggigiti jari-jarinya..
ak tertawa kecil dalam hati, melihat seorang lelaki yang memiliki kebiasaan yang sama denganku,.. mengapa dia sebegitu takut nya akan macet?
mungkinkah dia sedang buru-buru dan berharap menjumpai sesuatu sebelum terlambat?

di sebelahnya, ada seorang wanita, pakaiannya kemeja dan blazer, mungkin pakaian kerja
dia bergumam-gumam dengan earphone hapenya, mungkin dia sedang sibuk menelepon
berulang kali dia memainkan jemarinya, kuku-kukunya yang lentik didandani dengan indah, wajahnya yang terlihat kelelahan tak jua menurunkan nilai kecantikan dan keanggunannya...
seorang wanita karir mungkin.

di sebelahnya lagi, ada seorang anak kecil, mungkin smp
dia mengenakan tas slempang, bersemangat melihat kemacetan, dengan wajah yang penuh keceriaan.
hingga, seketika rem diinjak, dia berdiri sedikit untuk memandangi di luar jendela, seberapa macet di luar sini.

tak banyak yang kulihat, pandanganku tertutup oleh kemacetan dan kesempitan di dalam mobil.
yang aku ingat, di sebelahku adalah seorang gadis, mungkin berumur sama denganku
dia tinggi, hingga duduk di sebelahku pun, aku bagaikan kurcaci
dia kurus dan tinggi, sementara aku pendek dan gendut.
ak tak berani membayangkan bagaimana pandangan orang terhadap kami berdua.

rambutnya yang cepak bergerai indah dengan headset di telinganya,
aku ga habis pikir, kok bisa-bisanya dia menggunakan ipod dan headset di dalam angkot seperti ini,
di saat kemacetan dan panas pengap.
apa dia ga takut emosi seorang klepto akhirnya tertuju padanya?
dia tak melihatku, toh aku hanya di bawah dagunya,
pandangannya menatap kosong,
bibirnya yang merah terbuka, menatap mobil-mobil yang tak berhenti menyalip kami

tatapanku, akhirnya tertuju pada beberapa orang itu.
mengira-ngira, apa yang ingin mereka lakukan, apa yang sedang ada di dalam hati mereka, di saat kemacetan melanda.
si bapak yang buru-buru,
si wanita karier yang sibuk,
si anak yang bersemangat,
si gadis yang santai,
aku merogoh-rogoh tasku,... aku sendiri memiliki janji untuk pergi malam ini,
tapi macet begitu parah hingga aku tak punya lagi alasan untuk mengatakan yang lain.

aku mengamati perilaku mereka, dan tersenyum simpul,
mengira-ngira betapa banyak orang dengan kelakuan yang berbeda, dengan cara "hidup di angkot" berbeda...
sementara aku, aku malah tanpa jati diri memandangi mereka, seolah-olah aku makhluk yang tugasnya hanya memandangi orang-orang dan mengomentari.

aku tersenyum melihat bayanganku di kaca, seperti apakah diriku?
mungkinkah aku seperti orang bloon yang kerjaannya hanya memandangi orang lain?
berpikir, apa yang mereka lakukan? apa yang mereka rasakan?
sementara aku sendiri... tak tahu apa yang sedang aku rasakan?

oh yeah... memandangi,berkhayal,hilang, dan hidup dalam pikiranku sendiri..
penyakitku... mungkin, aku sendiri yg tak punya jati diri.

Selasa, 20 Januari 2009

kamu adalah pengkhianat!

sekarang aku baru percaya, tidak ada yg bisa aku andalkan selain diriku
orang yang bilang "sahabatku" ternyata adalah penipu, bahkan dia sama sekali bukan temanku..dia menipuku, dia menipu seluruh harapanku tentangnya...
dimana seharusnya dia berada saat aku membutuhkannya,
dia hanya bisa bilang "MAAF" tanpa ada sesuatu yg bisa dia perbuat.
sejujurnya DIA TIDAK MAU MELAKUKANNYA

yah, orang yang bilang "saudaraku" ternyata tak bisa membantuku saat ak jatuh, tepatnya, tak ingin membantu..
segala apa yang dia beri, segala perhatian dan kepedulian padaku,
adalah KEBOHONGAN

dan orang yang bilang "dekat denganku" ternyata dengan serta merta menjatuhkanku,..
aku terpuruk, dan menyadari kemudian..

sesungguhnya aku sendiri...

tidak ada teman yg bs kupercaya, tidak ada saudara yang bisa kuandalkan, tidak ada orang yg peduli terhadapku...
mereka, peduli pada diri mereka sendiri, dan mungkinkah aku?
tp bagaimana kalian sedemikian tega padaku?

seandainya aku berani untuk mengatakan,
"KALIAN ADALAH PENGKHIANAT, SEMUA OMONGAN KALIAN ADALAH OMONG KOSONG, DAN KEBAIKAN YG KALIAN LAKUKAN PADAKU ADALAH JILATAN"

seandainya pula aku berani untuk bilang,
"HARI INI, PERSAHABATAN KTA, PERSAUDARAAN KITA, TALI HUBUNGAN KITA BERAKHIR"

mungkin, hatiku akan lebih lega..
kenyataannya.. aku tetap tak berani untuk itu, ak terkurung dalam belenggu kemasyarakatan... berharap seandainya ak tak peduli akan masyarakat, tak peduli akan orang lain sama seperti mereka yang memperlakukan ak, memperdulikan aku senyata basa basi...

aku semakin terjaga, masyarakat begitu kejam.. sadis.. licik.. brengsek..
dan tanpa aku harus terjun ke dalamnya, aku telah menemukan kalian, yang menunjukkan aku realitas di lapangan..




hari ini ak terjatuh, amat dalam, dan ketika ak berkata "dapatkah km menolongku?"
mereka cm bisa bilang "maaf"
dan setelah lama aku berkutat dalam perasaanku yg kalut,
ak bilang "gpp, aku bisa mengatasinya sendirian"
akhirnya ... aku mmg sendirian di antara sejuta umat.