Jumat, 23 Januari 2009

yang tak punya jati diri

asap dan debu, bercampur jadi satu,
bukannya tak mungkin rasa eneg ini muncul seketika diiringi rasa pusing akibat rem yang diinjak tak beraturan.
sempit dengan peluh keringat dan bebauan yang serba mengaduk perasaan mualku

disudut kursi, ada seorang lelaki, kekar, bertampang seram..
wajahnya bersungut-sungut memandangi kaca di depan supir, yang isinya adalah mobil-mobil bertumpuk tak beraturan.
yah, macet.. sesekali, mungkin tanpa sadar, dia menggigiti jari-jarinya..
ak tertawa kecil dalam hati, melihat seorang lelaki yang memiliki kebiasaan yang sama denganku,.. mengapa dia sebegitu takut nya akan macet?
mungkinkah dia sedang buru-buru dan berharap menjumpai sesuatu sebelum terlambat?

di sebelahnya, ada seorang wanita, pakaiannya kemeja dan blazer, mungkin pakaian kerja
dia bergumam-gumam dengan earphone hapenya, mungkin dia sedang sibuk menelepon
berulang kali dia memainkan jemarinya, kuku-kukunya yang lentik didandani dengan indah, wajahnya yang terlihat kelelahan tak jua menurunkan nilai kecantikan dan keanggunannya...
seorang wanita karir mungkin.

di sebelahnya lagi, ada seorang anak kecil, mungkin smp
dia mengenakan tas slempang, bersemangat melihat kemacetan, dengan wajah yang penuh keceriaan.
hingga, seketika rem diinjak, dia berdiri sedikit untuk memandangi di luar jendela, seberapa macet di luar sini.

tak banyak yang kulihat, pandanganku tertutup oleh kemacetan dan kesempitan di dalam mobil.
yang aku ingat, di sebelahku adalah seorang gadis, mungkin berumur sama denganku
dia tinggi, hingga duduk di sebelahku pun, aku bagaikan kurcaci
dia kurus dan tinggi, sementara aku pendek dan gendut.
ak tak berani membayangkan bagaimana pandangan orang terhadap kami berdua.

rambutnya yang cepak bergerai indah dengan headset di telinganya,
aku ga habis pikir, kok bisa-bisanya dia menggunakan ipod dan headset di dalam angkot seperti ini,
di saat kemacetan dan panas pengap.
apa dia ga takut emosi seorang klepto akhirnya tertuju padanya?
dia tak melihatku, toh aku hanya di bawah dagunya,
pandangannya menatap kosong,
bibirnya yang merah terbuka, menatap mobil-mobil yang tak berhenti menyalip kami

tatapanku, akhirnya tertuju pada beberapa orang itu.
mengira-ngira, apa yang ingin mereka lakukan, apa yang sedang ada di dalam hati mereka, di saat kemacetan melanda.
si bapak yang buru-buru,
si wanita karier yang sibuk,
si anak yang bersemangat,
si gadis yang santai,
aku merogoh-rogoh tasku,... aku sendiri memiliki janji untuk pergi malam ini,
tapi macet begitu parah hingga aku tak punya lagi alasan untuk mengatakan yang lain.

aku mengamati perilaku mereka, dan tersenyum simpul,
mengira-ngira betapa banyak orang dengan kelakuan yang berbeda, dengan cara "hidup di angkot" berbeda...
sementara aku, aku malah tanpa jati diri memandangi mereka, seolah-olah aku makhluk yang tugasnya hanya memandangi orang-orang dan mengomentari.

aku tersenyum melihat bayanganku di kaca, seperti apakah diriku?
mungkinkah aku seperti orang bloon yang kerjaannya hanya memandangi orang lain?
berpikir, apa yang mereka lakukan? apa yang mereka rasakan?
sementara aku sendiri... tak tahu apa yang sedang aku rasakan?

oh yeah... memandangi,berkhayal,hilang, dan hidup dalam pikiranku sendiri..
penyakitku... mungkin, aku sendiri yg tak punya jati diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar