Selasa, 24 Februari 2009

tidak tahu harus berkata apa

memang sudah nasibku untuk terlahir hidup sendu, kadang kuberpikir.
pandanganku masi kosong, dan pikiranku berkutat dengan segala masalah.
perutku seakan naik turun, dan seperti dicengkeram, tak banyak yang tahu ada apa denganku hari ini?
semestinya memang aku baik-baik saja,
hari yang cerah, udara yang sejuk, dan kelancaran dalam melakukan tugas-tugas
seharusnya, yang terjadi, adalah aku di sini dengan senyum dan kelegaan yang bertumpuk.
sayangnya itu tidak terjadi,

parahnya, aku justru merasa lebih depresi ketimbang hari-hari sebelumnya.
dan dengan sedikit galau, aku menelepon orang yang kupercayai,
diangkat,
orang diujung sana tertawa.. menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaanku yang semata-mata hanya basa-basi.
lalu, aku mengakhiri telepon itu, dengan perasaan yang lebih sedih.
galau, orang di sana, juga sama sepertiku, tertawa dengan kepura-puraan.
berada di lingkungan yang nyaman, untuk merasa tenang,

namun, tetap kita sadar, bom siap meledak kapan saja di depan kita,
memporak porandakan semuanya...

aku melakukan kesalahan terbesar dalam hidup, yaitu.. terlahir menjadi diriku yang bukan diriku.
lingkunganku membentuk aku menjadi pribadi yang anggun dan patut dihormati.
aku bukanlah si A, yang setiap hari berkutat dengan permasalahan ini itu dan serasa kiamat setiap harinya,
aku bukanlah si B, yang setiap hari berurusan dengan cinta yang menyakitkan,
aku juga bukan si C, yang setiap hari merasa tertekan akan lingkungan sekitarnya.
aku, mungkin lebih parah dari itu.
di setiap nasib-nasib burukku,yang seharusnya tak kuterima dalam usia ku, aku justru, berpura-pura seolah-olah tak terjadi apa-apa.

aku tersenyum, mengikuti tindak tanduk teman-temanku,
tertawa, dan ikut berbahagia dengan aktivitas kami... namun apakah aku?
hari ini pun aku berusaha merentang hidup, berharap, andai saja aku bisa hidup lebih lama sebelum bom itu meledak... aku tak bisa membayangkan langkahku yang terputus saat aku berharap ingin bahagia.
aku takut.
takut ketegaranku ini akan menghilang, aku takut berubah menjadi sosok yang tak aku inginkan. tapi...



hari ini lagi,
kepalaku tertunduk pada bantal, ingin menangis, tapi tak sanggup, tak tahu apa yang harus ditangisi...
ingin bercerita, tapi semua orang tak benar-benar tahu apa yang terjadi padaku,
saat sudah mengatakan sedikit ke beberapa orang, mereka bahkan mungkin mengira, aku sudah dalam kondisi psiko,.. berpikiran suram, sementara hariku baik" saja..

tahukah kamu?
hariku lebih buruk dari yang terjadi. hatiku lebih suram, dan ketika melihat siapapun, aku sejujurnya ingin menangis..
tahukah kamu?
seberapa berjuang aku untuk hidup, dan kau hanya mengatakan aku seolah egois..
aku ingin mengatakan ssuatu kepada seseorang,
mengatakan bahwa aku sudah tidak kuat lagi...
dan haruskah aku?
sementara, aku takut membongkar rahasia smua ini, aku tak ingin pandangan mu berubah.. kau tak akan mengagumi aku lagi, sebaliknya, kasian atau meremehkan aku.

tahukah kamu?
yang sedang menulis ini, adalah seorang wanita, dengan ketegaran yang luar biasa, di antara sejuta umat, aku, ingin hidup bahagia.

Jumat, 20 Februari 2009

Pretending

pagi-pagi yang indah, dengan mentari bersinar terik, bangun pagi di saat yang lain belum bangun, seakan mimpi...
bermandikan cahaya UV, terasa sehat, dan kutemukan ibuku di ruangan sebelah,
--aku tersenyum--
dia tersenyum, memintaku untuk membawakannya barang daftar belanjaan ini itu.. seakan menjadi rutinitas setiap hari, yang harus dilakukannya terhadapku, aku menyambutnya
--aku tersenyum--

berangkatlah aku ke kampus, melihat banyak anak-anak remaja beranjak dewasa dengan dandanan modis dan keren, seketika itu juga, beberapa menyambutku dengan riang gembira,... seakan permasalahan apapun bisa terselesaikan dengan senyum.
--aku tersenyum--
mereka tertawa gembira, meminta ku untuk bergabung, semestinya ujungnya adalah bergabung untuk membuatkan tugas-tugas mereka sementara mereka cabut dari kelas.
--aku tersenyum--

tidak banyak yang tahu, termasuk d0sen.. dia juga memarahiku, karena dianggapnya aku tak berkomit pada kelas.. sementara teman-teman yang lain yang sekelompok denganku justru pergi.. aku dianggap nya bodoh, payah.. murid rendahan.
--aku tersenyum--
meminta tolong untuk memudahkanku menjalani kuliah...

di kantin, terlihat orang-orang beramai-ramai mendatangiku, bukan, tepatnya mendatangi sebelah mejaku... cewe-cewe berdandan menor dan berpakaian seksi itu nampak sibuk bergosip sementara beberapa benda mereka, seketika jatuh bergulung ke arahku...aku memungutnya... dan menyerahkannya...
--aku tersenyum--
mereka berterimakasih dengan nada menggoda lalu pergi dengan membisikkan ke satu sama lain sambil memandangiku dengan tatapan meremehkan.

sebelum pulang, seorang teman memintaku untuk mengantarnya ke suatu tempat, yang kebetulan tak jauh dari tempat aku harus belanja... aku mengangguk setuju
dan nyatanya, dia justru berbohong, tempat yang hendak didatanginya, justru jauh dibanding perkiraanku, panas, terik, dan bensin motor yang semakin berkurang...
dalam pikiranku, bagaimana aku bisa membeli bensin sementara uangku pas-pas-an bahkan kurang,
dia terus meminta maaf, ketika sampai pada tempatnya,
--aku tersenyum--
berkata tidak apa-apa. bukan salahnya..

ketika sampai di rumah, aku mendapati kabar, seorang sahabat telah berkencan dengan orang yang kutaksir selama ini... dia meminta saran padaku, dan berharap aku mengucapkan selamat.
aku berpikir berulang-ulang, dengan perasaan campur aduk,
ketika akhirnya..
--aku tersenyum--
dan mengatakan "semoga kalian bahagia"

sesaat setelahnya, seorang teman mengajakku untuk berjalan-jalan. dan kulakukan. ketika sampai di suatu tempat mewah, yang sangat tak cocok dengan budget dan keadaanku saat ini, aku merasa.. minder, seakan orang miskin tak berdaya menghadapi tagihan mendadak. aku nyatanya ingin diet, alibiku, tapi tak nampak orang percaya, dan mereka terus mencercaku untuk makan...
--aku tersenyum--
tak berharap melihat wajah kecewa mereka, dan dengan tabunganku kugunakan.

pulangnya, kulihat ibuku sedang menata bahan-bahan kerjaku yang seharusnya kukerjakan hari ini.. basah oleh air. aku tertegun, ingin menangis, tapi tak kulakukan. ibuku lebih terlihat ingin menangis.
--aku tersenyum--
menepuk pundak ibuku, mengatakan akan baik-baik saja dan bisa mengatasinya.
dia mengelus dada, berkata, berbahagia memiliki anak sepertiku.

aku menelepon kakakku, berharap dia bisa membantu untuk kerjaanku yang tercecer, basah oleh air.. tapi dia tak bisa dihubungi,
dan ketika dia menjawab telepon, dia berkata, dia tak bisa membantuku,
sungguh seribu maaf...
--aku tersenyum--
mengatakan, tidak apa-apa. terima kasih sudah bersimpati terhadapku.

aku mengerjakan lagi dengan susah payah, lelah oleh waktu, keadaan dan emosi yang terus mengguncang, ketika aku menjawab telepon.
seorang saudara, ingin meminta bantuanku, mengarangkan cerita dongeng tidurnya, yang seharusnya tak jauh lebih penting daripada apa yang kukerjakan.
dia terus berkata maaf jika merepotkan, dan seakan itu perlu saja untuk diucapkan.
--aku tersenyum--
berkata akan membantunya melakukan hal-hal sekecil apa saja untuk membuatnya senang, dan dampakny dia sangat berhutang budi.

ketika tidur, kulihat jam 12, dan kurasakan tubuhku semakin tua, pas dengan hari ulang tahunku yang berdetak maju.
tidak terjadi apa"...
tidak ada yang mengucapkan apapun...
tidak siapapun...
--aku tersenyum--
dan berdoa, sungguh beruntung menjalani hidup selama ini...

semakin emosiku meledak".. berharap, bsok, aku bukanlah seperti aku saat ini,
melainkan lain,
aku tak perlu menjadi orang yang benar-benar diharapkan.
aku ingin menjadi orang yang aku harapkan.

pretending, someone else can come and save me from myself...
dan ketika tak terjadi jua. nampaknya aku yang harus mengubah hariku.

suram...
--aku menangis--

tik.. tak.. tik.. tak....

tik. tak. tik. tak....
suatu hari yang panas, diselingi dengan asap kebal knalpot, terik, berdebu, berpolusi...
keadaan yang amat cocok untuk meletakkan diri di area kematian tak langsung.
di dalam kaca mobil, seorang supir bergumul dengan rasa kesalnya akan macet yang tak kunjung berhenti.. mobilnya tak bisa maju. dan seakan ikut mengobarkan api aramah, jam berdetak.. tik.. tak... tik.. tak..

tidak jauh dari dirinya, seorang pengemis meminta-minta di depan kaca mobilnya,
"apa dia tidak tahu, kalau si supir itu hanya seorang supir, dan dia buru-buru menjemput majikannya?"
mengetuk kaca mobil seakan tak rela diusir, si pengemis tak tinggal diam ikut menyerukan pertanda, dia juga kepanasan.. dan memang pekerjaannya seperti ini.
diam di dalam panas untuk mendapatkan uang, biarpun sdikit pun...
baginya, waktu juga uang,.. dan macet memberikan waktu itu...
tik.. tak... tik... tak..

yang lain, pengamen menggenjreng"kan gitarnya, dengan sok jago, ikut bernyanyi dengan nada-nada fals...
anak lelaki di sebelahnya membantu si pengamen bernyanyi, tak luput mengimbangi nada fals si pengamen. berteriak-teriak seakan kehausan... di depan pintu angkot.
orang-orang di dalam angkot saling pandang dengan bingung, apa yang terjadi...
apakah si pengamen bernyanyi atau justru sedang berdiplomasi?
nada-nada cinta yang hendak diucapkannya jauh melenceng dari nada yang keluar...
beberapa tertawa... beberapa tidak.. beberapa mengambil receh dari dompet mereka dan menyerahkannya... beberapa berpura-pura tak melihat..
mengibas-ngibaskan tangan mereka, ke arah wajah.. panas yang menusuk...
melihat jam tangan, hape.. melihat waktu yang terus berjalan...
tik.. tak.. tik.. tak...

aku terlihat lesu.. kulitku yang pucat nampak berkerut, keriput dan seakan jauh lebih tua dari umur.
panas begitu menerkamku, seakan menggodaku untuk menjadi hitam, terpanggang...
tanpa lelah kakiku berjalan, menerjang panas yang menyengat serta debu-asap mengepul.
rasanya.. waktu berjalan sangat lama...
bersenandung lagu riang, berharap waktu tak cepat berlalu,
atau jikapun tidak... tidak perlu berlalu, berhenti seperti saat ini saja...

suit-suit-suit... pemuda tanggung menggodaku, untuk berhenti melangkah,
dia memanggil-manggilku, sementara aku tak tertarik untuk meladeninya...
tik.. tak.. tik.. tak...
entah apa yang kutunggu, bahkan sudah lebih dari dua jam di jalan tol yang panjang dan macet.... berdiri seorang diri di dekat pintu masuk tol,
dengan beberapa pemuda tanggung yang tak berhenti mengolokku di kampung belakang.
berpikir badanku sudah ciut kehilangan cairan tubuh, memuai oleh panas...

entah apa yang sedang kunantikan...
tik.. tak.. tik.. tak...
tak jua menjemputku......

Senin, 16 Februari 2009

percuma

bersandarlah aku pada sebuah sandaran kursi kayu, tidak nyaman nampakny, keinginanku untuk bersandar pada tumpukkan bantal tidak pudar, justru semakin kuat.
hawa dingin yang menusuk tulang-tulangku seakan tak membuat seseorang prihatin akan keadaanku. rasa mencelos yang kuat, menjadikan perutku seakan terkoyak-koyak.
perasaan yang tak nyaman ini,
sudah melekat menjadi sebuah pribadiku bertahun-tahun.

aku bermimpi untuk dapat tidur di ranjang yang empuk, dengan kain yang halus, slimut yang hangat, bantal yang empuk. kehangatan yang mendekapiku, dan tak berharap akan berakhir...
nyatanya, aku malah duduk di kursi keras. terdiam merenung, seakan menanti pasrah takdir yang menghadang.
dalam pengertian bahwa, tidak banyak yang berubah sementara aku terus berdiam diri disini.

kadang ada saatnya orang menginginkan untuk sendiri...
hanya saja, padaku, aku lebih menginginkan hal itu hampir di tiap harinya.. kesendirian memang menjadi sarana terbaikku untuk mengurangi segala emosi kesedihan penyesalan yang menusuk nusuk.
kesendirian berarti lebih untukku pada saat-saat kehilangan semangat dan kekecewaan yang melanda seperti saat ini.

aku berpikir, kenapa, semua tak bisa berjalan sesuai keinginanku, dan mengapa harus terjadi sebaliknya?
saking terkejutnya karena yang kuharapkan berlawanan, aku memilih mengurung diri...


dingin masi sibuk mengelayuti ku, seakan bermanja, karena aku tak peduli...
pikiranku terlintas keinginanku untuk berbalik dan merebahkan diri di ranjang yang hangat...
aku tertawa kecil, menyadari,
sebenarnya, semua yang aku lakukan adalah percuma..
tidak mengubah apapun.

barangkali kau merasa sendiri....

nyatanya hidup tak semudah yang diceritakan, lebih berat menjalaninya...
kadang, berkali-kali terjatuh dan tersungkur, akhirnya mulai terbiasa untuk berpura-pura... kepura-puraan itu menebalkan wajahmu untuk lebih ceria menghadapi hidup,
lebih tegar, lebih percaya diri, dan mandiri...

seketika itu, dunia akan lebih ramah terhadapmu, apa yang kau katakan akan lebih disambut banyak orang.. tapi benarkah? itu yang sebenarnya kau harapkan?
akan lebih mudah, dan keinginanmu, untuk tidak berpura-pura dan menjadi sebenarnya,
lebih mudah untuk mengatakan apa yang ingin kau katakan...
katakan, apa yang kau rasakan, katakan apa yang kau inginkan....

mungkin, memang dunia yang kejam tak akan membela orang seperti itu.
kita dituntut untuk berbaik-baik kepada semua orang, bersikap manis, seolah hidup indah
sungguh sulit terlepas dari bayang-bayang belenggu kemanusiaan.

pelan-pelan tapi pasti, semua hal yang bertentangan menggerogoti jati dirimu.
kau cukup lelah, tapi tak ingin berhenti, krn tidak ada yang tahu, tidak ada yang mau tahu.... memang mungkinkah tidak ada yang perhatian, sebanyak perhatian ke diri masing-masing.
sebuah realita yang wajar, ...
semua orang berpura-pura untuk menjadi baik, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, menjadi apa yang seharusny tercapai...
semakin tebal, maka dia akan semakin disegani.
benarkah? itu yang diinginkan?

sungguh tak patutlah kita bergumam sendiri akan apa yang membebani kita, sementara yang lain baik-baik terhadap kita. dan haruskah kita?
kenapa sayap-sayap kita seakan terikat oleh perasaan bersalah, kecewa, dan menyesal.
terus-terusan mengumpat takdir yang seakan tak pernah berakhir mengecewakan.
suram....

tapi, seperti katamu suatu ketika, barangkali aku merasa sendiri,
di mana keramaian melingkari harimu dengan hangat.. dan mendingin seketika kau berubah menjadi dirimu sendiri.
aku terus ada seperti kau terus ada... semestinya terhalang oleh jarak.
meski tidak banyak yang tahu...,
paling tidak, aku tahu.
berusaha tahu.
ingin tahu.

dan bila akhirnya, barangkali kau merasa sendiri,
terpikirkan lah olehmu, tidak kau saja, akupun begitu,
tanpa tahu apa yang kualami lebih berat daripadamu, atau sebaliknya...
suatu kebersamaan dalam satu kegelapan.

Sabtu, 14 Februari 2009

suramnya sebuah valentine di hari malam minggu

jikakah kau mengatakan,
"cinta tak harus berakhir bahagia, karena cinta tak harus berakhir"

maka,
pernyataan itu tak semudah mengatakannya,
demikian cinta akan datang, maka akan pula pergi, secepat datang, secepatnya pula pergi... muncul dan menghilang, seperti kodrat yang dianugrahkan.

jikakah kau mengatakan,
"cinta butuh suatu komitmen, dan bukan hanya pernyataan"

maka,
pernyataan itu semata-mata basa basi,
seketika komitmen dilemparkan, maka sebuah kakulator membentang dan seribu pertimbangan menggunung, seakan tak mudah memilih, kepada siapakah cinta akan berlabuh untuk berkomit.


ketika kau mengatakan,
"aku sendiri, di hari valentine ini"
yang kubayangkan adalah, kau, di kamarmu, terdekam kesunyian yang dimana-mana tak ada orang yang mengetahui kesendirianmu,
seperti makan malam di saat, kegundahan menghantuimu... sementara kau terisolasi dari duniamu, betapa malunya terlihat oleh mereka.
nyatanya, mungkin, hanya 2 hal yang terlintas,
kau tidak laku, atau kau autis....

ketika kau mengatakan,
"aku bahagia, di hari valentine ini"
yang kubayangkan adalah, kau, bersama dengan kekasihmu,
entah berapa lama kau menunggu memesan tempat spesial ini,
hanya untuk bersamanya, paling tidak beberapa jam, meski mungkin setiap haripun juga ketemu... entah kenapa terasa spesial, dandanan yang spesial, makanan yang spesial, tempat yang spesial, dan kenangan yang spesial..
ketika kata" valentine muncul, yang ada di benakmu, adalah, valentine tahun" yg lalu, yang mungkin kau rayakan dengan org lain, atau valentine masa depanmu, apa yang akan kau lakukan masa depan...
tp cukup, untuk hari ini saja, "berbahagialah saat ini"

ketika kau mengatakan,
"aku sendiri, tp aku bahagia, di hari valentine ini"
barangkali, kau bersyukur, dengan teman" dan keluarga terdekatmu.. atau mungkin hanya menghibur diri, tetapi tentunya, diselingi dengan kegiatan yang membuatmu merasa,
"setiap hari, adalah valentine"
mungkin, kau lebih tegar, dibanding kedua tipe yang lain... seakan dunia sudah menjadi milikmu, dan hari valentine bukanlah hari yang terlalu perlu dikeramatkan.

namun,
apapun katamu,
aku percaya, seketika kau mengatakan "cinta"
valentine tak hanya sebuah tradisi, melainkan sebuah hari untuk memperjuangkan hatimu
bukan sebuah reputasi, tapi kebersamaan....


kebanyakan orang bahagia di hari ini, begitu ramai,
ketika beberapa hati orang begitu suram,
apakah hatimu sesuram mereka, atau tidak,
itu tergantung persepsi mu,
seperti coklat, apakah manis atau pahit, tergantung rasamu....

Heppi Valentine 2009.
penulisinthink,~♥

Rabu, 11 Februari 2009

k0ntras...

ketika menatap cermin, terlihat bayangan, yang kontras,
antara diriku dan bayangan di belakang layar cermin,
nampaklah seseorang yang berkilau, masa depan cemerlang, dan berhati mulia..
seharusnya dia hidup dengan bahagia,...
sementara tanpa disuruh pun, aku tau, hidupku kontras dengannya,
penuh iri, dengki dan keserakahan yang tidak ada ujungnya,
kapanpun dimanapun... dengan siapapun,

barangkali aku tak terkurung dalam layar cermin seperti ini, mungkinkah nasibnya akan berubah...?
karena nampaknya sekarangpun, dia tidak bisa hidup bahagia,
atau mungkin karena memiliki aku?
padahal aku yang justru tersiksa akannya, ketika aku ingin melakukan hal yang seharusnya kulakukan, aku malah terkekang akan perasaannya,...
hidupku makin tak jelas.. amarahku seperti ditanggul.

padahal, aku lebih kuat dari padanya, dan bisa dengan kapan saja keluar dari layar cermin ini, untuk muncul dan menghancurkan apa yang telah dia bangun,
dengan satu kata, hidupnya berakhir, dan akhirnya, aku yang menang,
terpuruk bersamaku, dan berbahagia denganku dalam kehancuran...

tapi aku tak pernah bergerak untuk itu, dan kujalani saja apa maunya,
tersenyum,
tertawa,
berbuat baik,
seakan hal itu tidak membuatku muak saja,

umurku yang pendek membuatku makin seperti menyia-nyiakan hidup,
dengan melakukan hal yang sejujurnya "bukan aku banget"
ketika mendengar,

"aku merasa.. tawa mu selalu tak pernah lepas yah? apakah ada yang mengganjal?"

dia menatap aku, dari balik kaca,
seakan aku penyebabnya.... dan mungkin kah aku, aku bertanya-tanya...
entah kapan aku mati, penyakitku mulai menggerogotiku,
seandainya berharap untuk kuat, dia jauh lebih tegar dariku,
kugenggam erat-erat tubuhku,
aku tak ingin menghilang,
....

kisah seekor kutu loncat

kegalauan sesaat menggenangi nasibku, hariku, dan cuaca
mendung, kelabu, amat cocok dengan nasibku saat ini yang tak terarah...
sesaat aku berharap bisa menemukan salah seorang yang cocok denganku,
tapi kenyataannya, aku telah terlambat untuk bergabung dalam kelompok,
yang memang bukan untukku...

beberapa teman bersorak padaku, melambai untuk bergabung
ketika berada di tempatnya, tersenyum, bergerak, beraktivitas bersama,
maka realita dan penyadaran akan tempat yang tidak seharusnya aku berada, begitu jelas...
akhirnya aku bertanya kembali,
"kenapa aku disini?"

ketika berpindah dan berpindah, dari teman"yang satu ke yang lain,
perasaan ini tak pernah hilang pada akhirnya... begitu banyak teman, kenalan, koneksi..
dan bahkan di manapun selalu disapa, bagaikan terkenal...
tapi yakinkah diriku seterkenal itu, ataukah hanya kepopuleran yang mengenal "namaku" saja,, dan bukan aku?

iRi.. sejujurnya aku iri,
melihat begitu banyak sahabat yang kompak, bersama, dan menjalin persahabatan suka dan duka yang tiada akhir.
keindahan akan hal itu yang ternyata tidak kumiliki,
sementara mungkinkah mereka iri padaku, yang dimanapun kapanpun, teman ku selalu banyak....
aku memiliki banyak teman,
tapi bukan sahabat.

dan ketika, aku terjatuh,
kau akan sadar... bahwa sejujurnya, aku sendirian.
seperti episode" yang selalu datang berentetan dalam hidupku,
tanpa mengecap hal yang berarti akan persahabatan, dan itu adalah kosong.

mereka datang dan pergi,
muncul dan lenyap,
seakan tak pernah ada yang kekal,
dan memang seperti itu hidup..

membutuhkan jiwa yang tegar untuk menjalani hidup seperti ini,
yang barangkali bukan saat yang tepat untuk menemukan sahabat yang,
di saat kehancuran datang, atau dunia tidak berada di tanganku,
dia adalah satu-satunya yang bersamaku,
menemukan bahwa dia blm datang,
tataplah langit, hujan menjelang...

Jumat, 06 Februari 2009

dimana kebahagiaan berada?

hari-hariku dimulai dengan kesuraman, didukung dengan perasaanku yang sendu
memilukannya hidupku mulai kacau dengan olah yang kubuat sendiri
bergelut dengan perasaan yang terguncang,
mencari jati diriku, sebenarnya, siapa aku, dan apa sih, mauku?

kadang aku merasa hidup tak adil,
bagaimana mungkin seorang yang tabiatnya buruk bisa hidup berkelimpahan kebahagiaan yang tak terkira, sementara orang lain yang berusaha untuk hidup baik, justru terpuruk dengan kemeranaan tiada ujung dan terpaksa bertahan di jalan yang gelap.
berpikir, kenapa bukannya diriku saja orang itu?
ataukah aku harus merubah semua tabiatku, agar bisa hidup seperti itu....

aku merasa dejavu,
merasa suram, merasa tak berdaya, dan ciut.. ketika disebelahkan dengannya.
padahal, apa yang harusnya aku takutkan? diriku jauh-JAUH-lebih baik.
sekalipun kebahagiaan tak lantas mengkungkungiku sepertinya,
tapi aku toh berusaha berlari meraihnya, bertahan di jalanan terjal berliku,
dan walaupun hingga kini kurasakan tak datang juga,
ak tak pernah gentar,
sampai saat ini...

melihatnya, aku merasa dejavu, suatu mimpi yang kuinginkan terjadi untukku, namun tak hingga kuraih...
pertanyaan mengapa mengapa mengapa... mungkin, sejujurnya, aku hanya iri...
aku begitu iri, dan berusaha sekuat mungkin mengubah pandanganku dan khayalanku makin menjadi-jadi..
meneriakkan kesekeliling dan beranggapan yang buruk.. seakan itu bisa mengubah kenyataan saja.

rasa iri ini membelengguku, "kenapa bukan aku?" atau "kenapa harus aku?"
berangan, seandainya aku memiliki secelah hati untuk mengatakan bahwa aku cukup baik, dan rasional untuk menerima kenyataan,
seharusnya, aku tidak iri, dan berbahagia untuk kebahagiaannya..
tapi...
betapa sukar,

bagaimana aku bisa ikut berbahagia untuk orang yang bertabiat buruk, yang hidup di dalam mimpi-mimpiku, sementara aku tidak bisaaaaaaaaa!!!!!!!

jiwaku terguncang, menarik nafas,
dengan tiga kondisi.
satu, aku ingin menjadi dirinya
dua, aku akan menghancurkan dirinya
tiga, aku ingin bahagia dan hidup sepertinya
dan hatiku mengetuk,

ketika kutolehkan,
tak kuasa menahan haruku... nyatanya...
hal-hal sepele seperti pengorbanan sahabat kecilku, meski tidak seheboh mimpi anganku, adalah.. kebahagiaan paling berharga dalam hidupku
sesuatu yang ikhlas, tulus, dan penuh cinta
daripada bergelimpangan harta dan popularitas...

sesuatu yang kecil mengetuk, dan hati kecilku pun sadar,
aku tak perlu jadi orang lain untuk bahagia,
mungkin mimpi-mimpiku bukan takdirku, dan meski tak lantas mengejarnya,
aku masih punya sejuta impian lain.... yang lebih berharga.
terima kasih sahabat-sahabat kecilku,
terukirlah namamu di hatiku...
suatu kebahagiaan, telah diketuk olehmu.

Rabu, 04 Februari 2009

ketika, umurku bertambah...

seketika detik berdetak, mulai lah aku sadar,
umurku bertambah... begitu juga dengan segala ragaku yang perlahan berubah jadi tua
manusia memang tak pernah puas akan segalanya,
ketika kecil, aku selalu berjinjit bermimpi agar besok umurku lewat 4-5 tahun,...
namun ketika sms dan telpon berdering mengaggetkan lamunanku,
sadarlah aku, aku lebih ingin muda dibanding hari ini...

tidak ada yang terjadi seketika angka 12 lewat sudah,
dan aku cukup lelah untuk menunggu entah apa yang kutunggu...
aku memilih tidur untuk menganggap bahwa, kenaikan peringkat tua ku adalah mimpi
nyatanya,
tak terjadi..
sebangunnya aku, justru menemukan apa yang biasa aku alami di tahun-tahun sebelumnya

sebuah kesendirian

begitu banyak ucapan, tak jua membuatku lantas merasa bahagia,
dan pertanyaan konyol seakan melibatkan pikiranku,
benarkah aku seharusnya pantas untuk bahagia?
mengingat, kesendirian yang mencekam di hari yang kadang disebut spesial ini?

entah kenapa aku tidak merasa beruntung,
dengan kue kesukaanku dan teman-teman terbaikku yang selalu ada di sisiku,
atau aku beruntung, hanya saja, selalu ada ruang kosong di sini.
mimpiku tak terjadi, sementara umurku bertambah tua...
hari yang terus berputar, dan aku selalu memanjatkan doa,
berharap...
selagi umurku bertambah, kekosongan ini akan tertimbun perlahan,
waktunya aku untuk bahagia...

selalu.. hari ini,

memulai lembar baru, berarti, menutup lembar lama...
sayangnya, rutinitas itu selalu diikuti dengan helaan nafas yang panjang...
kehilangan seseorang lagi, lagi dan lagi.. lelah memang
perasaan yang selalu muncul adalah, sedih.

kadang pertanyaan yang selalu terngiang di otakku adalah,
kenapa seseorang harus datang dalam hidupku, dan kemudian pergi?
sementara meninggalkan bekas kenangan yang tak pernah terlupakan,
dan menjadi sebuah kenangan yang menyedihkan?

dampak yang muncul kembali adalah,
kekecewaaann....
kenapa harus datang dan pergi!!! lebih baik tak usah saja saling kenal


begitukah?


hari ini,
selalu,
aku menatap layar dengan mata berkaca-kaca,
seakan tak percaya... orang yang kukira, paling tangguh, akhirnya, rubuh juga
ketika kehilangan dan tak ada namaku lagi di dalam pikirannya, aku berpikir,
mungkinkah, perlakuanku sedemikian kejam..
sehingga dia merasakan aku pantas menerima hal ini, meninggalkanku?

kali ini, untuk pertama kalinya, aku merasakan dilema...
ketika berusaha menutup lembaran itu,...
hal yang tak pernah kupercaya terjadi, aku tak ingin menyesal...
apakah, aku berani beranjak untuk melangkah, mengambil lembaran lama itu, sebagai suatu lembaran baru...
hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya..