Jumat, 20 Februari 2009

tik.. tak.. tik.. tak....

tik. tak. tik. tak....
suatu hari yang panas, diselingi dengan asap kebal knalpot, terik, berdebu, berpolusi...
keadaan yang amat cocok untuk meletakkan diri di area kematian tak langsung.
di dalam kaca mobil, seorang supir bergumul dengan rasa kesalnya akan macet yang tak kunjung berhenti.. mobilnya tak bisa maju. dan seakan ikut mengobarkan api aramah, jam berdetak.. tik.. tak... tik.. tak..

tidak jauh dari dirinya, seorang pengemis meminta-minta di depan kaca mobilnya,
"apa dia tidak tahu, kalau si supir itu hanya seorang supir, dan dia buru-buru menjemput majikannya?"
mengetuk kaca mobil seakan tak rela diusir, si pengemis tak tinggal diam ikut menyerukan pertanda, dia juga kepanasan.. dan memang pekerjaannya seperti ini.
diam di dalam panas untuk mendapatkan uang, biarpun sdikit pun...
baginya, waktu juga uang,.. dan macet memberikan waktu itu...
tik.. tak... tik... tak..

yang lain, pengamen menggenjreng"kan gitarnya, dengan sok jago, ikut bernyanyi dengan nada-nada fals...
anak lelaki di sebelahnya membantu si pengamen bernyanyi, tak luput mengimbangi nada fals si pengamen. berteriak-teriak seakan kehausan... di depan pintu angkot.
orang-orang di dalam angkot saling pandang dengan bingung, apa yang terjadi...
apakah si pengamen bernyanyi atau justru sedang berdiplomasi?
nada-nada cinta yang hendak diucapkannya jauh melenceng dari nada yang keluar...
beberapa tertawa... beberapa tidak.. beberapa mengambil receh dari dompet mereka dan menyerahkannya... beberapa berpura-pura tak melihat..
mengibas-ngibaskan tangan mereka, ke arah wajah.. panas yang menusuk...
melihat jam tangan, hape.. melihat waktu yang terus berjalan...
tik.. tak.. tik.. tak...

aku terlihat lesu.. kulitku yang pucat nampak berkerut, keriput dan seakan jauh lebih tua dari umur.
panas begitu menerkamku, seakan menggodaku untuk menjadi hitam, terpanggang...
tanpa lelah kakiku berjalan, menerjang panas yang menyengat serta debu-asap mengepul.
rasanya.. waktu berjalan sangat lama...
bersenandung lagu riang, berharap waktu tak cepat berlalu,
atau jikapun tidak... tidak perlu berlalu, berhenti seperti saat ini saja...

suit-suit-suit... pemuda tanggung menggodaku, untuk berhenti melangkah,
dia memanggil-manggilku, sementara aku tak tertarik untuk meladeninya...
tik.. tak.. tik.. tak...
entah apa yang kutunggu, bahkan sudah lebih dari dua jam di jalan tol yang panjang dan macet.... berdiri seorang diri di dekat pintu masuk tol,
dengan beberapa pemuda tanggung yang tak berhenti mengolokku di kampung belakang.
berpikir badanku sudah ciut kehilangan cairan tubuh, memuai oleh panas...

entah apa yang sedang kunantikan...
tik.. tak.. tik.. tak...
tak jua menjemputku......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar