Jumat, 06 Februari 2009

dimana kebahagiaan berada?

hari-hariku dimulai dengan kesuraman, didukung dengan perasaanku yang sendu
memilukannya hidupku mulai kacau dengan olah yang kubuat sendiri
bergelut dengan perasaan yang terguncang,
mencari jati diriku, sebenarnya, siapa aku, dan apa sih, mauku?

kadang aku merasa hidup tak adil,
bagaimana mungkin seorang yang tabiatnya buruk bisa hidup berkelimpahan kebahagiaan yang tak terkira, sementara orang lain yang berusaha untuk hidup baik, justru terpuruk dengan kemeranaan tiada ujung dan terpaksa bertahan di jalan yang gelap.
berpikir, kenapa bukannya diriku saja orang itu?
ataukah aku harus merubah semua tabiatku, agar bisa hidup seperti itu....

aku merasa dejavu,
merasa suram, merasa tak berdaya, dan ciut.. ketika disebelahkan dengannya.
padahal, apa yang harusnya aku takutkan? diriku jauh-JAUH-lebih baik.
sekalipun kebahagiaan tak lantas mengkungkungiku sepertinya,
tapi aku toh berusaha berlari meraihnya, bertahan di jalanan terjal berliku,
dan walaupun hingga kini kurasakan tak datang juga,
ak tak pernah gentar,
sampai saat ini...

melihatnya, aku merasa dejavu, suatu mimpi yang kuinginkan terjadi untukku, namun tak hingga kuraih...
pertanyaan mengapa mengapa mengapa... mungkin, sejujurnya, aku hanya iri...
aku begitu iri, dan berusaha sekuat mungkin mengubah pandanganku dan khayalanku makin menjadi-jadi..
meneriakkan kesekeliling dan beranggapan yang buruk.. seakan itu bisa mengubah kenyataan saja.

rasa iri ini membelengguku, "kenapa bukan aku?" atau "kenapa harus aku?"
berangan, seandainya aku memiliki secelah hati untuk mengatakan bahwa aku cukup baik, dan rasional untuk menerima kenyataan,
seharusnya, aku tidak iri, dan berbahagia untuk kebahagiaannya..
tapi...
betapa sukar,

bagaimana aku bisa ikut berbahagia untuk orang yang bertabiat buruk, yang hidup di dalam mimpi-mimpiku, sementara aku tidak bisaaaaaaaaa!!!!!!!

jiwaku terguncang, menarik nafas,
dengan tiga kondisi.
satu, aku ingin menjadi dirinya
dua, aku akan menghancurkan dirinya
tiga, aku ingin bahagia dan hidup sepertinya
dan hatiku mengetuk,

ketika kutolehkan,
tak kuasa menahan haruku... nyatanya...
hal-hal sepele seperti pengorbanan sahabat kecilku, meski tidak seheboh mimpi anganku, adalah.. kebahagiaan paling berharga dalam hidupku
sesuatu yang ikhlas, tulus, dan penuh cinta
daripada bergelimpangan harta dan popularitas...

sesuatu yang kecil mengetuk, dan hati kecilku pun sadar,
aku tak perlu jadi orang lain untuk bahagia,
mungkin mimpi-mimpiku bukan takdirku, dan meski tak lantas mengejarnya,
aku masih punya sejuta impian lain.... yang lebih berharga.
terima kasih sahabat-sahabat kecilku,
terukirlah namamu di hatiku...
suatu kebahagiaan, telah diketuk olehmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar