Senin, 16 Februari 2009

percuma

bersandarlah aku pada sebuah sandaran kursi kayu, tidak nyaman nampakny, keinginanku untuk bersandar pada tumpukkan bantal tidak pudar, justru semakin kuat.
hawa dingin yang menusuk tulang-tulangku seakan tak membuat seseorang prihatin akan keadaanku. rasa mencelos yang kuat, menjadikan perutku seakan terkoyak-koyak.
perasaan yang tak nyaman ini,
sudah melekat menjadi sebuah pribadiku bertahun-tahun.

aku bermimpi untuk dapat tidur di ranjang yang empuk, dengan kain yang halus, slimut yang hangat, bantal yang empuk. kehangatan yang mendekapiku, dan tak berharap akan berakhir...
nyatanya, aku malah duduk di kursi keras. terdiam merenung, seakan menanti pasrah takdir yang menghadang.
dalam pengertian bahwa, tidak banyak yang berubah sementara aku terus berdiam diri disini.

kadang ada saatnya orang menginginkan untuk sendiri...
hanya saja, padaku, aku lebih menginginkan hal itu hampir di tiap harinya.. kesendirian memang menjadi sarana terbaikku untuk mengurangi segala emosi kesedihan penyesalan yang menusuk nusuk.
kesendirian berarti lebih untukku pada saat-saat kehilangan semangat dan kekecewaan yang melanda seperti saat ini.

aku berpikir, kenapa, semua tak bisa berjalan sesuai keinginanku, dan mengapa harus terjadi sebaliknya?
saking terkejutnya karena yang kuharapkan berlawanan, aku memilih mengurung diri...


dingin masi sibuk mengelayuti ku, seakan bermanja, karena aku tak peduli...
pikiranku terlintas keinginanku untuk berbalik dan merebahkan diri di ranjang yang hangat...
aku tertawa kecil, menyadari,
sebenarnya, semua yang aku lakukan adalah percuma..
tidak mengubah apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar