Sabtu, 30 Mei 2009

"Ma, jika anak mama bukan aku, apakah mama akan lebih bahagia?"

itu adalah kata-kata yang ingin aku tanyakan kepada mamaku.
suatu ketika.


sebenarnya, hal ini terjadi, hanya karena aku merasa depresi dan tidak tahu harus bangkit sebagaimana lagi untuk mempertahankan diri.
aku jatuh, dan tidak tahu harus bagaimana harus berdiri.
sementara mama selalu saja mendorongku untuk maju, dengan segenap kekuatannya.

aku sedih. dan kecewa akan diri sendiri.
aku melihat banyak orang-orang hebat di sekitarku, sebayaku, dan mereka nampak sangat dapat membahagiakan orang tuanya. Seandainya aku adalah orang tua mereka, aku pun pasti akan sangat bangga.
anak yang pandai
anak yang bekerja dan sukses
anak yang hebat dan supel
nyatanya, aku kebalikannya....
aku justru berkutat dengan masalahku, kekelamanku, dan terus mengurung diri
menjadi sebuah lingkaran setan buatku.

melihat mama terus berusaha membahagiakan aku,
dan kelelahan... aku bertanya-tanya,
apakah, jika aku adalah mereka, atau mereka adalah anak mamaku,
apakah.. mama akan lebih bahagia?

pertanyaan ini terus melintas dalam benakku.
masalahnya, seberapa keras ku berjuang, nyatanya, aku tetap sampai di ujung ini.
ada batas-batas yang aku tidak bisa lewati. ada bakat-bakat yang tidak aku miliki.
sebuah takdir hidup, yang aku tidak berhasil menggapainya.

yang terpikirkan olehku, tentunya, jika mereka adalah anak mamaku,
mama pasti tidak akan kesusahan terus menerus memikirkan nasibku.
kalau mereka adalah anak mamaku,
mama pasti tidak akan banting tulang memperjuangkan aku.
karena mereka sudah hebat.

tapi aku tidak menanyakan itu,
yang kutanyakan adalah sebaliknya.
"jika mamaku bukan mama, apakah aku akan bahagia?"
apakah aku akan bahagia jika mamaku adalah mama yg sangat terkenal, super duper kaya, dan memiliki segalanya... sehingga aku mudah saja bangkit dan mendompleng nama besar mama?

apakah aku akan rela, seandainya aku kemudian, dipelihara oleh seorang wanita konglomerat dunia yang menjadikan aku anaknya?
jawabanku, aku bahagia.
tapi, tidak sebahagia aku bersama mama.


jadi, aku tidak ingin menanyakan hal itu lagi.
aku tidak ingin memikirkan, apakah jika anak mama adalah mereka. karena aku tidak rela.
sekuatku, aku tentu akan terus berjuang. karena, kepedulian mama terus saja menopangku untuk tidak pernah menyerah berdiri.
dan terus berjanji, untuk menyatakan "ma, anak mama adalah aku, mama pasti bahagia"




aku bahagia bersama mama dan papa, dan tidak berharap lebih.
tidak dapat terlukiskan rasa terima kasih dan kebahagiaanku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar