Minggu, 22 Maret 2009

ironisnya hidup bersamamu (sepenggal cerita-part.1)

pelan-pelan kugenggam handphone di sampingku, aku tidak merasa berdebar-debar,
tetapi lebih berasa penasaran yang menggebu-gebu.

kuketik sebuah kalimat,
"terima kasih untuk semuanya, selamat tinggal,..."

lalu ak mengirimkannya ke nomer yang begitu melekat di kepalaku selama sekian tahun,
tidak perlu waktu lama untuk mendengar nada dering sms,

"apa maksudmu?!"

aku tersenyum, lalu mengetik,
"ya, terima kasih untuk segala yang telah kau berikan padaku,....
kita berpisah,..."

"TUNGGU! aku segera kembali ke rumahmu! aku mau semuanya jelas! aku ngga ngerti!"

aku berlari ke arah pagar, menunggu deruman motornya, yang perlahan mulai mendekat,
wajahnya berubah dibanding saat dia meninggalkanku,
pucat dan penuh amarah,
"apa yang terjadi?!" serunya, "kita putus?"

"maksudnya?" balasku balik bertanya

"kamu bilang selamat tinggal...."

aku tergelak, dan memeluknya,
"aku bilang, selamat tinggal untuk hari ini,...
kita bertemu lagi besok"

dia tersipu, seakan malu akan kebodohannya sendiri,
baru beberapa saat lalu dia berpamitan untuk meninggalkanku,
tapi sekarang dia merasakan benar-benar tak ingin meninggalkanku,
"aku sayang kamu"
"dan begitupun aku"

lalu, untuk yang kedua kalinya, dia berpamitan,
dia tertawa lagi, merasa tertipu, tapi sebaliknya, dia begitu menyadari,
meninggalkanku adalah kesengsaraan terbesar,
aku tertawa juga, memandanginya yang seakan tak rela meninggalkanku,
"selalu ada hari besok kan?" tanyaku

dia mengetukkan jarinya ke dahiku,
"jangan melakukan hal itu lagi"

"lakukan apa?"

"jangan membuatku terkejut"

lalu kita berdua sama-sama tertawa,



[---bagaimana akhir kisah ini?---]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar