Rabu, 12 Mei 2010

Yang merasa Pahlawan

diam-diam dia tercekat,
saat itu, aku sedang berada di dekatnya, dihina-hina,,
mereka yang adalah "teman-teman" ku, membantaiku di depanku,
dikatakannya bahwa aku tidak mementingkan mereka,
sedikit lebih lucu, aku disuruh memilih kelompok tugasku , atau memilih acara liburanku,,...
yang jelas2,, tugasku benar2 tak penting dan keteteran..
tp ak diam saja,, karena memilih salah satu memang susah,
apalagi dengan embel-embel, pilih teman atau diri sendiri,,
aku tidak mau menyakiti salah satuu..

dia masih diam saja, melihat aku dikata-katain tentang moralku,
lalu mereka pergi, karena puas mengolok-olok aku, yang intinya memanipulasi agar aku tidak pergi berlibur.
lalu dia berkata, "seharusnya kamu bicara"
tapi aku tidak menjawab, aku pikir, seharusnya dia juga bicara, karena yang berlibur kan kita berdua.

akhirnya dia pergi meninggalkan aku,,
dan aku merasa panas yang amat sangat,, menjalari tubuhku,
mungkin karena aku merasa marah yang tertahan, dan juga kata-kata yang ingin kuucapkan namun dipendam.
lalu aku tertidur,,

sebangunnya aku, aku sudah berada di sekeliling "teman-teman" lagi,
yang nampaknya tak puas membantaiku tadi malam.
pagi ini, kita memulai sidang terbuka lagi,
sidang yang adalah aku tersangkanya,, dan dia, entah dia pergi ke mana.

aku mendengarkan saja omongan mereka, dan memendam rasa sebal ini dalam-dalam.
mereka mulai melemparkan omongan yang pedas,
mulai dengan cabe dan bumbu-bumbu merica lainnya.
hingga, aku berharap hari ini hujan dan ada petir besar yang mengenai kita semua,
saat aku membayangkan petir besar yang meliuk-liuk dalam otakku,
dia datang...

dan duduk disebelahku, dan mulai mendengarkan lagi..
sidang terbuka yang melelahkan ini, dan sidang yang berkisar sekitar 1 jam ini,
dia tak juga bergeming,,
hingga seseorang dari mereka memanggil namanya,
dan bibirnya mulai terbuka..

aku tidak terlalu ingat dengan pasti apa yang dia katakan,
tapi semua orang terguncang dengan kata-katanya, begitu juga dengan aku,
aku merasa, kata-katanya tepat, juga menancap dalam hati kita smua...
dia membual tentang persahabatan, tentang kasih, tentang waktu, dan sebagainya,
bagaikan pujangga yang merasa pahlawan, namun kesiangan.
kata-kata nya indah, dan membuat kita smua terdiam lalu sedikit demi sedikit psikologis kita masing-masing ikut membaur dengan keindahan bualannya,,

oh pujangga, kau menyelamatkan aku,, dan aku lolos dari sidang itu,
dan saat kulihat dia, dia kembali menjadi dirinya lagi, terdiam dan linglung,,
sepertinya, pujangga tadi merasuki dirinya,
tapi apapun itu,, yang merasa pahlawanku, kau keren. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar