Rabu, 26 Oktober 2011

Terlalu Baik atau Terlalu Jahat

Anda berdesis dan mengomel dalam hati,
jelas-jelas anda tahu, sinetron selalu seperti itu, tapi anda masih saja bertekad menontonnya,
hingga tanpa sadar anda berucap "goblog!". anda sadar sudah terpancing emosi.
jelas-jelas anda tahu, sutradara akan merasa menang jika penonton terpancing kemarahan atau kesedihannya,
tapi anda malah memilih untuk tetap melotot pada layar kaca yang mengalahkan anda.
anda tidak beranjak dari tempat duduk sementara beberapa orang tak tahan melihatnya, termasuk saya.

apa yang anda lihat tidak bisa juga dibilang tidak mirip dengan kenyataan.
seorang gadis yang sangat cantik, lugu, polos, ditindas oleh saudaranya, kekasihnya, teman-temannya.
tapi dia tetap baik hati menolong, sementara pemeran antagonis akan mulai menamparnya, menarik rambutnya,
dan melakukan kekerasan-kekerasan yang kemudian menjadi kesukaan pembantu rumah tangga.
bukan karena kekerasannya, tapi karena akhir dari cerita itu, adalah cinderella.
disukai lelaki super ganteng dan kaya. dan akhirnya bisa mempermalukan pemeran jahatnya.
tapi si lakon tetap baik hati, walau dari awal sampai akhir episode dia menangis tanpa henti.

karena sutradara menang, dia kemudian menyambung sinetronnya hingga alurnya tak jelas juntrungannya.
syukurlah- sekarang sudah banyak cerita yang bermutu. walau sebagian tetap menyontek dari cerita orang.

di suatu waktu yang lain, anda yang benci dengan genre film seperti itu, kemudian berkata,
"haii... bisa gantiin aku lembur?" kepada teman sekantor anda.
"eh.."
"aku sibuk banget nih,anakku ulang tahun, suamiku pergi luar kota, tidak ada orang yang mengurus, kali ini saja.."
".. tapi.." sahutnya.
"tapi gapapa kalo kamu juga sibuk, lagian km temen baik aku, aku jg gk rela menyusahkan kamu"
"oh.. tidak, kamu mikir apa sih? ya jelas aku pasti gantiin km lembur lah"
"hehe, makasih, km memang sahabat aku"

anda sendiri berbohong. dan dia juga berbohong.
alih-alih "sahabat" anda bisa seenaknya meminta orang lain melakukan apa yang anda mau?
dan alih-alih "sahabat" anda lantas harus melakukan yang anda tidak ingin lakukan?

anda akan berbahagia, bersama anak anda yang (entah benar atau tidak) berulang tahun,
sedangkan di sisi lain "sahabat" anda sedang menggerumbel dalam hati..
sebenarnya bukan kali ini saja kan?
tahu-tahu anda sudah berperan menjadi tokoh antagonis yang anda benci.
dengan tipu muslihat cara bicara anda, anda sudah bisa memanfaatkan orang lain.
apakah itu dosa?
"saya kira tidak" jawab anda "lagian dia rela melakukannya kok, saya kan sudah bilang, kalau tidak mau ya tidak usah"

naif.

pertanyaan berganti ke orang yang menggantikan anda lembur.
orang yang kadang ada di sekitar anda.
menggantikan anda bekerja, mencarikan tugas anda, mengerjakan bagian anda, menolong anda dalam hal ini itu.
yang sebenarnya anda -sadar atau tidak- telah memanfaatkannya berkali-kali.

"kamu goblog banget sih" ujar anda ketika menemukan sahabat yang anda sayangi-diperlakukan seperti itu oleh orang yang mengaku ngaku "sahabat" dia.
"kenapa sih harus ngerjain dan lakuin semua yang dia mau?!" anda sewot "TOLAK donk! jadi orang harus TEGAS dikit"
anda dengan bersikukuh mengira bahwa semua orang sama seperti anda. antagonis.
dia diam saja dan berkata "aku sudah berusaha menolaknya.. tapi.."
"kamu terlalu baik apa terlalu goblog sih!"

dia masih diam. protagonis pada dasarnya selalu ada di sekitar anda.
dia tidak tega menolak orang lain, tidak tega melukai hati orang lain, tidak ingin membuat orang beraut muram.
anda tahu orang-orang seperti itu, tapi anda masih saja melakukan hal yang sama, memanfaatkannya,
alih-alih "sahabat".

"sudah buat tugas?" kata -sahabat-ku.
"sudah" jawabku
"kalo tugasku?"
aku diam. tahu maksudnya, tapi pura-pura tidak mendengarnya.
apa aku begitu protagonis-nya.
"kau tidak berpikir aku bakalan membuat tugasmu kan?" jawabku penuh ketegasan.
"tentu saja kau akan membuatnya"
"kenapa begitu"
"karena kamu sahabatku!" senyumnya melebar "sahabat selalu saling bantu di saat butuh kan?"

dan aku berakhir di depan komputer, mengerjakan tugasnya. campur aduk karena tidak tega, kasian, dan karena dia sahabatku.
aku sang protagonis.
selama hidupku, aku banyak melakukan -tugas orang lain-peer orang lain-pekerjaan orang lain-tanpa imbalan.
aku tidak berkata aku "baik hati", karena aku sendiri ambigu dengan apa yang kukerjakan.
tapi kadang aku merasa aku "terlalu baik" atau terlalu mudah dimanfaatkan.
orang-orang banyak bergantung padaku, seperti menempelkan sticky notes di seluruh badanku,
menyuruh aku melakukan apa yang seharusnya bukan bagianku.
tapi aku tetap rela. karena aku butuh mereka untuk jadi temanku, yang sebenarnya sampai sekarang mereka bukan.
aku membohongi diriku, tapi tidak berdaya untuk berkata "tidak"

"kau goblog ya?" katamu padaku pas kuliah. "kalao temen-temen kamu dibantuin terus, ntar dia ujian gimana?!"
aku diam. "itu jahat tau!" lanjutmu lagi "kamu kira kamu baik hati?!"

"aku tidak berkata begitu" jawabku.

"lantas? kamu jahat?!"

"aku juga tidak berkata aku jahat" karena selama ini aku tidak pernah merasa hal itu.
eits.. jahat? mendadak kata-kata ini meniupkan rasa sejuk..
entah sejak kapan kata-kata "jahat" membuat aku merasa lebih baik, daripada kata "baik" ?

tahukan maksud dari -manusia bekerja, tapi tetap tuhan yang menentukan- man purposes, god disposes?
aku bisa memilih untuk jadi baik atau jahat. memberi jawaban ujian kepada teman, karena kasian, atau tidak memberi jawaban karena aku tidak mau dia hancur masa depannya karena bodoh.

tapi tuhan bisa menentukan akhir dari pilihanmu,
ketika kamu memilih untuk memberi jawaban kepada sahabatmu di saat ujian,
suatu saat dia bisa berkata "makasih ya, kamu sudah kasi aku jawaban bantuin aku lulus, aku selamanya inget kamu"
atau, "kamu sekarang yang membuat ku susah, gara-gara kamu dulu selalu ngasi jawaban sama aku, aku sekarang jadi bergantung, aku sekarang jadi manusia gagal!!!"

tapi ketika kamu memilih untuk tidak memberi jawaban kepada sahabatmu di saat ujian,
suatu saat dia (dan banyak orang akan berkata) "sok pinter.. mentang-mentang pinter, gak mau kasi tau jawaban"
atau, "makasih ya kamu tidak memberi aku jawaban saat ujian... karena sekarang aku bisa berhasil dengan berusaha sendiri"

mana yang terlihat realitas? memberi atau tidak memberi?
tentu saja memberi. tidak akan ada orang yang mau berterimakasih ketika tidak mendapat apa2.

jadi aku? termasuk orang yang terlalu baik atau jahat?
ketika aku meratapi nasibku dengan segudang tugas yang bukan milikku,
aku kemudian berpikir -mereka yang memberikan aku kesempatan ini-mereka terlalu baik padaku.
aku justru adalah pelaku, bukan korban. mereka protagonis, dan aku antagonis.
karena, mereka memberikan aku kesempatan untuk mengalahkan beberapa persen dari kompetitorku nantinya,
dan memberiku kesempatan untuk lebih gemerlap, lebih cerdas, lebih hebat.. karena jam terbangku tinggi.
aku sekarang lebih pintar, dan pengalamanku lebih banyak daripada teman seumuranku.
-tidak ada sesuatu yang sia-sia-

jadi? aku termasuk orang yang terlalu baik atau jahat?

pssstt: tapi entah mengapa tetap saja aku mendoakan mereka cepat mendapatkan balasannya...
(masih ditulis dengan emosi, saat mengerjakan tugas mereka)

Bagaimana kau menulis, kalau kau tidak pernah membaca?

Tidak tahu harus menulis apa.
itu pikiranku hari ini ketika melihat blogger ku yang,
sebelumnya penuh dengan tulisan yang isinya kacau balau dengan perasaan - pikiran - imajinasi - penglihatan
yang tergabung jadi "cerita" yang hingga kini kau lihat, sudah ada puluhan hasilnya.

Sudah lama tidak menulis, alasan yang paling masuk akal dan mudah diterima orang,
ketika banyak yang menanyakan padamu "kenapa tidak menulis lagi?"
dan itu sudah jadi satu kebiasaan. Aku sudah tidak menulis lagi.
dan lagi, aku bukan penulis. tidak ada alasan untukku menulis. Sambung-ku.

Jawaban itu berhasil membuat banyak orang kemudian tidak menanyakannya lagi.
Sementara aku juga tahu barangkali mereka hanya basa basi,
tidak tahu harus berkata apa padaku, tidak tahu harus bertanya apa.
tidak tahu harus memancing topik apa.

Bagaimana aku menulis, jika aku tidak pernah membaca.
Aku tidak tahu dunia, dan tidak tahu perasaan orang lain, aku juga tidak tahu kata-kata apa yang pantas aku tuliskan..
tidak tahu imajinasiku sedang berbicara apa. karena aku juga tidak mendengarnya.
Aku tidak tahu seharusnya alur-harus ke mana, tidak tahu seharusnya cerita harus menyampaikan apa.
karena aku tidak pernah membaca, jadi aku tidak menulis.

begitupun bagaimana aku membaca ceritaku, kalau aku tidak pernah menuliskannya?
aku tidak ingat jalan pikiranku kemaren-kemaren ini, perasaan dan bayanganku.
sesuatu yang berkelibat beberapa menit, yang kudiamkan saja tanpa kutuliskannya dalam suatu cerita.
sekarang aku lupa. mencarinya juga seperti mencoba mencari kepulan asap rokok yang menghilang.. tidak mungkin lagi.

hidup ini memang aneh, dan juga menarik.
saat kau tidak lagi melakukan rutinitas yang sama, dan tidak menuliskannya, kau lupa.
itu bakalan seperti belajar memasak sebulan, dan tidak pernah memasak bertahun-tahun,
atau belajar berbahasa mandarin setengah tahun, dan tidak pernah menggunakannya berbicara pada siapapun,
bahkan seperti kau merasa menyukai seseorang, dan tidak pernah bertemu dengannya puluhan tahun,
kau lupa.

bagaimana kau ingat, kalau kau tidak pernah menuliskannya?
seperti mengitari ruangan yang bundar. tidak pernah ada ujungnya.
kau tidak akan pernah ingat, jika kau tidak pernah menuliskannya,
dan jika kau tidak pernah menuliskannya, tidak akan pernah orang membacanya,
dan tanpa orang membacanya, tidak akan ada orang yang ingat.
sedangkan tidak ada orang yang ingat, maka mereka tidak akan pernah menulis.. untuk ku baca.


jadi hari ini,
aku menulis lagi... karena aku ingin kau membacanya.

Kamis, 12 Mei 2011

Terminal...

Hujan rintik-rintik, langit berkilat kilat tak mau kalah...

Aku masih disini...

masih asik memandangi peperangan antara alam yang mengitari terminal,
tempatku duduk sekarang ini... terminal bis..
kadang,, aku menoleh ke kanan, masih ada dia.
duduk dengan pakaiannya yg lusuh dan ala kadarnya...

"mau?" tanyaku, sambil menyodorkan sepak permen karet yang sudah berkurang tiga..
dia sejenak menoleh kanan kiri,, tidak ada siapa2, sudah jelas yang aku maksud adalah dia.
"eh.. ah.. terima kasih" dia ragu2 mengambil satu potong permen karet mint ku..
"ke mana?" tanyaku
dia melirik sedikit ke arahku, dan melihat telunjukku menunjuk bis bis yg masih tidak bergerak.
"ke.." jawabnya rintih "..kota"
"oh.." aku tidak bertanya lagi.
sebenarnya sudah ada segudang pertanyaan yang ingin ak tanyakan padanya, seperti, mau apa dia ke kota, mau bertemu siapa, kenapa sendirian, dan banyak lagi..
tapi nampaknya dia sudah enggan berbicara..

dia bolak balik melihat ke tangan kanannya, yang terpasang jam tangan butut coklat kekuningan..
merasa ada yg tidak beres, dia menggoyang goyangkan tangan kanannya,,
yang sebenarnya menggoyang goyangkan jam tangannya..

"jam lima" ujarku... "masih dua jam lagi hingga bis datang"
"oh.." gumamnya..

lalu kami diam kembali..
lucu juga,
di terminal kota kecil sekecil ini,
dengan hanya kita berdua di tempat ini,,
tapi kita masih diam tak bicara..

"hm.. " dia tiba tiba melihat ke arahku,, penuh dengan rasa tak pasti "kamu ke mana?"
"aku belum tahu" ujarku sambil tertawa..
"gak tahu?" tanyanya tak yakin..
"yap.." aku tersenyum kecil, sembari melihat tas backpackku yang penuh dengan barang yang berserakan "aku tergantung angin ke mana membawaku pergi"
"apa yang membuatmu yakin, angin akan membawamu pergi ke tempat yang lebih baik?" mendadak dia melotot ke arahku, penuh rasa tanda tanya, campur ketertarikan yang mendalam.

aku tergelak,,

"aku tidak tahu, tapi, angin cuma akan membawaku ke dua tempat, tempat yang lebih baik dr ini, atau tempat yang lebih buruk dari ini... "
dia melihatku penuh kebingungan,,
"tapi,, paling tidak, aku tidak berada di tempat yang sama, yang tanpa resiko kehilangan atau mendapatkan." tambahku.

mendadak dia melihat mataku lekat-lekat.
"kenapa tidak ke kota?" tanyanya "kota besar, akan banyak pekerjaan, banyak mall, dan banyak hal yang bisa didapat dan ditemukan"

"mungkin cuma belum saatnya" jawabku enteng...

obrolan kami pun menjadi lebih panjang daripada waktu yang seharusnya ditunggu.
bunyi derum bis mengingatkan akhir dari pembicaraan ini.
aku dan dia sama2 menoleh ke arah bis yang mendekat.

"itu bis mu" kataku.

dia berdiri, seakan tak rela untuk meninggalkanku, dia menoleh beberapa kali sebelum benar-benar naik ke dalam bis. "kamu?" tanyanya..

aku tersenyum manis, berharap dia tidak usah memperdulikanku, mungkin pertanyaan dia cuma basa basi. dia beberapa kali mengetuk jendela bis tempat dia duduk,
seakan berkata .. ayo, ayo, naik ke sini.
tapi aku masih bungkam, menggeleng dan tersenyum,
dalam hati terus menguatkan, aku akan baik2 saja disini.

akhirnya, bis itu berjalan perlahan keluar dari area terminal..
hilang bersamaan dengan asap hitam yang mengepul,,
kontras dengan cahaya oranye matahari yang mulai mengamuk dari sela-sela awan gelap.


aku,
tidak akan bertemu dengan dia lagi kan?
aku tertawa, yang sebenarnya aku ingin menangis tragis.
penjaga terminal sepertiku, terus berharap suatu saat bisa keluar dari tempat ini,
bisa naik ke dalam bis, dan bersamaan dengan waktu melihat terminal yang menghilang,
bukan sebaliknya.


cara agar aku bisa bertemu dengan dia lagi,
hanya dengan naik ke bis, dan bertemu dia di terminal berikutnya.
yang mungkin, di terminal yang lain, dia bahkan lupa denganku,
atau lupa pembicaraan kita di terminal ini...


ketika dalam hidup,
orang datang dan pergi, dalam artian bukan datang dan meninggalkan,,
tapi pergi bersamaan dengan kehidupan dan waktu yang berputar,,
pergi ke terminal yang jauh di sana..
ke terminal yang mungkin entah berapa lama lagi aku bisa menjangkaunya,,
ke terminal yang mungkin menghilangkan pribadi kita sekarang ini,,
ke terminal yang mungkin tempat perpisahan kita,
.....


aku masih disini,..



"ke kota juga yah?" tanya seseorang di belakangku,
oh, ternyata "dia yang lain" ...
"aku juga mau ke kota nih" katanya sambil duduk di sebelah kananku, "sepi sekali yah disini, jam brapa ya bisnya datang?"
"jam satu" ujarku tersenyum. "permen?" tawarku..
"oh,, tentu" permen karetku kini berkurang lima.. "jadi kamu sendiri ke mana?"

aku tergelak,,

"ke tempat angin akan membawa ku pergi.."

Rabu, 13 April 2011

Tidak Bicara

Apa yang salah,, dengan "tidak bicara?"
pada hari yang cerah terik,, aku diam saja..
mereka mengoceh berhaha hihi ria, sambil terus2an mengata2in orang lain,, alih2 gosip.
bertanya tentang saranku, yang sebenarnya hanya bertujuan dua hal :
1. menyetujui bahwa apa yang dikatakan mereka adalah benar
2. bahwa aku juga meyakini bahwa faktanya memang begitu..
intinya adalah "aku berada di pihak mereka"

"cewe itu jelek yah" "menurutmu gmn cewe itu?"
lalu jawaban yang biasanya keluar ada dua :
"iya bener.. parah.." lawan bicara akan berkata "iya kannn.." dan kamu jadi kawannya
"gak ah, masa sih" lawan bicara akan berkata "yg bener aja!" dan kamu - tidak langsung - jadi lawannya..

padahal kenyataannya, AKU tidak peduli.
siapa cewe itu, aku tidak kenal juga, ngata2in dia juga tidak ada gunanya..
tapi, option dari dua jawaban itu akan membuat efek. "join or not"

aku masih diam saja,, menjalani hari2 rutinitas yang super membosankan.
inilah yang namanya RODA. berjalan tanpa tujuan, yang orang2 akan mengisikan dengan "IMAN" sebagai tujuan hidup mereka..
masih diam juga, menungguin "sahabat-sahabat"ku sedang "bergosip"
"parah banget deh cewe itu, gk ada cantik2nya dandan jg engga"
"cowo itu keren banget yahh.. gantengg, aduh seandainya mau jadi pacarku"
"parah dosen itu,, galak lluar biasaa.. mana ada yg mau sm dia, jadi perawan tua dah"
"bonyok kuuu parahh lemot abiss, diajak ngmg mala jawabannya kacau.. "
ketawa-ketiwi-ketawa-ketiwi...

mungkin~ mungkin loh, "bergosip" bagi wanita adalah "rokok" bagi pria.
karena "bergosip" lah yang bisa membuat para wanita menjadi dekat akrab dan saling memandang sebagai "sahabat"...
jika memang benar begitu, maka jangan heran, persahabatan wanita sungguh sangat "kejam"

peperangan dalam hidup "persahabatan" wanita memang kejam.
senjata andalan mereka adalah "mulut" ~ yang berbisa.
herannya, banyak lelaki yang (entah bodoh entah tolol) mencintai mereka dengan amat saksama.. bagaikan membaca proklamasi.

seorang gadis, seorang "sahabatku" dan katanya "sodaraku"...
sangat pintar dan lihai memainkan "peperangan" ini...
gadis (yang dimaksud) : "kalo km pny masalah km ngmg aja yah, aku pasti bantu, ak sudah anggap km sodaraku sendiri,, aku sayang sm km, ak gk akan biarin km susah... "
kadang2 dia berkata : "kenapa yah si A gk suka sm aku,, memang orang baik selalu gk disukai orang banyak.. tp gk papa,, ak percara pada yang di atas, pasti ak diberi keberuntungan dan petunjuk"
sampai suatu saat : "si A ternyata anaknya bs marah2 dan maki2 aku gitu,, ak sedih... *nangis... padahal apa salahku,,"

nanti, diriku, ataupun dirimu yg menghadapi gadis ini akan berkata : (atau dalam hati)
"parah banget sih si A... cup2,, jangan sedih,, aku masih disini kok, km baik, ak seneng pny tmn kaya km,, bahagia.. kan km masih ada aku, jadi jangan sedih ya"

the end~ hubungan kalian adalah sodara yang manis.


peduli amat dengan si A? dia mmg jahat... tapi,,
bagaimana kalo yang terjadi sebaliknya? (seperti sinetron berkepanjangan)
gadis (yang dimaksud) adalah "pencari perhatian orang banyak",,, dan si A, sama sekali tidak ada hubungannya dengan marah2 atau maki2.. semuanya hanya untuk "MENCARI PERHATIANMU"... atau kadang parahnya.. memonopoli kamu agar membenci si A.

ini cuma satu dua contoh yang paling "simple" dalam kehidupan wanita sehari2..
yang mungkin bisa juga ditemukan di hidup para pria.
ini permainan anak psikologi. yang parahnya hanya untuk kesenangan-hasrat-diri sendiri.

kadang sebagai "penganalisis" : mengingat aku tidak ikut berkutat dalam peperangan ini.
aku bertanya2, mungkin bisa karena faktor sirik, bisa karena faktor sebel, bisa karena faktor benci, bisa karena faktor heran..
"kenapa gadis semacam itu, disukai banyak orang? dicintai dan digandrungi? bahkan di dalam "IMAN" yang selalu dia angkat2 sebagai pedoman hidup... dia sukses sebagai penolong?"


apakah dia akan masuk surga? apakah hidupnya akan mulus terus?
karena sekarang "DOSA" sudah jadi kata yang ambigu.
apa aku harus bertanya atau meneriakkan kepenasaran ku?
~mungkin di dalam peperangan ini, aku lebih baik tidak bicara~

"km diem aja, sampe lupa kamu ada disini.. " "kok gk ngmg" ...

masih hening.
masih tidak bicara.
bukti kebencianku - dan keherananku pada dunia. dengan gadis2 sepertimu.