Rabu, 30 Juni 2010

Mimpi Bagi Seorang Perawat, Seorang Gadis

Bibiku sakit, dia adalah perawat yang bekerja di klinik dokter di desa seberang.
sebelum dia kembali ke desanya, dia meminta aku untuk menggantikannya,
dia tahu, aku rajin dan telaten, aku juga terkenal ramah dan baik,
dia juga tahu, aku yang tidak hanya lulusan SMK ini butuh pekerjaan...

saat aku melihat dokter itu, aku merasa melihat sebuah MIMPI.
dia seperti impianku,, seorang lelaki yang tampan, berkarakter, baik, dan berwibawa.
dengan penuh kasih dia merawat satu demi satu pasien yang masuk ke klinik itu.
dia sabar dan penuh pengertian.

setelah setahun pertama, aku merasa sangat menikmati bekerja bersamanya,
dia sangat baik padaku, ...
aku suka bersamanya, menemaninya, setiap hari yang kulalui bagaikan mimpi indah yang kurajut yang tidak pernah terlintas dalam pikiranku...

MIMPI selalu mengataiku tukang bermimpi.
iya, karena aku selalu bercerita tentang cowo idamanku, kekasih yang selama ini kudambakan,, yang sebenarnya, semua itu adalah MIMPI- dia- dokter itu.
aku tidak pernah mengatakannya...

aku sudah tidak bertekad mengatakannya sejak aku tahu dia telah menikah,
aku sempat tidak masuk dua minggu, dengan alasan sakit, yang sebenarnya aku menangis tanpa henti karena merasa MIMPI ku tidak akan dapat aku gapai...

esoknya, aku pasrah saja,, aku menjalani kehidupanku dengan MIMPI dengan wajar,
yang aku harap - dengan wajar..


tapi, pada tahun kedua, aku merasa sangat nyaman dengannya,
aku bahkan rela lembur di klinik untuk menemani dirinya,...
pekerjaan ini bukan hanya sekedar pekerjaan yang mengisi kebutuhan keuanganku, tapi juga, kebutuhan jiwaku...

aku mencintai MIMPI, dan itu bagaikan racun yang selalu menjebak aku.
aku merasa sangat sakit, hatiku sangat sakit,...
rasa cintaku makin bertumbuh dengan perlakuannya yang semakin baik padaku,
aku mencintainya, tapi tidak bisa mengatakannya, dan tahu, tidak mungkin mendapatkannya,,,...
MIMPI benar-benar bagaikan mimpi yang muluk buat seorang gadis desa sepertiku...

MIMPI seorang dokter yang baik, dia seorang lelaki dari kota,
dengar-dengar istrinya adalah direktur perusahaan,
keluarganya harmonis dan bahagia.

tapi aku tidak pernah bisa menutupi rasa kepedulianku akannya,
tidak bisa menyembunyikan rasa ingin melihatnya, ingin bersamanya...
saat aku melihat dia tertidur dimeja nya, aku begitu berharap bisa memeluknya,
aku menekan benar-benar perasaanku, dan membawakan selimut untuknya,
dia terbangun,

"oh maaf, aku ketiduran"

"tidak apa-apa" kataku "tidurlah, kalau dokter sendiri tidak menjaga badan, siapa yg menjaga pasien2"

dia tersenyum padaku, dan meraih tanganku,,
aku bisa melihat wajahnya sangat dekat, bau badannya yang maskulin,
dia menciumku, dan aku sama sekali tidak menolaknya,
aku bahkan bahagia, dan berharap seandainya "waktu berhenti saat ini juga"

hari-hari kemudian menjadi berwarna dan membahagiakanku,,
MIMPI selalu peduli padaku,
aku menemaninya tidur di klinik, memasak makanan untuknya, memijat badannya, membuatkan kopi untuknya, dan bekerja bersamanya,,setiap hari .. setiap waktu..

hingga tak terasa, sudah hampir 5 tahun.
aku lupa bahwa MIMPI memiliki istri,,
dan dia tidak pernah mengungkit tentang istrinya lagi
dia selalu berbicara tentang kita,
dia selalu mengusap kepalaku saat waktu kosong kita,
dia mencium pipiku saat aku ingin pulang,
dan memelukku saat aku kecapaian,,
kadang kita berciuman, .. dan itu sangat indah.

aku tidak tahu apa yang terjadi,
aku tidak ingin jadi wanita simpanan atau sebangsanya,
tapi aku juga tidak ingin menjadi wanita perebut suami orang,
aku merasa terjebak oleh situasi ini,,
rasa cinta yang terus tumbuh,
bagaikan akar berduri yang membelenggu aku.
rasanya perih dan berdarah...

aku tidak pernah mengatakan cinta, dan begitupun dia.
tapi aku tahu, jauh dalam dasar hatiku aku tahu, dia mencintaiku.
semua tatapannya, tindak tanduknya, rasa kehilangan saat tidak bertemu denganku,
aku tahu, itu semua adalah milikku,, rasa cintanya, adalah milikku,
dan bukan siapa-siap, bukan juga istrinya...

aku merasa bahagia, walau hubungan kami hanya sejauh ini,
semua warga desa hanya tahu bahwa kita berdua adalah sepasang kekasih,
yang sebenarnya itu tidak benar.
kita adalah sepasang suami istri - dalam mimpiku.

aku merasa hidup didalam mimpi, bersama MIMPI.
hari-hari ini menjadi berwarna warni bagaikan surga yang belum pernah aku kecapi.
tapi kadang bagaikan neraka,
ketika istrinya meneleponnya, dan mengatakan, mereka sudah 7 tahun menikah.
hari itu aku sangat teriris,, akar-akar berduri sekaligus dengan batang dan bunga mawarnya,, bagaikan mencoblos coblos aku berharap aku mati.

aku menahan tangis, dan keluar dari klinik, pergi melintasi pematang sawah dan berharap dengan mendengar dengkrik jangkrik atau nyanyian sang kodok, hatiku bisa lebih tenang...
tapi, sepasang tangan merengkuhku erat,
"jangan pergi"
hanya itu yang MIMPI katakan padaku, setelah itu aku menangis tanpa henti..

aku sesungguhnya tak ingin pergi...
tapi-keadaan yang memaksaku pergi.
aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan,,
aku berdosa karena menginginkan suami orang lain,
tapi aku tersakiti karena MIMPI adalah impian yang mengisi hidupku,
di sisi lain seharusnya aku menyalahkan karena MIMPI memberi nafas pada hidupku,
seolah aku memiliki kesempatan... yang semu.

aku tidak tahu, siapa yang seharusnya aku salahkan,,,
haruskah aku menyalahkan istrinya, yang tidak dapat menjaga suaminya baik-baik,,
atau menyalahkan MIMPI, yang merespon perhatianku,,
ataku menyalahkan aku, yang dengan sendirinya datang dan terjebak dalam lingkaran cinta yang tiada akhir?

aku tidak bisa menyalahkan MIMPI,
bukan hanya karena aku tahu, dia membutuhkan seseorang di kala kesepiannya,,
tapi - aku tidak merasa dimanfaatkan - karena aku mencintainya, sepenuhnya.

pada tahun ke 5, seperti yang selama ini aku takutkan,,
dia pulang...
dan aku tidak ingin, sejujurnya aku tidak ingin dia pulang.
aku membutuhkannya untuk membantu memperpanjang hidupku-mimpiku.

aku menangis lebih lama, karena aku ingin dia selalu ada.
terakhir, dia menciumku sangat lama, seperti ciuman yang tanpa akhir,,,
dia mengelus kepalaku, perlakukan yang aku sangat suka.
dia berkata padaku "harus semangat ya, jaga diri baik-baik, nanti aku kembali"
aku terus saja menangis...dan tidak berkata apa-apa lagi sampai dia benar-benar pergi.
aku masih menangis...

aku merasa, aku masih hidup di alam mimpi,
dan tahu, dia akan pulang ke alam nyatanya, di mana ada istri dan anaknya,
sedangkan aku tertinggal di alam mimpi, tanpa menemukan kenyataan yang sebenarnya.
aku terbuai dengan biusan mimpi, dan masih berharap MIMPI itu kembali datang dalam hidupku...

aku terus menunggu,,
seandainya MIMPI kembali ke alam ini, ke masa kita berdua bersama, ke masa yang tiada akhir, rasa cinta yang abadi tanpa memerlukan sebuah status atau hubungan apapun,,
aku tidak perlu semua itu, aku hanya ingin MIMPI kembali, waktu kembali, dan bersama MIMPI, aku ingin waktu seakan berhenti, menjalani hari-hari selalu bersama...

sebuah keabadian...




MIMPI tidak pernah kembali,
dan aku tidak pernah keluar, dari dunia MIMPI. di sini. di alam mimpiku.
aku seorang gadis yang makin berkarat,, di dunia mimpiku sendiri

Mimpi Bagi Seorang Direktur, Seorang Istri

Ketika aku melahirkan anak pertama kami,
saat itu adalah tepat setahun setelah kami menikah,
anak pertama kami adalah lelaki yang lucu dan tampan,
aku berharap besar kelak dia akan menjadi seorang lelaki yang berwibawa seperti ayahnya.

Aku mencintai suamiku, tapi ketika hari itu datang,
hari dimana dia di-dinas-kan ke Kalimantan,
aku tidak sanggup menahan rasa sedihku,
kita baru menikah satu tahun...
bagaimana aku harus membesarkan anakku sendirian?
suamiku menyarankan kita pergi bersama,
tapi aku, dan karierku, melarang aku untuk pergi menemaninya.
aku juga tidak bisa melarang dia,... karena itu impiannya.
jadi, satu-satunya yang bisa aku lakukan, aku menangisi diriku dan keadaanku...

Suamiku berjanji, dia akan selalu menelponku, seperti jarak yang tak terlihat di antara kita, dan aku juga berjanji, akan selalu memberikan update-update terbaru tentang anak kita.

Setahun setelahnya, anakku sudah berumur setahun, dan dia sudah bisa merangkak, dan sedang belajar berjalan,
aku sangat bahagia, melihat buah hatiku tumbuh sedemikian cepat.
aku memanggil anakku MIMPI, karena dia bagaikan mimpi indah yang selalu hadir dalam hariku...
karir ku pun berada di kegemilangan, klien-klien bertambah banyak,
uang mengalir begitu deras bak air hujan yang selama ini aku tunggu.
aku bahkan tidak perlu menunggu kiriman bulanan suamiku lagi.
aku bisa membiayai lebih dari kami bertiga.

Tiga tahun berjalan, aku sudah mengantarkan MIMPI ke sekolah. dia sangat lucu,
dan sangat pintar, aku mencintai dia, bahkan lebih banyak daripada mencintai suamiku.
Aku memang merasa kesepian, tapi aku juga sibuk, antara pekerjaan dan MIMPI, keduanya mengelilingi aku mengisi hidupku.

Suatu ketika, aku menelepon suamiku untuk lapor bahwa anak kita sudah bisa membaca dan dia sangat pintar sekali menggambar.
tapi yang mengangkat seorang wanita, aku tahu wanita itu, dia adalah wanita yang selalu suamiku ceritakan. seorang perawat.
suaranya sangat merdu, dan aku tahu, dia pasti gadis yang cantik.

tidak lama setelahnya, seorang kerabat melapor padaku, suamiku, selingkuh.
aku tidak pernah mencari kebenarannya, karena aku tidak mau percaya.
hatiku terasa sakit,, tapi saat melihat senyuman MIMPI aku merasa lebih baik.
setahun setelah itu, gosip itu menghilang dengan sendirinya,
dan aku meyakinkan diriku,dan MIMPI, suamiku adalah orang yang baik.

menginjak tahun keempat, aku merasa tertipu.
sebenarnya menjalani tahun-tahun ini, aku tidak perlu suami.
nyatanya aku bisa membiayai dan membesarkan anak sendirian.
aku tidak butuh suami.
aku bahkan lupa punya suami.
di sekitarku sangat sempurna.
karir yang melesat terus,
MIMPI yang selalu mencintai aku dan memanggil "mama.. mama"...
serta sahabat-sahabat yang selalu menemani aku mengisi waktu bersama,
aku merasa bahagia. tanpa dia, tanpa suamiku,

aku tidak pernah meneleponnya lagi, dan tidak berharap dia meneleponku,
aku nampak cukup baik dengan ini semua.
menginjak tahun kelima, aku tidak berharap dia pulang.
karena aku merasa nyaman, dengan ini semua,
tidak akan ada yang cemburu ketika aku berjalan dengan teman kerja lelakiku,
tidak ada yang mengomel, ketika aku belanja banyak barang,
tidak ada yang harus aku layani,
aku tidak perlu memijat badannya, tidak perlu menyeduh kopi terus-terusan..
hidupku, sangat sempurna.

tapi hari itu datang juga.
MIMPI menggigit-gigit sesuatu dan aku mulai marah, kulihat itu agenda lamaku,
aku baru ingat, hari ini hari pernikahan kami ke 7.
aku sebenarnya tidak ingin ingat, tidak ingin tahu, tapi takdir seakan menemukan aku dengan agenda lamaku, jadi aku menelponnya,
setela lama tak bersua,
aku mendengar suaranya,
dia nampak pasif, ketika aku aktif menceritakan MIMPI.
dan aku merasa tolol. aku menyudahinya tanpa menanyakan kapan dia pulang.
sebenarnya , aku tidak benar-benar memerlukan dia.

aku wanita muda yang cantik, briliant, karir ku sukses,
lelaki-wanita semua mengagumi ku.
sebenarnya, aku bisa saja menemukan siapa saja menjadi pengganti suamiku,
aku bisa saja menemukan lelaki yang tidak akan pergi ke manapun,
tidak akan mengurus orang lain selain istrinya,
tidak akan sibuk setiap hari dan jaga malam setiap malam.
aku bisa menemukan lelaki siapapun selain "dokter"

tapi kembali lagi,
aku sudah punya anak.
aku punya MIMPI.

aku tidak mau MIMPI punya ayah tiri.

seminggu sebelum kepulangan suamiku,
MIMPI bertanya "mama, aku punya papa gak sih?"
pertanyaan itu, sering ditanyakan, berulang kali, dan aku selalu menjawab "punya"
tapi kali ini, sebelum jawaban sama aku lontarkan, dia sudah berkata lagi
"aku tidak mau punya papa"
aku terkejut, dan bertanya "kenapa?"
"karena, untuk apa papa, papa si A galak, dia suka marah-marah,..."

jawaban itu menjelaskan panggilan yang aku terima, dari guru SD nya.
"maaf, memang di mana ayahnya?" tanya guru SD itu.
aku menjelaskan dengan panjang lebar, bahwa ayahnya seorang dokter yang sangat sibuk dan sedang mengemban tugas negara. guru SD itu sangat kagum,
bukan pada suamiku, tapi pada aku, istri seorang dokter. dapat membesarkan anak seorang diri.

"kemarin saya tanya pada anak anda, di mana ayahnya, dia jawab, ayahnya tidak ada, dan dia juga tidak perlu ayah"

aku tidak bohong,
aku sering menceritakan tentang hubungan manis aku dan suamiku kepada anakku,
tapi itu hanya berjalan sampai dia berumur 3 tahun.
setelahnya,
dia tidak pernah mendengar apa-apa dariku,
seperti aku tidak pernah mendengar apa-apa dari suamiku.

aku tidak tahu,
perasaanku yang tidak terlalu membutuhkan suami,,
ber-telepati dengan perasaan MIMPI,...
aku mendadak merasa bersalah,
baik pada suamiku, maupun MIMPI.
aku ibu yang egois...

beberapa hari sebelum kepulangan suamiku,
aku menceritakan segalanya kepada MIMPI,
aku berharap dia mengerti bahwa dia memiliki ayah,
dan ayahnya baik, tidak sejahat ayah teman-teman yang selalu dia ceritakan.
aku juga berharap suamiku melihat pertanggung jawaban ku selama ni, tentang hubungan kita, tentang anak kita.

saat aku melihat suamiku keluar dari bandara,
aku mendadak terharu,, ternyata rasa kangen yang selama ini kupendam begitu lama,
menjadi beku..
melihatnya bagaikan matahari yang membuat rasa itu meleleh...
aku memeluk anakku erat-erat
"itu ayahmu" kataku...

"ayah"

suamiku memeluk MIMPI, dan aku..
dia memeluk aku sangat erat, seperti rasa rindu kita membaur dalam haru...
ternyata, aku begitu merindukannya, aku membutuhkan suamiku, sebesar aku membutuhkan diriku....


selang waktu setelah itu,
aku tidak pernah mengatakan pada suamiku, kalau kadang - MIMPI selalu datang diam-diam ke meja kerjaku, dia menanyakan hal yang sama,
"apa itu benar ayahku?" tanyanya.. "kenapa dia tidak pernah mau main sama aku?"
aku mencoba menceritakan bahwa ayahnya dokter dan amat sibuk,,
MIMPI memelukku, "aku tidak mau jadi dokter, karena aku tidak mau sibuk, aku kan mau main sama mama"

aku mencium MIMPI, terharu, tapi juga merasa bersalah pada suamiku.
aku tidak mengklarifikasi pikiran MIMPI lebih lanjut,
biarlah- waktu yang mengubah jalan pikirannya, biar waktu yang membuatnya menerima suamiku sebagai ayahnya...


kadang bahkan aku berharap,
MIMPI selalu memilih aku, lebih daripada ayahnya,, (yang selama ini selalu tidak punya waktu untuknya)
semoga aku bukan istri yang egois...

Selasa, 29 Juni 2010

Mimpi Bagi Seorang Dokter, Seorang Suami

Ketika istriku melahirkan anak pertama kami,
saat itu adalah tepat satu tahun setelah kami menikah,
Istriku menghadiahkan seorang anak lelaki tampan yang lucu,
Aku mencintai istriku, juga dia, anak lelakiku.
mereka berdua bagaikan hadiah paling indah dalam hidupku,,

belum setengah tahun setelahnya, Tuhan memberiku hadiah lagi,
akhirnya aku mendapat dinas keluar pulau (yang selama ini aku impikan)
sebelumnya, aku ingin mengajak istriku untuk ikut ke sana,
tapi dia menolak, mungkin perkembangan kota lebih baik untuk anak kita,
daripada perkembangan desa.
mengingat, dinas yang diberikan cukup lama. 5 tahun.

aku ingat sebelum pergi, istriku menangis pilu,
tapi aku janji, kepergian ini demi kebaikan keluarga kita.
dan aku akan selalu kontak dengannya, bagaikan tiada jarak antara kita,
seperti hatiku padanya.

dua bulan setelah aku pindah ke Kalimantan,
perawat tua di klinikku sakit, dia mohon untuk pensiun,
sebelum dia keluar, dia membawa seorang gadis muda sebagai penggantinya.
aku suka memanggilnya MIMPI, karena dia sangat suka bermimpi.
dia manis dan lucu, lebih muda dari istriku setahun.

setahun pertama, aku sering menceritakan istriku kepada MIMPI,
bagiku istriku adalah orang yang aku kagumi, dia cerdas, cantik, briliant.
MIMPI selalu mendengarkan ceritaku dengan penuh suka cita,
entah sejak kapan aku merasa nyaman bercerita dengan MIMPI,
saat aku setres dan sibuk, MIMPI selalu ada, dan lebih dari itu,
dia sangat perhatian, kasihnya sangat lugu dan polos,
yang wajar sebenarnya bagi seorang gadis desa.

dua tahun semenjak ak dinas, aku merasa sedang berada di alam MIMPI,
aku suka berada bersama MIMPI, tertawa, bekerja, memecahkan masalah bersamanya,
dia tidak henti-hentinya care dengan keadaanku,
aku selalu ingat kata-katanya,
"dokter, kalau dokter sendiri tidak menjaga badan, siapa yg menjaga pasien2?"
dan saat ke-berapa puluh kali dia mengucapkan itu,
bibirku sudah menyentuh bibirnya...

aku bukan seorang lelaki playboy, saat kuliah, aku sangat setia kepada kekasih2ku.
dan aku selalu meyakinkan diriku, aku tidak selingkuh.
genggaman tangan yang kurasakan,
pelukan yang kurasakan,
bau-bau MIMPI yang kurasakan,
bibir nya yang kurasakan,
wajahnya yang polos dan lugu yang selalu membuatku tersenyum bahagia,
dan ketidak hadirannya yang membuat aku panik dan takut.
aku meyakinkan lagi, aku tidak selingkuh, aku punya istri dan anak.

aku merasa hidupku benar-benar bagai di dunia MIMPI,
menginjak tahun keempat, istriku sudah tidak pernah menelepon ku lagi,
dan aku tidak mencarinya.
aku bahkan tidak ingat siapa nama anakku, dan berapa usianya sekarang,
aku merasa muda kembali di sini,
penduduk desa sangat iri melihat aku dan MIMPI, mereka selalu berkata kita cocok, dan berharap kita segera menikah.
mereka lupa, MIMPI lupa, aku juga hampir lupa "aku sudah menikah"

MIMPI adalah matahariku, dan aku merasa menyukainya,
atau entah mencintainya, perasaanku selalu berdegup dan berharap untuk terus menyimpan kenangan di tempat ini baik-baik.
MIMPI selalu tersenyum saat aku gundah,
dia menggenggam tangan ku saat aku sedih,

hingga, hubungan kami terus seperti itu menginjak tahun ke lima.
MIMPI tidak pernah mengatakan cinta padaku,
aku juga tidak.
aku tidak berharap dia mengatakan suka, karena dia wanita, dan semua orang sudah tahu, dia menyukaiku. semua tindak tanduknya sudah bukti, tanpa perlu ditegaskan dengan kata-kata.
begitu juga aku, semakin hari semakin sakit, ketika kepulanganku ke kota tinggal beberapa minggu lagi.

aku mencintai istriku, tapi MIMPI, aku menginginkannya dengan alasan yang tidak masuk akal.
pada saat ulang tahun pernikahan aku dan istriku yang ke 7,
istriku meneleponku, dia nampak bahagia bisa menjalani cinta jarak jauh sampai tahun ke 7.
MIMPI di sebelahku, dia melihatku dengan tatapan yang tak ingin aku lihat, aku ingin sekali merengkuhnya dan mengatakan "tidak ada apa-apa" matanya berkaca-kaca.
Ironis sekali, selama 7 tahun pernikahan kami, aku bersama istriku dua tahun, dan bersama MIMPI 5 tahun. aku bahkan tidak berniat pulang ke kota, karena aku tidak bisa mencari serpihan-serpihan cinta lima tahun yang lalu.

Saat aku naik pesawat pulang ke kota, MIMPI menangis,
aku memeluknya selama beberapa saat, dan meyakinkan dia, aku akan kembali,
bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diriku. MIMPIku.
setitik air mataku mulai mengalir, sebuah bukti, ternyata aku mencintai MIMPI.
tapi waktu tidak bisa diulang..

aku pulang.

di bandara,
istriku menjemputku.
anakku lelaki sudah besar. dia bergaya seperti ibunya, elegan dan berkelas, nampak pandai.
"ayah!" ujar anak lelakiku.
aku merengkuhnya dengan segenap cinta.
istriku nampak sangat cantik, dia luar biasa, mendadak.. hatiku dipenuhi dengan rasa cinta yang meledak-ledak, aku cium dia, dan kita pulang.

aku tidak pernah kembali ke Kalimantan.
aku bahkan tidak ingat apakah pernah mencintai orang lain selain istriku.
MIMPI telah hilang bersama mimpi-mimpi indah lainnya, blur dan aku tidak bisa mengingatnya lagi, cinta dan perasaan yang pernah aku rasakan hilang bersama hari-hari yang bergerak...
aku tidak pernah kembali,
aku tidak pernah selingkuh,...

Sabtu, 26 Juni 2010

BOHONG

detik-detik menjelang kebahagiaanku, seakan bom waktu untukku..
hari-hari ini seakan seperti menjejaki rel jet coaster,,
aku ingin mengeremmnya sekuat mungkin ketika akan menukik turun,
tapi - seolah waktu tidak bisa dibohongi - jet coaster itu akan tetap sampai ujungnya dan jatuh menukik turun juga mengikuti rel nya...

kisah ini masih kisahku,
seseorang yang tidak diharapkan.
siang ini aku berada di tempat kerjaku, yang penuh pengap dan debu,
jarang sekali kubersihkan,,dulunya aku sering-tapi akhir2 ini sudah jarang.
aku tidak banyak punya teman kerja,, mereka suka menggerombol,
dan sialnya, aku tidak masuk dalam gerombolan manapun.

aku masih ingat,, DIA dari divisi itu datang dan membawakan aku minum,
bohong- aku tau dia memiliki minuman sisa-dan dengan random, dia berikan padaku.
tapi sejak itu dia selalu bilang
"aku suka senyummu"
semenjak pertama kali ak berkata terima kasih untuk segelas teh manis itu.

sering kalinya, DIA datang dan mengobrol denganku,
ketika lewat DIA akan menyapaku,,...
makin lama, DIA mulai mengajakku untuk makan siang bersama..
hari-hari ku tentu saja tidak sesepi sebelumnya,
aku terbuai, karena dia suka foto, aku sering -mau tidak mau- difoto,
foto karyanya aku tempel di sepanjang meja kerjaku,
teman-teman yang lain berkata,
"ternyata kamu cantik juga kalau tersenyum"

akhir-akhir ini aku memang merasa sering tersenyum,
tapi itu hanya karena ada DIA.

seperti nyatanya aku menaiki jet coaster,, akhirnya puncak yang jadi ujungnya datang juga.
Hari ini dia ulang tahun,
dan aku benci untuk datang...
Seandainya dia tidak ulang tahun, dalam hatiku.
Karena rekan kerja tau, pasti orang spesial dalam ulang tahun DIA adalah aku.
Aku teman makan siangnya, aku juga kadang selalu menyita perhatiannya,
dan DIA selalu memperhatikan aku... pada akhirnya.

Aku mau kabur... tapi tidak bisa.
dan tidak tahu harus kabur dari apa.
Aku benci melihat diriku terlibat dalam urusan yang rumit ini.
Aku sejujurnya ingin jadi orang biasa-biasa saja,
punya teman kerja, hidup makmur, pekerjaan lancar dan tenteram.

Tapi nyatanya, hari ini dia ulang tahun, dan itu artinya dia juga selesai berada di divisi itu, dan dipindahkan ke luar kota.
hari ulang tahun yang juga perpisahan.
"hey, sudah mempersiapkan apa untuk si DIA?" tanya salah satu rekan
aku tersenyum masam, "Belum"
sebenarnya aku tidak suka hari ini..
hari ini BURUK.

aku datang juga di pesta ulang tahunnya,
tidak hanya itu, aku seolah-olah yang berjasa besar, membawakan kue ulang tahunnya.
rekan-rekan berlaku biasa saja, tapi aku merasa takut disekitar mereka.
seolah penjagaku hari itu juga akan hilang, dan mereka siap menerkamku.
nyatanya tidak terjadi apa-apa,
DIA juga tidak melakukan hal yang spesial padaku.
"terima kasih" ujarnya - dan hanya itu.

aku mengamatinya jauh, DIA sedang membawa barang-barangnya keluar dr kantornya,
aku tidak membantunya, dan dia juga tidak memintaku, dan rekan lainnya memandangku sengit seolah "HEY,, kau tidak membantunya hey?!!! Apa perlu diminta?!!"
aku pura-pura tidak tahu, dan tidak kenal, karena selanjutnya akan seperti itu.
selanjutnya aku akan terkungkum di meja ini seperti sebelum mengenalnya..

mataku menjalari foto-foto penuh warna hasil karya kita berdua, indah, dan ceria.
sementara dia mengepak barangnya, aku mengepak fotoku, sehingga mejaku nampak sepi dan kosong...
dia pergi, sama saja meninggalkan mejaku yang kosong dan suram. meninggalkan hatiku.

"kamu yakin, kamu pasti baik2 kan disini?" kata dia sesaat sebelum benar-benar pergi
"aku baik"
"yah, aku takut kamu mulai menyendiri seperti sebelumnya.. terbukalah dengan teman-teman, mereka baik kok"
"yah mereka baik, iya mereka ada kok, jadi aku tidak sendiri"
"baguslah, aku bisa tenang" dia mengelus rambutku - dan kurasakan hingga kini.

dan seperti yang selama ini aku takutkan, selama ini aku ingin hindari,
hari ini terjadi juga...

Selasa, 01 Juni 2010

1 Juni

Hari itu, kamu menangis, karena aku ditampar,
Jujur saja, aku yang salah, aku yang menyobek-nyobek kertas dan membuangnya sembarangan...
tapi, dibanding aku, kamu lebih sedih...

Aku juga ingat, hari itu kamu memberikan aku uang,
padahal aku tahu, kamu lebih membutuhkannya daripadaku,
tapi kamu bilang, itu untuk uang jajanku, jika-jika aku ingin memakainya untuk beli makanan yang aku mau...
Aku sebenarnya senang dan juga tidak rela, aku menolaknya,
Tapi kamu memohon untuk mengambilnya, yang akhirnya aku ambil.

Hari lain, kamu membawakan aku makanan kesukaanku,
Kamu tahu, kalau aku memang suka dengan makanan itu, dan aku juga suka makan.
Aku sangat bahagia dan merasa puas...

seketika ayah memarahi aku, kamu menangis lebih sedih dibanding aku,

Aku sangat mencintaimu, aku bahkan selalu ingat baumu,
memelukmu, lemak di perutmu, dan kaki mu yang kurus dan putih,
Aku ingat caramu tertawa dan tersenyum,
Aku juga ingat caramu menarik perhatianku dengan terus bertanya tanpa henti,

Suatu hari, kamu bilang aku anak yang baik,
Aku juga berjanji, walau sekarang kita adalah orang miskin,
tapi aku akan jadi orang yang kaya, orang yang sukses,
Aku akan membawanya jalan-jalan kembali ke kampungnya Kalimantan,
dan kita akan jalan-jalan dengan keluarga ke luar negeri,,...

Kamu bilang, aku anak yang baik, seandainya dia masih bisa menikmati smua hal yang aku janjikan,,
Aku sedih mendengarnya, jadi aku bilang, secepatnya juga aku akan menjadi orang sukses.

Kamu selalu ingin aku sekolah di luar negeri, karena itu adalah cita-cita keluarga,
Impian dan harapanmu tinggi padaku, hanya saja kita tidak punya finansial yang mencukupi...

Aku pikir, mungkin setelah aku kerja dan sukses, aku akan mencoba untuk kuliah di luar negeri...

Aku sangat frustasi dengan sekolah dan keadaanku, aku sangat jarang berjumpa denganmu terpisahkan jarak, juga jarang menelpon,,...
Saat malam itu, kamu menyuruhku untuk nginap di rumahmu,
Sudah lama kita tidak tidur bersama-sama,.. lama sekali...
tapi aku tidak mau.


Aku menciummu dan berpamitan, karena besok aku akan pergi ke luar kota,sekolah.
Aku tidak tahu,itu akan jadi yang terakhir,
Karena ketika aku melihatmu setelah itu,
kamu sudah terbaring di ranjang, aku meneriakkan namamu, tapi kamu tidak sedikitpun membuka mata,

Aku menangis terus...
"Katamu, janji akan makan mie keriting, janji akan pergi ke Kalimantan, janji akan melihatku sukses,, maka dari itu, jangan pergi"....
Orang-orang yang melihatku, mencoba untuk menundukkan kepalanya, aku tahu, mereka sedih dan beberapa menangis melihatku,


***

Sekarang, aku bisa berada di sini,
Aku sudah mewujudkan impianmu, tidak kurang dalam 3 tahun,
Hari ini, hari ulang tahunmu, 1 Juni,
Aku selalu ingat,
Dan selamanya akan selalu ingat,

"Aku mencintaimu" ,
My Beloved Grandma, in memory.

Berpasrah pada Hidup

Aku mengantarmu hari ini, bukan karena aku ingin, tapi karena aku harus..
sebenarnya, perasaan ini cukup menyesakkan dada. Air mataku hampir mengalir,
Kadang aku benar-benar tak kuasa menahannya,
Kadang aku berpamitan ke toilet sebentar, hanya untuk menangis sesaat,
Dan kembali dengan wajah yang ceria,

Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan perasaan ini,
Ketika langkah kaki kita mulai keluar dari pesawat,
Aku sungguh tahu, ini adalah perjalanan bersama kita yang terakhir.
Kamu adalah teman kerjaku, dan kita sudah berpacaran selama lebih dari 2 tahun,
Hanya saja kita backstreet,
Aku tahu, kamu sudah dijodohkan, dan aku adalah wanita yang kau bilang cukup berkarier. Jadi aku masih memilih single walaupun sudah kau tinggalkan.

Kita sering melakukan perjalanan bersama, ke Bali, ke Lombok, Kalimantan,
dan banyak tempat yang kita kunjungi dalam acara dinas,
Aku sangat-membutuhkanmu-dalam tiap bentuk apapun.

Aku ingat pertama kali kita bertemu, kamu memakai topi putih,
kamu bilang kamu fotografer, dan aku kebetulan creative director,
Kita bersama karena kamu terpilih untuk menjadi anak buahku,
Tapi kebersamaan, tawa, dan waktu-waktu yang kita jalani bersama membuat ku merasa rindu.
Rindu hari-hari dimana aku dibutuhkan, disayang, diperhatikan.
Yang selama ini mendingin karena semua orang segan padaku hanya karena aku atasan.

Tapi kamu berbeda,
Kamu bisa membuat aku tertawa, tersenyum, menemani aku, hingga saat aku setres dengan apapun, kamu ada. Dan itu membuat aku merasa nyaman.
Aku merasa, kamu adalah karyawan terbaikku,
tapi di sisi lain, entah kapan, kamu sudah berhasil menggandeng tanganku.

Kamu tidak pernah bilang mencintaiku, tidak sebanyak aku berkata mencintaimu,
tapi kamu jauh memberikan banyak padaku lebih dari apa yang kuberikan kepadamu,
Semua karyawan bergosip jahat terhadapku, aku bahkan hampir digulingkan hanya karena dianggap merebut "calon" suami orang.

Tapi kamu sangat tegar, sangat membelaku, sangat baik terhadapku.

Hari ini, aku terpaksa melepasmu pergi,
Aku tahu, di depan sana, calon istri dan orang tuamu sudah menunggumu,
kamu sudah lebih dari 2 tahun berkelana.
Perasaan ini menyesakkan,
tapi akupun tidak pernah berkata "jangan pergi"
Aku selalu menomer satukan pekerjaanku.

Kamu terus-terusan menyenggolku dan berusaha bercanda denganku,
Tapi hari ini, aku tidak bisa,
Perasaanku sangat sakit, seperti ada yang menekan2 di dalam dadaku,
sesuatu yang menyesakkan, juga mengiris2 mataku hingga air mataku seakan ingin keluar.
Aku tersenyum masam, aku tahu... dan bisa membayangkan.

Sekembalinya aku ke Singapore nanti, apa yang bisa kulakukan?
Aku akan bersama orang-orang yang tidak menyukaiku, dan membuatku tidak nyaman.
Aku benci berada di tengah-tengah kerumunan itu,lebih baik sendiri.
tapi aku pun tidak bisa memilih untuk berhenti memutar hidup dan membanting setirnya.
Aku tidak berani.

Aku hanya berpasrah pada hidup,
jika memang hidup telah mengatur jalanku sedemikian rupa,
maka, aku hanya bisa berjalan menyusurinya...

Aku pernah benar-benar mencintaimu,
saat kamu selalu tersenyum dan meyakinkan aku, kamu berharap aku jadi istrimu,
yang sebenarnya adalah khayalan tiada akhir yang indah.
Aku benar-benar suka padamu,
Dan perasaan ini membuatku ..... aku tidak tahu harus berkata apa lagi.

Kaki kita sudah melangkah dan membawa koper-koper yang besar,
Aku melihat dirimu tersenyum saat melihat tangan2 melambai dari balik kaca,
Itu kah calon istrimu? dia begitu cantik dan keibuan...
Aku ingin lari dari kenyataan ini, karena aku tidak bisa membayangkannya lagi,
Sentuhan yang harusnya milikku, akan jadi milik wanita itu,
Ciuman, Pelukan, Kasih Sayang, Perhatian, dan apapun yg seharusnya bisa jadi milikku...

"Terima kasih untuk semuanya, selamat jalan" Ujarnya,
Aku tersenyum, "selamat jalan juga, salam untuk orangtua dan calon istrimu"
"tentu saja, akan kusampaikan, salam dari bos ku yang hebat ini"
Aku tertawa terpaksa, dan akhirnya kulepaskan dirinya,
kulepaskan lengannya,
yang hampir tiap hari aku rengkuh,
aku lepaskan....
aku relakan semuanya,
hanya karena aku ingin melihat dia memiliki masa depan,
bukannya menjadi fotografer yang tidak jelas denganku,
aku ingin dia bahagia,

keluarganya melambai padaku penuh hormat, calon istrinya juga begitu,
beberapa kali dia menoleh padaku sebelum benar-benar pergi meninggalkan aku dan karyawan lain.

"Jangan pergi" ujarku,, air mataku membanjiri wajahku,
Aku benar-benar berpasrah pada hidup.