Sabtu, 30 Mei 2009

benci difoto

jangan foto aku!!!!

entah kenapa, aku terus saja berkutat dengan masalah ini. hari ini pun ak menyesal. kenapa aku enggak foto-foto?
padahal hari ini hari besarku...huhuhu...
tapi, pada saat-saat tadi, aku memang tidak niat difoto.
aku benci difoto.

aku merasa di foto, aku jelek deh.
tidak ada manis-manisnya apalagi cantik-cantiknya.
jadi, setiap ada lensa kamera menyorot, sudah tentu, spontanitas mengelak, menghindar.



pada akhirnya, aku menyesal.
setelah sering berkumpul dengan teman-teman lama, dan melihat-lihat album. Fotoku selalu enggak pernah ada!
padahal aku sangat ingin tahu, aku dulu seperti apa, lebih cantik mana ketimbang sekarang?
aku pake baju apa? aku lagi apa?
dan memang, aku tidak pernah ada.
yang ada, hanyalah sepotong tanganku. mukaku. bagian tubuh belakangku.
menyedihkan.

hari ini aku menyesal lagi, kenapa tadi enggak foto-foto.
beberapa tahun lagi pasti aku akan sangat-sangat menyesalinya.
kenapa aku nggak bisa senarsis cewe-cewe?
apa aku ngga cewe tulen?

katamu, aku cantik, dan ingin memfotoku.
tapi aku lebih percaya bahwa aku jelek jika difoto.
entah kenapa aku tidak fotogenik.
dan karenanya aku malu jika difoto.

oh.... bimbangnya, antara malu dan menyesal.
aku benar-benar benci difoto... huh!

kisah cinta yang dramatis

kamu benci aku yang sok dramatis.
kata-kataku yang sok puitis.
dan segalanya tentang aku yang berlebihan...

katamu, aku lebay.

kamu bilang mencintai aku.
tidak ingin membuatku menderita.
dan terpaksa pula kamu mengambil jalan, memutuskan aku.
kamu bilang, itu demi aku.

nyatanya, itu demi dirimu sendiri.

kamu sendiri yang terpaku dengan orang-orang di sekeliling kamu.
karena kamu orang yg bersosialisasi tinggi.
kamu pikir, lebih baik teteem an... sehingga masing-masing memiliki kebebasan.



tapi, apa kamu pikir aku rela?
hari ini kamu memanggil namaku,
menyapaku,
dan kamu bilang "tuh kan.. klo ga nyapa dimarahin, klo nyapa pura2 ga kenal"
aku memang diam saja. berlalu.

herannya si gadis di belakangku yg nyaut.

oh~ yeah... betul, seorang kamu sekarang adalah manusia sosial tinggi
banyak teman, banyak cewe yang suka sama kamu.
sedang aku, yang berlebay ini, justru jadi pengganggu.
kelam, sepi, sunyi, suka sendiri.. dan akan gantung diri.

wajahku yang semula berseri melihatmu, jadi lusuh karena seorang gadis keluar dari mobil itu, dan kamu menyapanya.
kamu bahkan tidak memandangku.
tidak menanyakan keadaanku.
padahal hari ini hari besarku.



sejujurnya sih yah, kamu.
aku tidak mau terus menerus mencintai kamu.
tidak mau terus menerus terpatok pada masa lalu.
tidak rela juga menjadi teteem.
heran aku, kenapa aku terus sajaaa suka sama kamu.
apa bagusnya kamu sih?
aku pasti sudah gila.

aku lebay lagi.

"Ma, jika anak mama bukan aku, apakah mama akan lebih bahagia?"

itu adalah kata-kata yang ingin aku tanyakan kepada mamaku.
suatu ketika.


sebenarnya, hal ini terjadi, hanya karena aku merasa depresi dan tidak tahu harus bangkit sebagaimana lagi untuk mempertahankan diri.
aku jatuh, dan tidak tahu harus bagaimana harus berdiri.
sementara mama selalu saja mendorongku untuk maju, dengan segenap kekuatannya.

aku sedih. dan kecewa akan diri sendiri.
aku melihat banyak orang-orang hebat di sekitarku, sebayaku, dan mereka nampak sangat dapat membahagiakan orang tuanya. Seandainya aku adalah orang tua mereka, aku pun pasti akan sangat bangga.
anak yang pandai
anak yang bekerja dan sukses
anak yang hebat dan supel
nyatanya, aku kebalikannya....
aku justru berkutat dengan masalahku, kekelamanku, dan terus mengurung diri
menjadi sebuah lingkaran setan buatku.

melihat mama terus berusaha membahagiakan aku,
dan kelelahan... aku bertanya-tanya,
apakah, jika aku adalah mereka, atau mereka adalah anak mamaku,
apakah.. mama akan lebih bahagia?

pertanyaan ini terus melintas dalam benakku.
masalahnya, seberapa keras ku berjuang, nyatanya, aku tetap sampai di ujung ini.
ada batas-batas yang aku tidak bisa lewati. ada bakat-bakat yang tidak aku miliki.
sebuah takdir hidup, yang aku tidak berhasil menggapainya.

yang terpikirkan olehku, tentunya, jika mereka adalah anak mamaku,
mama pasti tidak akan kesusahan terus menerus memikirkan nasibku.
kalau mereka adalah anak mamaku,
mama pasti tidak akan banting tulang memperjuangkan aku.
karena mereka sudah hebat.

tapi aku tidak menanyakan itu,
yang kutanyakan adalah sebaliknya.
"jika mamaku bukan mama, apakah aku akan bahagia?"
apakah aku akan bahagia jika mamaku adalah mama yg sangat terkenal, super duper kaya, dan memiliki segalanya... sehingga aku mudah saja bangkit dan mendompleng nama besar mama?

apakah aku akan rela, seandainya aku kemudian, dipelihara oleh seorang wanita konglomerat dunia yang menjadikan aku anaknya?
jawabanku, aku bahagia.
tapi, tidak sebahagia aku bersama mama.


jadi, aku tidak ingin menanyakan hal itu lagi.
aku tidak ingin memikirkan, apakah jika anak mama adalah mereka. karena aku tidak rela.
sekuatku, aku tentu akan terus berjuang. karena, kepedulian mama terus saja menopangku untuk tidak pernah menyerah berdiri.
dan terus berjanji, untuk menyatakan "ma, anak mama adalah aku, mama pasti bahagia"




aku bahagia bersama mama dan papa, dan tidak berharap lebih.
tidak dapat terlukiskan rasa terima kasih dan kebahagiaanku ini.

sebuah semangat, sebuah cinta...

sekali ini, dengan rambutku terurai basah karena hujan,
aku melihat setitik semangat di sebuah kesempitan yang menghempitku berbulan-bulan lamanya. Yah, apalagi kalau bukan sebuah sidang keren yang menanti untuk melepas atau justru mengurungku terus menerus di kampus yang busuk ini...

sejujurnya, aku lebih merasa takut, ketimbang senang dengan hari-hari yang berlalu.
takut akan sebuah masa depan yang blur, yang waktunya enggak bisa dihentikan.
senang akan sebuah jalan baru yang entah bagaimana, pasti aku juga akan menghadapinya.
sebuah takut dan senang, yang bercampur jadi satu...
tapi, ketakutanku yang besar adalah, kehilangan.

tidak pernah terpikir olehku, bagaimana aku bisa menghadapi hari-hari tanpa teman-temanku. sebuah klise nampaknya.
padahal sedemikian hari-hari ini, aku selalu merasa sendirian.
tapi, saat gedung pameran bergema oleh suara-suara orang, aku merasa, tidak pernah sendirian.
aku tidak semerana itu melakukan hal-hal ini sendirian. Nyatanya, selalu ada orang-orang berharga yang menopangku, di saat apapun.
dan,...
nampaknya, memang sudah tak bisa dicegah... hari-hari yang berlalu adalah hari-hari terakhir yang bisa dilewatkan bersama mereka.

sejujurnya, teman,
aku merasa berterima kasih.. bagaimana aku bisa hidup selama beberapa tahun ini di sini, di kampus aneh ini, tanpa kalian.
aku juga merasa bersyukur, karena, aku tidak pernah merasa sendirian dan kesepian berada di sini.
lalu,.. aku juga ingin meminta maaf, karena keegoisanku, kesombongan dan keangkuhan, serta seribu alasan lain yang dapat menyalahkan aku.
aku bertanya-tanya,
"bagaimana kita bisa berkumpul, di lain waktu?"

setelah, waktu berlalu, dan memiliki teman baru, keluarga baru...
bagaimana aku bisa menghabiskan hidup, sementara ingin tetap merasakan kenangan ini.
tentunya aku sedih.


semangat yang timbul, hanyalah dari kalian.
aku tidak pernah merasa sebahagia ini, seketika menyadari, begitu banyak orang yang mau menolongku untuk bangkit, hidup, dan nyatanya, aku tak sekedar titik hitam di kertas putih. yang mengganggu.

aku tentunya, merasa bersyukur bisa hidup, menjadi aku.
teman~ sahabat~ saudara~ kekasih~
apa artinya diriku tanpa kalian?
rasa terima kasih dan cintaku tak hanya sebatas kata-kata ini....

Kamis, 14 Mei 2009

are u still love him? u asked me.

and my answer is no.
but, am i right? or it just part of my pretend?
therefore, i received that call. i know, more than u know...
even, u dont keep a close watch on me, but i enough to know, ur face get changed.

and so do i,
i felt what it must be felt. a pain. so hurt,.. but cant lying that theres love in.
my eyes was glisten, start to cry, but i dont.
my face changed with disappointment. yet, angry,..

when, i close that call, u stared at me.

are u still love him? u ask me.
without ask who call me, u got the answer itself.

i'm feel guilty,
i'm so sorry for you,
for him,
and for the others.


but, i am learn to be listening, learn to leave this feeling.
learn to looking for the other guy.
but somewhere out there, i asked my self, "am i still love him?"
whenever, he doesnt love me?.. it so useless..
meaningless.


are my grammar is wr0ng?..

u do laugh,


"are u still love me?"
i ask u.

Sabtu, 02 Mei 2009

tidak lebih daripada itu

cerita yang lain,

aku kadang berjinjit untuk paham, tentang keadaan di luar sana.
namun, salah satu yang aku tak bisa pahami, bagaimana bisa seseorang berpura-pura untuk tidak mengenal satu sama lain, padahal, beberapa bulan sebelumnya, kedekatan mereka lebih dari sekedar sahabat.

serasa berpura-pura amnesia, si cowo bertindak seperti baru mengenal cewe itu, tersenyum dan pergi. seperti tidak pernah terjadi apapun dalam hidupnya mengenai cewe itu. dan begitupun si cewe.
kata-kata paling sering terlontarkan adalah, bahwa, hal itu hanyalah cara untuk tidak membuka luka hati yang dalam.

tidak lebih berbeda dari kisah di atas, kadang, ada juga yang tidak bertemu lama dan tidak kontak lama... begitu bertemu, serasa, tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
tersenyum, tertawa kaku, perbicaraan basa basi yang janggal.
padahal, dulunya mereka bisa tertawa bersama dan saling dekat satu sama lain.

bagaimana perasaan itu bisa hilang seketika?
bagaimana proses penghilangan rasa itu?
saat mereka dekat, kemudian tertambat kekecewaan, dan melupakan perlahan, hingga mati rasa.... ujungnya adalah, "amnesiaqu", amnesia yang kamu buat sendiri.


pertanyaan yang ingin kulontarkan adalah,
"apa yang harus kulakukan saat, seseorang mengalami amnesiaqu? dan melupakan aku di dalam pikirannya?"
setitik perasaan bersalah sesungguhnya selalu hinggap pada diriku, aku selalu berpikir, apakah lebih baik, untuk tidak mengenal satu sama lain dari awal, dibanding kisahnya kemudian -berpura-pura- tidak mengenal satu sama lain?

mungkinkah, lebih baik, dari awal, tidak lebih daripada itu?

apakah aku kehilangan asa ?

kau pasti berpikir? apa yang ada di otakku saat ini? mengapa kisah-kisah ku selalu sendu dan penuh dengan kesuraman....
namun, sebaliknya, hidupku sama sekali tidak terlihat suram. sangat indah dan manis.

kuketikkan sebuah asa,
suatu ketika, aku tidak pernah berharap bertemu denganmu, sampai, terjadi juga.
sebenarnya mengetahuimu, sudah jauh lebih lama, dan mungkin kita bisa dibilang teman sejak kecil. hanya, setiap pertemuan kita, selalu disertai kebetulan.

melihatmu yang begitu antusias dan cerdas, terlintas dalam kepalaku, betapa sangat menyenangkannya dirimu. mudah berinteraksi dengan siapapun, dan gampang beradaptasi.
sejujurnya, dari dasar hatiku, aku tidak terlalu tertarik lebih dari itu.

hari berputar, dan kamu mengajakku pergi. aku tidak mau.
bukan kebiasaanku untuk pergi dimana aku merasa tidak nyaman untuk itu. walau kamu sudah mengundang banyak teman-teman, jujur, yang kurasakan, aku tidak nyaman...
bukan tempatku. tapi kamu terus memaksaku, dan akhirnya, dengan berat hati, aku ikut.
hanya saja,,, mudah bagiku untuk berpura-pura excited dengan keadaan itu.

selanjutnya, kamu bilang kamu punya masalah. aku tidak mau mendengar.
tapi, kata-katamu seperti kehilangan asa... dan aku tidak rela melihatnya,
sejujurnya, inilah awal dari bencana yang selalu terjadi padaku. dan aku sudah tau dari awal.
aku tidak mau pergi, tapi aku kasian.... dan aku menemanimu. semalaman.

kemudian, kamu begitu dekat denganku, begitu mengerti aku, dan begitu memahami aku.
bohong.
yang ada, kamu hanya berpura-pura untuk itu, sejujurnya tidak sedikitpun kamu mengerti ataupun memahami aku. kamu berpura-pura bahkan untuk dirimu sendiri.

apa yang ingin kukatakan adalah,
aku tersiksa berada bersama kalian.
tidak ada satu kegembiraan pun, di senyumku saat bersama kalian, tahukah kamu?
teman-temanmu (oh yeah, bukan teman-temanku) tidak berharap aku bersama kalian. tidak ada bedanya aku ada atau tidak. perbedaan itu hanya dirasakan olehmu!


hari ini, kamu bilang padaku, kecewa terhadapku, mengapa semua rasa cintamu yang kamu berikan padaku, dibalas dengan caraku seperti ini.
dan bahkan, aku tak tahu cara apa yang kuberikan padamu.
tapi, yang aku ingin tanyakan,
"apakah aku pamrih?" apakah aku selalu berada dan membantumu keluar dari masalahmu adalah karena aku menginginkan sesuatu...."jika tidak, lalu kenapa kamu pamrih?"
aku tidak pernah berharap mendapat kan rasa cintamu, sayangmu, atau watever lah...
sejujurnya aku lebih menghargai penghargaanmu padaku,
tolong....

seperti katamu, aku adalah wanita seperti yg orang lain kira. (dan tentu dirimu)
sejujurnya, aku tidak peduli.
tidak ada yang lebih memahami aku dibanding aku sendiri, dan aku tidak perlu membuat semua orang mengerti aku. dan bahkan jika tidakpun kamu, apa peduliku?



kata-katamu hari ini, membekas luka padaku. dan tidak akan pernah hilang.
yah.. you such a good man,...
... but, im not interest of... (hari ini aku menebalkan kata ini)

aku tidak akan kehilangan.

tidak pernah mengerti

hari ini kau datang padaku, dengan wajah berseri-seri...
aku sungguh yakin, harimu kali ini lebih indah daripada biasanya.
terlihat dari segala tindak tandukmu, aku merasa begitu berdebar-debar.
apa yang kau katakan, tidak membuat banyak perbedaan buatku, perasaanku tak menentu sementara gaya penceritaanmu berapi-api dan tak sanggup kuhentikan.

aku lebih tak mengerti, kenapa bagimu, orang semacam itu berarti lebih dibandingku.
selama bertahun-tahun bersamamu, dan seketika oleh orang seperti dia. aku kadang tergelak. ingin berkata sejujurnya tapi berbohong.
aku tak mengerti, bahwa sayang sekali kamu memilih jalan yang lain dengannya.
yah, sekalipun dia adalah tambatan hatimu suatu ketika... kukatakan, apakah dia sanggup membuatmu bahagia, tapi katamu ya.

yah.. aku tidak pernah mendebatmu lagi.
kukatakan pada diriku, aku sudah tak mau peduli lagi apa yang terjadi padamu. sekalipun aku mencintaimu. semua yang kulakukan hanya karena aku sayang padamu.
tapi karena kamu telah memilih, aku tak berharap banyak. mendoakan semoga kamu bahagia saja.

aku tertawa sesekali, membayangkan betapa tahun-tahun yang dekat ini, aku berusaha untuk selalu bersamamu, aku senang setiap kita bersama. dan tidak pernah terpikir olehku untuk terpisah. selalu memikirkanmu.
sekalipun kamu tidak pernah memikirkan aku.
mungkin, bagimu, aku terlalu sempurna untuk diperhatikan. atau kau pikir, terlalu banyak yang memperhatikanku.


hari ini kau masih berapi-api. berseri dan gelisah dengan kekasih di sampingmu.
aku bertanya-tanya, begitu hebatnya kah kekasihmu itu?
aku tidak pernah mengerti.....