Selasa, 27 Januari 2009

pura-pura berkata

gema sincia bergaung, orang-orang tersenyum dengan mengenakan pakaian serba merah.
sebuah tradisi, kataku... mengenai segala apa yang saat ini dilihat.
kiong hi.. kiong hi... bahkan tak jarang pun, si samsi ikut bergoyang seirama dengan angpao yang tersebar.

tentunya ini adalah sebuah berkah bagi manusia sepertiku, yang nyatanya tidak dapat menghasilkan uang dalam satu hari, sebanyak menghasilkan uang dalam satu hari sincia.
"berharap bila sincia setiap hari" hahahaha....
sama halnya dengan sebuah tradisi idul fitri, dimana orang-orang remaja anak-anak mendapatkan uang dari yang dewasa..

masalahnya aku sudah akan dewasa,
dan tanpa aku bisa mengelak, otomatis, suatu saat pun aku harus memberi mereka uang.
bagaimana bisa kulakukan? sementara sekarang aku masih bermanja-manja dengan uang orang tua....

pada kenyataannya, tak semudah itu, sementara di tiap detik, hidup menjadi semakin berat.
kadang, aku ingin menangis, ingin mengeluhkan kesahku akan kekesalan, kekecewaan, amarah... yang kadang membuatku "tak seperti gadis lain"
kadang aku terlalu iri dan berharap bisa hidup bertukar raga dengan mereka.
hanya saja, tidak ada yang bisa aku ajak berunding sementara egois memang selalu berada di benak kami masing-masing...

memang, pada akhirnya, aku hanya bisa pura-pura berkata "aku baik2 saja"
atau semacam "aku memang bahagia"
sementara dirimu sejauh itu lebih bahagia daripada aku yang hanya pura-pura berkata..
berharap memang hal itu terjadi padaku?

Minggu, 25 Januari 2009

Cemas.

Aku tidak suka berpura pura,tapi hari ini aku melakukannya...
Entah dorongan apa yg membuatku merasa tidak ingin menjadi aku,parahnya,bahkan aku tak tahu ingin menjadi siapa.
Perlahan aku memandangi wajah pucatku,rambut lurus terurai indah membingkainya,..
Kadang,itu menjadi pengalih perhatian,supaya orang tak slalu memandangi kulit yg pucat dan bawah mata kegelapan.

aku pasti dikira hantu...

Tapi hari ini berbeda,aku tanpa alasan datang ke sini
Terang terangan menyuruhnya memangkas sbagian rambut ku yg slalu dibanggakan..
Entah untuk diriku,atau karena ingin berpotongan sama dengan gadis yg kulihat tadi pagi...

Hasilnya... Hancur.

Aku jelek.memang.
Tapi semenjak aku mulai bungkam pada orang orang terdekatku,penambahan tingkat kejelekanku tak akan berpengaruh besar...

Seperti nya,kesintinganku menjalari otak bahkan perilakuku...
Mungkin,aku patah hati,kata orang.
Yang aneh,bahkan pada siapa patah hatipun,aku tak tahu...

Weird.
Kulihat kaca,di dpanku,berdiri entah siapa...


With my cell.

Sabtu, 24 Januari 2009

katanya, aku sinting

hari yang gelap berlabuh dengan awan hitam dan kemudian rintik air
aku menatapnya ternganga, bukan karena air yang membasahi tubuhku,
juga bukan karena petir bergelegaran berdengung di telingaku...

tapi, karena aku disebut, sinting.
bukannya tak habis pikir, kenapa aku dikatai sinting, apa mereka buta?
jelas-jelas aku waras, bahkan wawasan dan kecerdasan otakku tak akan kalah dengan mereka. herannya, aku dikatai sinting, sementara mereka sendiri tak kalah sintingnya denganku...

mereka mentertawaiku lagi, dan terus mengata-ngatai aku dengan sebutan tak bermutu, yang sejujurnya, aku merasa.. lebih cocok untuk diucapkan ke dirinya sendiri.
yah, aku tak mengelak, karena mungkin aku mendekati kata "sinting" itu... bukan karena aku benar-benar sinting dan mengalami penyakit kejiwaan, yah.. mungkin sedikit cenderung ke arah hal itu.

aku autis, dan tidak. toh aku tidak hidup di dunia dan pikiranku sendiri,.. sepertinya, aku cukup normal untuk hidup di bumi. tapi memang, kadang dalam suatu ketika, aku bisa memandang sudut pandang dari kaca mata otakku yang lain.

aku suka mengada-ada.
aku suka berpikir bahwa si orang itu seperti ini itu, dan yang lain seperti ini itu.
kemudian dalam pikiran dan cerita yang aku karang sendiri dalam otak, aku larut... dan seperti tanpa kembali ke permukaan, aku memandang beberapa orang yang aku jadikan "tokoh" dalam pikiranku, dengan tajam..
bukan obsesi sutradara, bukan juga obsesi pemain film,
insting ku yang membuat itu semua, dan kemudian,.. saat menemukan "mainan" itu, aku terdiam beberapa saat, memandang dengan tatapan kosong, sementara otakku berpikir tanpa henti mereka-reka cerita khayal yang kubuat.

tertawa sendiri, merasa sedih sendiri, terhibur sendiri...
yah, kadang aku merasa, sinting.
akhirnya, waktu ku lebih banyak kuhabiskan untuk bermuram durja di atas segala kondisi lingkungan dan menyusunnya menjadi suatu cerita "milikku sendiri"
aku toh memiliki teman, memiliki keluarga yang baik,.. hidupku normal-normal saja.
sampai aku terjun ke khayalanku sendiri, di saat itulah, beberapa momen, aku seperti tidak berada dengan mereka, di dunia ini.

salah seorang dari mereka menepuk bahuku, dan aku terkejut,
"benarkan, km sinting?" katanya tertawa.. melihatku yang (lagi-lagi) terjun dalam otak dan khayal ku.
aku melakukannya lagi.... fiuh~

Jumat, 23 Januari 2009

"seandainya"

terlalu sering kata-kata "seandainya" terngiang di telingaku,
terduduklah aku di suatu malam beserta kerapuhanku,
berharap seandainya (lagi-lagi), matahari cepat mengeluarkan cahayanya...

wajahku terasa tebal oleh udara dingin yang sesekali berhembus mesra,
rambutku tersibak oleh angin yang lewat mendadak,
yah bisa diduga, aku memang sendirian... tapi bukan itu yang menjadi masalah.
masalah utamanya adalah,
"aku bahkan hidup tanpa jiwa"...

tanpa tahu apa yang kumau, apa yang kurasa, mungkin benar,
seperti kata temanku, aku benar-benar telah mati rasa...
mungkin terlalu berlebihan, tapi sungguh mendekati hal itu.

tidak ada yang aku mau.
tidak ada yang aku benci.
tidak ada yang aku cinta.
hidup berjalan sementara hatiku terhenti.

kadang-kadang, kata seandainya muncul ketika perasaan ini tiba,
seandainya aku lebih pintar, kenyataannya otakku pas-pas an, dengan nilai yang seadanya...
seandainya aku lebih cantik, kenyataannya aku tidak, dan aku merasa, jujur.. aku tidak cantik...
seandainya aku lebih kaya, kenyataannya aku orang biasa-biasa saja, bahkan hidup dari tangan ku sendiri pun aku tak sanggup...
seandainya aku lebih baik, kenyataannya aku tidak baik, leherku berat oleh dosa...
seandainya aku lebih supel, kenyataannya.... bahkan, dekat dengan diriku sendiri pun, aku tidak.

seperti di lorong tanpa ujung yang gelap, aku melangkah mencari tahu sesuatu
sesuatu yang hilang dan entah apa, aku mencari sesuatu yang dapat mengubah kata-kataku dari "seandainya" menjadi "akhirnya"
aku terlalu lama terkurung dalam lorong ini, bahkan, tidak ada seorangpun yang mungkin bisa menolong, atau bahkan mereka tak peduli.

terkunci sudah, jiwaku.
tersenyum, tertawa, menangis, melakukan apapun, tanpa hati.
bagai ruang yang kosong, yang ditembus oleh waktu.
aku sudah puas, dan merasa, tak perlulah aku merasa "seandainya" lagi.

memandangi jemariku yang tersilaukan oleh sinar matahari...
tersenyum lah aku di sudut ruang yang kosong, "akhirnya"...

dilema

aku menatapnya,
sebenarnya, aku sudah mengenalnya sejak lama, meski mungkin dia tak mengenalku sejauh aku mengenalnya..
aku sering melihatnya, memandangnya diam-diam, bahkan tau namanya.
meski padaku, dia tidak, aku tak peduli..

mungkin, aku suka padanya, karena, dia cakep.

yah, mungkin hanya itu alasan satu-satunya aku memandanginya,
daya tariknya adalah kecakepannya, sehingga pandanganku kadang tak bisa luput seketika dia lewat di dekatku,
hanya untuk memandangnya selama sepersekian menit.

aku tak pernah berharap lebih,
toh, aku tak tertarik untuk mengenal lebih jauh tentangnya, gosip-gosip tentangnya sudah sangat cukup untuk menjawab semua ketertarikanku padanya,

sampai, dia benar-benar ada di dekatku
aku menatapnya,
dia kini di depanku, duduk di sebelahku, tersenyum padaku,
dan yang kadang tak dapat kupercaya, orang itu adalah temanku, sekarang

dia tertawa-tawa menceritakan pengalamannya, dan sesekali ak mengomentari dengan senyum'
dia menepuk-nepuk pundakku mengata-ngatai aku, tapi di matanya, dia seakan menginterogasi perasaanku.
sekarang, aku jadi gelisah... apakah aku benar" suka padanya?
semakin ak dekat, aku semakin terpuruk
terpenjara oleh perasaan "entah apa" yang membuatku tak bisa lepas
ketika tahu, dia tak hanya "cakep" tp ada sesuatu yang lebih, yang akhirnya aku sadar,
itu daya tariknya yang sebenarnya...

mungkinkah, aku suka,
mungkinkah, aku terpesona,
dia hebat, dia cakep, dan dia.. mendekati sempurna, meski tidak.
aku bahkan tak tahu, dari segi mana, sampai ak rela mendengarkan ceritanya yang panjang dan kadang tak bermutu... apa alasan dan sebabnya, bahkan, untuk mencarinya, terlalu kompleks

aku menatapnya,
dia sudah tidak tertawa lagi, bahkan melipat wajahnya ketika aku lebih terfokus pada lamunanku,
aku meminta maaf, dan melanjutkan mendengar ceritanya,
menghela nafas, dalam dilema, perasaan "entah apa",

...apapun itu,
pelan-pelan kutelusuri dan kucari sendiri jawabannya....

yang tak punya jati diri

asap dan debu, bercampur jadi satu,
bukannya tak mungkin rasa eneg ini muncul seketika diiringi rasa pusing akibat rem yang diinjak tak beraturan.
sempit dengan peluh keringat dan bebauan yang serba mengaduk perasaan mualku

disudut kursi, ada seorang lelaki, kekar, bertampang seram..
wajahnya bersungut-sungut memandangi kaca di depan supir, yang isinya adalah mobil-mobil bertumpuk tak beraturan.
yah, macet.. sesekali, mungkin tanpa sadar, dia menggigiti jari-jarinya..
ak tertawa kecil dalam hati, melihat seorang lelaki yang memiliki kebiasaan yang sama denganku,.. mengapa dia sebegitu takut nya akan macet?
mungkinkah dia sedang buru-buru dan berharap menjumpai sesuatu sebelum terlambat?

di sebelahnya, ada seorang wanita, pakaiannya kemeja dan blazer, mungkin pakaian kerja
dia bergumam-gumam dengan earphone hapenya, mungkin dia sedang sibuk menelepon
berulang kali dia memainkan jemarinya, kuku-kukunya yang lentik didandani dengan indah, wajahnya yang terlihat kelelahan tak jua menurunkan nilai kecantikan dan keanggunannya...
seorang wanita karir mungkin.

di sebelahnya lagi, ada seorang anak kecil, mungkin smp
dia mengenakan tas slempang, bersemangat melihat kemacetan, dengan wajah yang penuh keceriaan.
hingga, seketika rem diinjak, dia berdiri sedikit untuk memandangi di luar jendela, seberapa macet di luar sini.

tak banyak yang kulihat, pandanganku tertutup oleh kemacetan dan kesempitan di dalam mobil.
yang aku ingat, di sebelahku adalah seorang gadis, mungkin berumur sama denganku
dia tinggi, hingga duduk di sebelahku pun, aku bagaikan kurcaci
dia kurus dan tinggi, sementara aku pendek dan gendut.
ak tak berani membayangkan bagaimana pandangan orang terhadap kami berdua.

rambutnya yang cepak bergerai indah dengan headset di telinganya,
aku ga habis pikir, kok bisa-bisanya dia menggunakan ipod dan headset di dalam angkot seperti ini,
di saat kemacetan dan panas pengap.
apa dia ga takut emosi seorang klepto akhirnya tertuju padanya?
dia tak melihatku, toh aku hanya di bawah dagunya,
pandangannya menatap kosong,
bibirnya yang merah terbuka, menatap mobil-mobil yang tak berhenti menyalip kami

tatapanku, akhirnya tertuju pada beberapa orang itu.
mengira-ngira, apa yang ingin mereka lakukan, apa yang sedang ada di dalam hati mereka, di saat kemacetan melanda.
si bapak yang buru-buru,
si wanita karier yang sibuk,
si anak yang bersemangat,
si gadis yang santai,
aku merogoh-rogoh tasku,... aku sendiri memiliki janji untuk pergi malam ini,
tapi macet begitu parah hingga aku tak punya lagi alasan untuk mengatakan yang lain.

aku mengamati perilaku mereka, dan tersenyum simpul,
mengira-ngira betapa banyak orang dengan kelakuan yang berbeda, dengan cara "hidup di angkot" berbeda...
sementara aku, aku malah tanpa jati diri memandangi mereka, seolah-olah aku makhluk yang tugasnya hanya memandangi orang-orang dan mengomentari.

aku tersenyum melihat bayanganku di kaca, seperti apakah diriku?
mungkinkah aku seperti orang bloon yang kerjaannya hanya memandangi orang lain?
berpikir, apa yang mereka lakukan? apa yang mereka rasakan?
sementara aku sendiri... tak tahu apa yang sedang aku rasakan?

oh yeah... memandangi,berkhayal,hilang, dan hidup dalam pikiranku sendiri..
penyakitku... mungkin, aku sendiri yg tak punya jati diri.

Selasa, 20 Januari 2009

kamu adalah pengkhianat!

sekarang aku baru percaya, tidak ada yg bisa aku andalkan selain diriku
orang yang bilang "sahabatku" ternyata adalah penipu, bahkan dia sama sekali bukan temanku..dia menipuku, dia menipu seluruh harapanku tentangnya...
dimana seharusnya dia berada saat aku membutuhkannya,
dia hanya bisa bilang "MAAF" tanpa ada sesuatu yg bisa dia perbuat.
sejujurnya DIA TIDAK MAU MELAKUKANNYA

yah, orang yang bilang "saudaraku" ternyata tak bisa membantuku saat ak jatuh, tepatnya, tak ingin membantu..
segala apa yang dia beri, segala perhatian dan kepedulian padaku,
adalah KEBOHONGAN

dan orang yang bilang "dekat denganku" ternyata dengan serta merta menjatuhkanku,..
aku terpuruk, dan menyadari kemudian..

sesungguhnya aku sendiri...

tidak ada teman yg bs kupercaya, tidak ada saudara yang bisa kuandalkan, tidak ada orang yg peduli terhadapku...
mereka, peduli pada diri mereka sendiri, dan mungkinkah aku?
tp bagaimana kalian sedemikian tega padaku?

seandainya aku berani untuk mengatakan,
"KALIAN ADALAH PENGKHIANAT, SEMUA OMONGAN KALIAN ADALAH OMONG KOSONG, DAN KEBAIKAN YG KALIAN LAKUKAN PADAKU ADALAH JILATAN"

seandainya pula aku berani untuk bilang,
"HARI INI, PERSAHABATAN KTA, PERSAUDARAAN KITA, TALI HUBUNGAN KITA BERAKHIR"

mungkin, hatiku akan lebih lega..
kenyataannya.. aku tetap tak berani untuk itu, ak terkurung dalam belenggu kemasyarakatan... berharap seandainya ak tak peduli akan masyarakat, tak peduli akan orang lain sama seperti mereka yang memperlakukan ak, memperdulikan aku senyata basa basi...

aku semakin terjaga, masyarakat begitu kejam.. sadis.. licik.. brengsek..
dan tanpa aku harus terjun ke dalamnya, aku telah menemukan kalian, yang menunjukkan aku realitas di lapangan..




hari ini ak terjatuh, amat dalam, dan ketika ak berkata "dapatkah km menolongku?"
mereka cm bisa bilang "maaf"
dan setelah lama aku berkutat dalam perasaanku yg kalut,
ak bilang "gpp, aku bisa mengatasinya sendirian"
akhirnya ... aku mmg sendirian di antara sejuta umat.

Minggu, 18 Januari 2009

Bunga yang Layu

terdengar lagu-lagu merdu yang pernah menjadi memori kita
hari itu, kita menyanyikannya dengan riang gembira
senyum dan tawa selalu melengkapi kebahagiaan kita
selalu bersama, selalu ceria, selalu bergandengan tangan.. sampai akhirnya aku merasa, mungkin tidak ada lagi yang bisa membuatku bahagia selain bersama kalian.

tapi hari ini,
lagu-lagu merdu yang baru saja kudengar itu,
justru mengiringi setitik air yang mengalir ke pipi...
merasakan teririsnya prasaan yang kemudian kurasakan, itu sakit.
tidak ada lagi kebersamaan, tidak ada lagi keceriaan, tidak pula genggaman tangan, lalu aku pun merasa... tidak ada lagi yang bisa kupertahankan bersama kalian.

seandainya aku berani meninggalkan, mungkin rasa sakitnya tak akan sekejam ini..
segala sesuatunya terjadi begitu cepat, dan bahkan tanpa aku bisa mengingat detil kejadiannya, berentetan terus terjadi dan tak bisa kuhentikan, tak bisa kukendalikan.... aku pun jatuh, untuk menyerah...

mendengar lagu-lagu ini, aku pun semakin sadar... betapa dulu adalah dulu, dan sekarang adalah lain. untuk bertemupun, kta tak akan lagi menyapa..
bunga yang layu, seandainya aku berusaha mempertahankannya, toh akhirnya mati juga...
pelan-pelan kupejamkan mata, merasakan nada-nada abadi mengalun di telingaku,
... berharap keabadian adalah milikku.

Sabtu, 17 Januari 2009

sometimes, i wanna be a bitch...

asap rokok.. dengan kilau lampu yang disorotkan ke sebuah meja..
bukan meja biasa, meja dengan 6 lubang di ujung dan di pinggirannya,
serta 10 bola berwarna-warni.. yah.., meja apa yah itu, pikirku..
mungkin meja dosa...

kenapa orang tergila-gila menghabiskan uangnya untuk berada, hanya beberapa jam di meja itu.. bersenandung ria dengan tongkat panjang seolah akan digunakan untuk bermain pedang-pedangan...
yah.. sesekali mereka tertawa, sambil menghembuskan asap kental keputihan...
yang kemudian menghilang di bawah sinar lampu...

kebanyakan hanyalah laki-laki dengan pakaian yang kegelapan. beberapanya mengenakan jaket kulit, dan sisanya dengan kaos...
beberapa orang nampaknya, paham, akan kedatangan seseorang
seorang wanita, pakaiannya mini-mini, pahanya ditunjukkan memukau,
lengannya yang putih bergerak lincah ke dekat mereka..
mengalungkan sesuatu, dan meminta rokok..

mempermainkan mereka, hingga nampak seperti ular yang membelit.
badannya indah, pinggulnya ramping, mungkin ini yang kata orang seksi.
wajahnya pun tak kalah dengan keindahan lekuk tubuhnya.. merapat ke salah satu orang,
dan kemudian mencoba memainkan tongkat panjang itu, menyodok salah satu bola nya...

tertawa-tawa lah mereka ketika si wanita itu gagal menyodok bola..
si wanita tak terkesan malu, bahkan dia tersenyum mesra, mengecupkan bibirnya ke bibir botol, yang berkilauan di bawah sinar... warna isinya orange gelap.
mungkin sebuah jus, atau air jeruk, pikirku...

beberapa lelaki di dekat mereka, tak dapat menahan hasratnya untuk melihat wanita yang membuat kegaduhan itu....
mungkin beberapa ingin marah, mungkin beberapa penasaran, atau lebih tepatnya, ingin melihat dari mana asal suara cantik terkikik itu.
yeah, dalam beberapa adegan gerakannya, hampir perhatian semua orang tertuju padanya, beberapa saling berbisik dengan tatapan nafsu... beberapa terkesan dan menatapnya seolah dia bunga langka, yang lain, hanya ingin menikmati suatu kemulukkan dalam tubuh sang wanita...

aku menatapnya dari balik kursi, aku sudah menatapnya bahkan sejak dia menginjakkan kaki ke ruangan ini,...
saat pandanganku sudah didominasi oleh para lelaki, aku lebih tertarik dengan sekotak bungkus, dengan puntung, serta geretan api...
seolah terbius akannya, aku menarik-narik celanaku supaya sedikit pendek hingga paha gendutku terlihat menggiurkan,(tapi lebih terlihat seperti siap dipotong), dan berusaha menggapai bungkusan kotak putih dan geretan api...

namun, aku tak bisa menyembunyikan hal itu dari seseorang,
dia seakan tahu, tanpa menunggunya bertanya, aku sudah duluan menjawab,
hm.. "yah, sometimes, i wanna be a bitch"...
dia tertawa, membawaku...meninggalkan wanita yang sedang beraromakan passion di belakang....

Jumat, 16 Januari 2009

di lembar ini, ....

pilihanku sangat sulit,
berada di banyak cabang yang kemudian membuatku tersesat.
seolah tak mengenal jalan keluar, aku terjebak di dalamnya
aku ingin mengatakannya padamu, tapi aku tak mampu.
tersandung dan sesekali terjatuh
mungkin bahkan sudah terluka atau lebih bisa disebut putus asa...

orang sepertimu datang, membantu, membangkitkan,
tapi tepatnya... menghantuiku.
aku terbelenggu oleh rasa bersalah dan terima kasih
dan memang pada kenyataannya, tanpa mu, ragaku tak bisa hidup

entah kenapa, ketika aku mencoba mengungkapkan isi hatiku,
suaraku tercekat dan tertelan kembali...
aku selalu ingin mengatakan apa yang aku rasakan, apa yang aku alami, kepadamu
tapi, kau dengan arogan dan keegoisanmu, terlalu memaksaku untuk bungkam
pada kenyataannya, yang ada di hadapanmu sekarang, bukan apa yang kau harapkan
kau bahkan tak peduli akan itu, bagimu sendiri, kau sudah cukup baik terhadapku, atau bahkan lebih...

apa yang kau pedulikan tak lebih dari target dan ambisimu seorang diri
diriku di sini hanyalah sebagai teman hidup yang harus sejajar berdiri denganmu
kenyataannya, diriku di balik ini, kau tak menoleh sedikit pun
atau tepatnya, ketika aku ingin, isi dirimu dikuasai oleh keserakahanmu entah apa
benar, sangat benar, ketika aku sadar bahwa kau adalah matahariku
aku akan tahu, bahwa ragaku tak dapat hidup selain tanpamu

tapi ketika semua ambisimu telah tercapai, segala kebahagiaan materi berada di genggamanmu atau berjuta ilmu berada di otakmu...
kau akan tahu, bahwa, aku, milikmu, bukan milikmu...
disebelahmu, aku hanyalah sesosok mayat hidup tanpa jiwa.

sesungguhnya, ada sesuatu yang ingin aku pandang,
seseorang yang bukan berarti apa-apa tapi bagiku adalah duniaku.
bukan orang yang mengerti aku, tapi orang yang aku ingin dia mengerti untukku
kau mungkin bingung dengan kata"ku..tapi itu adalah pilihan.

sekalipun, aku mungkin hanya bisa memandanginya dari jauh,
tapi jujur, dia adalah jiwaku...

Kamis, 15 Januari 2009

Subuh...

sorak riuh ramai mulai surut dan akhirnya padam
tak nampak ada tanda-tanda kehidupan di sekelilingku,
hari telah larut, menanti matahari yang dalam hitungan menit,
akan muncul...

teringat, bau asap rokok yang kental,
membaur dengan keringat dan bau tubuh...
botol-botol kosong beraromakan alkohol,
menggenangi meja-meja yang kotor oleh puntung rokok
berserakan,.... berantakan,...

lampu sorot yang tak menyanyikan kilau warnanya,
lagu-lagu yang tak lagi terdengar semangatnya...
hari telah larut, tidak ada seorang pun di sini...

asap dan debu bercampur dengan bebauan yang khas
seperti teraduk dengan rata menjadi aroma busuk
tadi, mereka memandangiku...
hingar bingar, menatapku, mungkin terkesan olehku
tatapannya seakan mematikan, seakan memungkinkan aku tergoda padanya...

tapi tidak,
buktinya aku masih di sini, di tribun,
menanti datangnya pagi...
barangkali ada sinar yang membawaku pergi.

Kilau, di sana...

Kemudian, aku memandangi mereka dengan pandangan kosong,
yeah, tanpa berharap lebih banyak, tentunya mereka pun tak melihatku,
mungkin, seolah-olah aku tak ada...
atau benar, aku memang tak pernah ada....

Dinginnya malam yang menusuk, menyelimuti diriku,
melihat pemandangan yang berkilau...
Betul, siapa lagi kalau bukan DIA,
kilaunya mempesona, beberapa temannya menyorak-nyorakkan kemenangannya,
senyumnya seolah pertanda, dia sangat bahagia..

gegap gempita malam itu, menjadikan anugerah tersendiri untuknya,
hari besarnya, dirayakan oleh belasan bahkan puluhan orang...
sedang hari besarku,..
aku di sini,
di atap,
memandanginya...

seolah tak ada yang tahu aku di sini, atau tak ada yg tahu aku hidup..
semacam titik hitam di selembar kertas putih,
mungkin pengganggu...

Gelap membungkus kelabu hatiku yang kelam
betapa berbedanya aku dengannya, berharap seolah aku adalah dia
kilau di sana memukauku...
seandainya hatiku mati rasa saat ini juga,
rasa kecewa tak akan muncul bersamaan dengan dingin...

Dingin...

tentu saja, udara yang mendingin pekan-pekan ini,
sudah merasuki tulang-tulangku,
mungkinkah sekarang aku sudah berubah,
menjadi seonggok lemak dan tulang, yang dibekukan
di kota yang seakan kulkas ini...

tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, mungkin alam berkehendak lain,
atau beserta keunikannya, ingin mencoba hal yang baru,
tak ingin kalah dengan penduduknya...

mungkin manusia tak pernah sadar, bahwa sedikit demi sedikit,
alam telah mengubah kebiasaannya,
kita hanya bisa berkomentar, sungguh aneh,
dan tanpa melakukan apapun,.. akhirnya alam memang benar-benar menjadi aneh.

dingin dan panas, tidak terlalu membebani orang-orang seperti ku,
aku cinta dingin, berpakaian tebal dan bergaya seolah daerah non tropis
panas pun, bukan masalah dengan AC yang selalu menyirami kesejukkan
kadang tanpa melihat fakta,
dingin dan panas menjadi sebuah musibah untuk orang yang bukan sepertiku,
mereka berada di pinggir jalan...

mungkin kedinginan atau entah kepanasan,
tidak ada yang benar-benar peduli...
dan seakan bosan untuk peduli...
cukup dengan melihat kulkas yang membingkai dunia mereka...

oh.. dingin...

Rabu, 14 Januari 2009

in my dream, i was missing

seorang wanita, yang tidak memiliki apa-apa
sahabatnya bukan sahabatnya,
temannya bukan temannya,
keluarganya bukan keluarganya,
ketika merasa tidak ada yang memperdulikanku, aku salah
semuanya adalah milikku dalam satu ruang kehidupan ini.

tidak sempurna, tercela, dan tidak memiliki orang yang mau membantunya,
itu hancur...
diiringi keklasikan akan memori, merantaulah aku di mimpi

hidup bisa begitu maya, sedang maya bisa begitu hidup
ketika terlanjur jatuh, sulit untuk naik kembali
dan ketika naik, untuk jatuh lebih sulit
orang-orang tergila-gila akan kemayaan,
sedang aku cukup tergila-gila akan kesendirian,
apa yang membedakan kita?

suatu kesempurnaan bahwa aku tidak sepertimu,
dan kau pun tak sepertiku,
tidak ada yang perlu berpura-pura untuk menjadi orang lain

sementara aku, di mimpiku, ak menghilang,
dirimu, di nyatamu, kamu menghilang...

diam...

bersenandung puisi mesra, tak juga mengubahku untuk luluh
susah takluk, dan susah merasa bahagia...

tidak ada yang ingin menderita,
tapi mendapat kebahagiaan semustahil mencari dunia baru
seorang sahabat pernah berkata,
tidak akan meninggalkan ku di saat apapun, kapanpun...

dalam hidup, dia telah meninggalkanku
di episode kita tak mau mengalah,
dan untuk minta maaf, kata itu tersumbat
aku minta maaf, tapi hanya di dalam mimpiku
tak pernah kulakukan, dan sampai saat ini pun, tak juga ingin kulakukan

kesalahan demi kesalahan, terus menumpuk
kemustahilan akan kebahagiaan lebih sulit diraih
sembari menatap yang lain, tersenyum,
mereka berkata,
"kita sahabat, aku tak akan meninggalkanmu"

tersenyum kecil aku,
terdiam, toh cepat lambat akan datang juga...

bintang yang berjalan

bintang tidak berjalan, nyatanya, kita lah yang berjalan
terduduklah seseorang menatap bintang,
bintang terasa berjalan, sementara dia tetap berada di tempatnya
mengapa? dunialah yang berputar.

seiringnya waktu, dia kemudian sadar,
hari telah berganti, dia pun bukan seperti dirinya yang dulu lagi
seseorang yang dicintai, dan memiliki banyak hal yang berharga
dia bukan seperti itu lagi,
di dalam kesendiriannya, dia telah berubah...

orang" yang mencintainya, telah pergi, tiada..
sedang hal" yang ada di dirinya dulu, telah lapuk oleh waktu
sekarang dia bukan orang yang bahagia,
bukan juga yang menderita,
dia tak ingin hidup tetapi tak rela untuk mati

kriput" di tubuhnya telah meyakinkannya, dia benar-benar tua
dia tidak bisa lagi tertawa riang, tidak bisa lagi memamerkan tubuhnya
kecantikannya, ketampanannya, nyatanya, dia terlalu tua untuk itu
dia tidak bisa lagi menyombongkan diri, tidak bisa lagi unjuk gigi
para orang muda telah mengambil kesempatan itu,
dia sudah bukan apa-apa lagi...

apa yang aku tunggu? sementara kematian tak jua menjemput
ataukah hanya bisa memandang bintang yang berjalan,
berharap, seandainya aku ikut juga....

Jumat, 09 Januari 2009

pegawai rendahan bergaji kecil

dia berjalan terhuyung-huyung, seorang pegawai rendahan bergaji kecil
entah apa yang dia harapkan dengan kondisi seperti itu
bahkan untuk membayar seperseribu mimpinya pun seakan tak cukup
bahkan untuk membayar sepiring makanannya pun tak cukup

seorang pegawai rendahan bergaji kecil,
teriakan semuanya tak terdengar, disuruhlah dia untuk keluar
mencari tempat lain, dimana, kali saja bisa menjangkau mimpinya
kenapa dia begitu ngotot berada di sana?

pegawai rendahan bergaji kecil,
entah apa yang ada di pikirannya, kenapa dia tetap tersenyum di kala dia dihina
apa pula yang ada di otaknya, ketika jabatannya dipermalukan
dia tetap bersenyum simpul

pegawai rendahan bergaji kecil,
gaji kecilnya disimpan sedikit demi sedikit, walau sadar tak akan terkumpul banyak...
hm, mungkin impiannya bukan sekedar uang.
disitulah impiannya berada.

malam yang singkat

terasa rintik gerimis mengetuk kepalaku,
asap tebal disertai percikan api membuat suatu komplementer unik
teman-teman tertawa, di kala daging dan tusukan sate berwarna kehitaman
aku tak berharap banyak, apalagi dengan pengalaman yang nol
berada di sini, dan bersama mereka saja sudah cukup mengenyangkan
tak terasa pahit-pahit arang menyentuh lidah,
mungkin sudah mati rasa...

akhirnya, tumpukan makanan yang tersisa pun,
menjadi seonggok uang yang terbuang...tersia-sia
tapi tidak ada yang rakus, tidak ada pula yang merasa itu mubazir
yang aneh, untuk aku sekalipun, lambungku sudah menutup pintu..

beberapa dari mereka, berusaha untuk datang di sela kesibukannya
yang lain, berusaha untuk datang membantu meski tak banyak mengenal kami
ada juga, yang berusaha untuk tetap bersama kami, meski malam tak mengijinkan
sementara,
yang lain lagi, entah dimana, sedang berada dalam kemungkinan tak dapat hadir

rasanya, menyenangkan berada di sini,
bukan karena makanan yang bertumpuk dan bumbu menggoda,
bukan pula karena kondisi suasana dan lokasi yang nyaman,
mungkin, karena kebersamaan yang mungkin tak akan terulang lain kali.
suatu memorial sejarah pribadi...

mungkin sama seperti bau asap melekat di bajuku, bau aroma kenangan,
seseorang yang pernah berada dekat denganku, sangat dekat suatu malam
namun sudah kutinggalkan jauh-jauh di belakang,

tersadar dari lamunan, matahari telah memunculkan batang hidungnya,
sarat akan sinar dan seakan pengumuman,

kawan,
pesta telah usai.

bersamaan dengan mimpi

terbangun dari mimpi, yang seakan menjadi malam yang panjang.
aku meraba-raba mimpiku semalam, yang semakin lama pudar dari ingatan
siapa yang ada dalam mimpiku?
apa yang berada di sekitarku?
dan apa yang terjadi?

sementara tak berhasil menemukan,
aku terdiam dari balik tirai,.. silau matahari yang tak condong lagi
udara makin panas nampaknya, malamku terlalu lama.
bisa diduga, senyum dan tawa beberapa yang mengomentariku,
semestinya hidupku berkurang 15% tiap malam panjang menodaiku

ah, mata ku pun tak jauh dari suram,
pucat dan pandangan yang kosong,
menghitam di bawah kelopak mata.
apa kata teman-teman hari ini? setelah aku tak berhasil memenuhi janjiku.

ya, aku bangun kesiangan lagi...

Kamis, 08 Januari 2009

ketika di ujung tanduk...

hari ini, aku terduduk lemas,
entah mengapa, duniaku serasa suram, diantara gempar gempita orang yang bersorak
beberapa mengeluh sebal, sambil berlalu,
di sekitarnya, teman-teman terbaiknya menepuk-nepuk bahu nya,
menyorakkan semangat untuk tetap maju..

sedang aku, terduduk di sudut gedung, menatap kosong awan gelap
gerimis rintik bergemuruh seakan mengerti perasaanku,
kadang berharap, seandainya memiliki sahabat yang baik,
yang mengerti dan menemani, ...

kenyataannya, aku tetaplah seorang diri, menanti keputusan yang tak pasti,
sebenarnya, ak lebih merasa ditinggalkan. sementara yang lain tersenyum menyemangati,
tapi aku tak merasa itu untuk aku, ataukah hanya sekedar basa basi...

langit semakin gelap, tak beda lah dengan perasaanku yang kelabu,
campur aduk tak pasti, menanti suatu pertolongan, belas kasihan.

apakah besok langit akan memberikan secercah sinar, di kesuraman ini?
entahlah, tapi aku tetap berharap untuk maju,
mengejar mereka, mengejar teman-teman yang bukan temanku,...
jangan sampai aku berhenti di sini, perjuanganku masih panjang...

good luck.

seductive.

dia begitu menggoda, memikat, auranya yang kuat bersinar terang di pandanganku,
beberapa orang yang setuju dengan pikiranku, nampaknya, tak leluasa akannya
tak menahan kuasa untuk jatuh cinta untuknya.

di baliknya,
kesempurnaannya menjadikan dia berkilau, tak nampak seperti emas,
lebih seperti mutiara,..
namun di kesepiannya, dia menangis tanpa tahu untuk apa,
sesuatu yang hilang yang tak akan pernah dia ketahui
air mata yang menetes entah untuk siapa
mungkin, sesuatu yang tidak ada di dalam hidupnya.

mutiara itu tak berwarna putih, lebih kelam, lebih hitam.
tidak ada yang berani mengusiknya, apalagi menanyakannya,
bagi kami, sekaligus aku pun, cukup mengetahui itu mutiara saja, sudah cukup indah.
tak perlu nampak lebih jauh mendalami apakah warna mutiara itu

menggoda memikat, seductive, mematikan,
namun sesungguhnya, dia sedang mematikan dirinya sendiri.

ber-mimpi

tertarik pada apa yang diberitakan oleh orang2 kuno,
bahwa kita dapat menghidupkan seseorang yang telah meninggal,
dengan memakan cabe dari keluarga yang keluarganya tak pernah meninggal...
aku merasa ingin mencoba.

pada kenyataannya,
tak ada seorangpun, yang di keluarganya, tidak ada yang meninggal.
kematian dan kelahiran, beriringan dengan dunia dan hidup

air mata tak akan pernah habis seiring dengan melupakan,
tidak ada yang peduli, bagaimana sakitnya kehilangan seseorang,
toh mereka tak kenal dekat dengan orang tersebut,
sampai saat mereka kehilangan orang yang dekat dengan mereka,
sebaliknya aku pun tak peduli.

apakah melupakan seperti tradisi atau cara hidup atau bahkan trik,
dalam melupakan seseorang yang telah pergi atau menyakiti kita.
kenyataannya, otak dan memori tak dapat dibuat selayaknya windows,
tak dapat di delete, juga tak dapat di rekayasa.

hari ini pun,
aku mencoba menanyakan cabe,
seakan bermimpi, menemukan orang yang kusayang kembali,
otakku tak perlu seperti windows, karena tak ada yang ingin kuubah
juga tak ada yang ingin kuhilangkan dari memori,...
suatu kesempurnaan akan mimpi.

Ketika Harus Memilih...

Pelan2 aku menghela nafas,
kadang memandang keluar jendela, pemandangan yang berbaur debu dan panas pengap matahari.
gaun putih berbahan sutra, bergelayut mesra di tubuh...
mengasapkan senandung masa lalu.. entah mengapa, tak tertarik untuk beranjak.
kadang, aku berpikir seandainya 'waktu berhenti saat ini juga'
sebuah pemikiran yang selalu muncul namun hilang bersamaan dengan jarum jam yg bergerak.
alangkah baiknya, jika aku tak lantas pergi dari tempat ini, atau menghilang bersamaan dengan waktu yg berputar.

kugelengkan kepalaku ke arah pintu, tak juga pergi orang-orang itu
sudah bosan aku mendengar decak omelan mereka, dan hari ini pun kubuktikan,
bahwa akupun mampu berada di level yang sama tinggi seperti mereka.
sekarang, aku bisa tersenyum bangga menghadapi para manusia lelucon itu,
aku yang dulu hanyalah seorang makhluk kasta rendah tersingkir,
jerih payah yang tak muluk ini kudapatkan, akhirnya.

terkadang, seorang manusia harus memilih,..
ketika seorang yang dapat mengangkatnya ke kasta lebih tinggi berada di sebelahnya,
atau memilih yang lain yang dapat menjadi nafasnya mimpinya cintanya...
namun, seluruh dunia akan mengecam mencemooh ku jika akhirnya kerja kerasku hancur di tengah jalan..

maka, haruskah,,..
aku membuang impian, harga diri, dan cinta dalam sisa hidup
untuk berjalan dari tribun jendela, ke arah keramaian orang-orang, dan yang menungguku...

ataukah, meloncati jendela, melampaui batas waktu dan ruang,
menggapai impian harga diri dan cinta, yang meski tak mungkin membawaku ke tingkatan lebih tinggi...

ah, pendampingku, siapapun dirimu, luka ini yang menghantuimu....